1

57 2 0
                                    

Satu minggu sebelumnya

"Let's finish this, b*itch," makianku menggema dengan lantang.

"Of course, h*oe," balas Andromeda tak mau kalah.

Kami langsung berlari dengan kencang untuk saling menebas. Sedikit lagi kami akan membunuh satu sama lain, ketika kudengar suara samar-samar yang memanggilku.

"B*itch, ayo kita bunuh orang-orang tak bersalah itu." Seketika aku langsung melepaskan Virtual Reality-ku dan menatap adikku yang sudah berdiri dengan anggun lengkap dengan gaun malamnya yang sangat cantik. Syukaa...

"Apa yang barusan lo bilang?"

"Makanya kalau gue bicara, tolong dengarkan. Gue bilang 'kakakku yang gantengnya tiada tanding jika berdiri di antara para homo, ayo kita pergi. Kita sudah telat ini'," cemoohnya sembari mengibaskan rambutnya yang sangat panjang. Entah kenapa terbersit keinginanku untuk menggunting rambut itu dengan gunting rumput.

Aku memutar kedua bola mataku tanda sedikit lelah menunggu. "Siapa suruh lo dandan kayak orang mau pengantin, lama bener. Gua udah capek tau."

"Eh, lo jangan macem-macem, ya. Gue aduin nyokap rahasia lo baru tau rasa," ancamnya dengan tatapan menusuk.

Sial. Dengan alasan itu lagi dia mengancamku agar melaksanakan segala perintahnya. Ingin sekali kutebas badannya menjadi dua, tapi dia adikku yang--tidak mau aku akui--sangat kusayang.

Mau tidak mau, aku harus mengantarnya ke pesta bodoh dari temannya yang bodoh. Kalian mungkin berpikir aku adalah antisosial, padahal sebenarnya iya. Aku sangat jarang berkumpul dengan teman-temanku. Entahlah, aku hanya merasa aku ada di atas mereka dan akan merasa canggung jika dikelilingi teman-temanku.

"Lima menit," jawabku akhirnya dengan penuh rasa malas. Aku langsung membuka baju dan celanaku yang memang tidak memakai dalaman.

"Kyaaaa! Apa yang lo lakuin, bangsat!?"

"Yah lo ngapain masih di situ? Gua kan mau ganti baju."

"Setidaknya lo bilang dulu!" Teriaknya sembari keluar dari kamarku. Aku hanya terkekeh geli karena sudah membuatnya malu dan jengkel. Untung saja barangku sangat besar, kalau tidak ya tidak akan kupamer.

•••

Kami sudah memasuki perumahan elit yang kalau tidak salah bernama Bikini Croptop. Terdapat banyak rumah-rumah mewah yang bahkan orang kaya sepertiku pun dibuat terpesona.

Bahkan di salah satu pekarangan rumah yang kulihat terdapat rusa yang sedang tertidur manis. Perumahan macam apa ini?
Setidaknya aku mulai berpikir kalau perumahan ini adalah kebun binatang terselubung.

Kami pun sampai di sebuah rumah yang sangat mewah, hampir mirip seperti kastil di film Barbie yang biasa kutonton... Err... Maksudku di film aksi kesukaanku, The Matreks.

"Cepat turun! Gua mau lanjut main game di rumah," hardikku menyuruh Leona, adikku untuk segera turun dari mobil.

"Kampret, lo santai aja dong. By the way, temenin gue masuk ya. Please! Soalnya gue malu kalau masuk sendiri."

"Astaga. Umur lo udah berapa, neng? Inget umur, dah tua. Ngapain gua temenin lo?"

Tiba-tiba terdengar suara ibu-ibu mesum menggelegar memotong pembicaraan panas kami.

"Halo, Leona. Apa yang kamu lakukan di luar? Cepat masuk, banyak cowok-cowok hot, lho," teriakan ibu dengan tampang mesum itu dari dalam rumah.

Tawaku nyaris menyembur saat melihat si ibu mesum yang mengenakan gaun malam mirip bikini one piece untuk badak. Dengan segera kutelan kembali keinginanku untuk tertawa.

"Iya, Tante. Tunggu sebentar. Saya ingin ngajak kakak saya buat ikut masuk, tapi dianya nggak mau!"

Sialan. Kenapa dia mau menyeretku ke dalam rumah ini?
Asal tahu saja, lebih baik aku menghabiskan waktu di rumah daripada berpesta dengan orang-orang sok kenal tapi asing seperti ini.

"Ah, apakah dia kakakmu? Ajak dia masuk," seru si Tante Mesum saat melihatku. Entah ini hanya imajinasiku atau apa, tapi matanya berbinar saat melihatku.

"Ah, tidak usah, Tante Mes... Yang baik hati. Saya ada keperluan, jadi harus per..."

"Ada banyak cewek-cewek berbikini seksi di dalam."

"Leona. Ayo kita masuk."

•••

Pestanya tidak terlalu buruk. Jika dilihat dari interiornya yang bergaya klasik dari abad 19, aku bisa menebak bahwa si Tante Mesum memiliki ruangan pribadi berisi barang antik.

Ruang tamu dengan lantai keramik dilapisi karpet sutra merah searah seakan membuat jalan bagi si empunya rumah sebagai ratu.
Dinding-dinding berwarna krem dipadukan dengan gorden putih salju semakin menambah kesan bahwa si Tante Mesum memang orang berselera tinggi. Mengesankan.

Sebenarnya bukan itu yang membuatku betah berada duduk dinsini berjam-jam, tapi karena dua orang berbikini seksi yang menurutku paling cantik di sini yang bermanja-manja di lenganku sekarang. Aku tidak heran, mereka jatuh hati pada ketampanan dan arogansiku.

Jam sudah menunjukkan jam dua belas, dan sepertinya sekarang adalah waktunya pulang.

"Aku harus pergi," kataku halus tapi dingin kepada dua wanita itu. Salah satu wanita berbikini motif bunga kamboja masih betah  menggeliat di lengan kananku.

"Jangan dulu lah. Kita belum bersenang-senang. Apa kau tidak mau cobai aku dulu?" Tanyanya penuh rasa manja.

"Ah ya, kau benar." Aku menarik tangannya mendekati wajahku, lalu kujilat buku tangannya. Rasanya pahit.

"Sudah, ya." Aku langsung bangkit dari sofa untuk berpamitan pada si Tante Mesum.

"Anda mau ke mana?" Tanyanya setelah aku sampai di hadapannya.

"Sudah saatnya aku pul..."

Aku merasakan tarikan yang kuat, dan beberapa detik kemudian baru kusadari jika si Tante Mesum menciumku dengan ganas. Aku tidak mau kalah, kucium juga dengan penuh kesungguhan.

Selesai berciuman dengan dahsyatnya, kami bertukar nomor ponsel jika suatu saat nanti ingin mengenal lebih jauh.

Aku langsung menuju mobilku, meninggalkan adikku yang memang ingin bermalam di rumah itu.

Saat berada di dalam mobil, ponselku berbunyi tanda ada pesan masuk. Nama Ms. Gloria tertulis di sana (Gloria adalah nama panggilannya. Menurutku nama yang pas untuknya adalah Gorilla).

Kubaca pesan itu, dan betapa terkejutnya diriku mengetahui isinya.

"Aku menyukaimu, dan akan kuwariskan seluruh kekayaanku padamu, yaitu benua Mamarika, Arafika, dan Aisa. Serta mobil Lambhortini, mansion, serta seluruh uangku di bank, yang bila kau jumlah akan menunjukkan angka seperti hutang negara Indonasio. Don't dissappoint me, babe :*"

WTF!!!

P.S. maaf bagi para pembaca yang telah lama menantikan kelanjutan cerita absurd ini. Kritik dan saran sangat dinantikan demi kemajuan bangsa ini... Maksudku cerita ini. Terima kasih dan semoga bisa dinikmati.







Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 11, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Dangerous ManTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang