Berpacu Dengan Waktu

4.4K 417 2
                                    


Pukul 9 lewat lima menit, aku tiba di kantor Buah Hati yang bermarkas di salah satu komplek rukan di kawasan Warung Buncit.

''Hai, Caca!'' sapa Mia resepsionis Buah Hati saat aku memasuki kantor majalah bersegmen orangtua muda itu.

''Hi, Mia cantik sekali kamu pagi ini,'' pujiku sambil berlalu.

Mia terlihat sumringah, kemudian kembali pada aktivitasnya di balik mejanya.

Setibanya di ruang redaksi, segera kuhampiri meja kerjaku. Masih dalam posisi berdiri, aku membuka tas lalu mengambil flash disk.

Setelah memindahkan data ke sejumlah folder dalam komputer, aku segera mengangkat gagang teleponnya.

302 adalah nomor ekstensi yang kutuju.

''Ya!'' kata suara dalam telepon itu.

''Mbak Cindy, Caca nih. Naskahnya sudah aku masukan ke folder biasa ya. Trus seperi biasa juga, aku sekalian kirim ke email-mu, buat back up,'' ungkapnya.

''Oke, nanti aku cek. Kamu masih disinikan?'' tanya Cindy.

''Yup! Sampai jam 1-an Mbak. Soalnya aku harus ke Harapan Kasih buat interview untuk  rubrik Klinik Anak."

''Oke, no problem! Naskah 'anak-anak'-mu gimana?'' tanya Cindy lagi, menanyakan naskah final tulisan para reporter yang menjadi juniorku.

''Udah aku edit sebagian. Sebagian lagi aku edit sekarang. Kalau sudah selesai, aku kontak Mbak lagi, ya?''

''Mmh, oke! Tapi make sure hari ini ya say. Udah deadline nih!'' tandas Cindy mengingatkan.

''Oke bos!"

Tak ingin buang waktu, aku segera mengecek folder tempat junior-juniorku semestinya menyimpan naskahnya.

''Lisa, naskah Tren Kesehatan mu belum masuk ya?'' tanyaku, setengah berteriak ke arah meja Lisa yang berjarak 3 meja dari meja kerjaku

"On progress Ca. Lagi finishing nih!" jawab Lisa, sambil menolehkan kepalanya ke  arahku.

''Oke. Kalau udah kasih tahu ya."

''Siip!'' ucap Lisa, lalu menolehkan kepalanya kembali  ke arah layar komputer untuk membaca ulang naskahnya.

Kembali, aku arahkan pandangan ke layar komputerku.

Konsentrasi penuh, jari-jariku mulai bekerja.

Mengedit naskah.

Satu menit.

Satu jam.

Dua.

Entahlah. Aku sedang hilang. Tak hiraukan waktu.

Bila saja lantunan lagu Like I'm Gonna Loose You dari Meghan Trainor ft. John Legend tak bernyanyi dari HP ku tentu aku masih bekerja.

"Halo sayang," suara Rizal terdengar sedetik setelah kugeser tombol bicara.

"Hai, juga...lagi dimana nih?" tanyaku sambil tersenyum kecil.

Dia kekasihku yang kukenal sejak umur 17. Mana mungkin tak senang mendengar suaranya.

"Lunch. Kamu?"

"Mmh, masih ngedit nih..."

"Jadi, kamu belum makan siang dong?"

"Iya nih, tapi kerjaan di Buah Hati harus selesai siang ini juga. Soalnya jam 1 aku harus buru-buru ke Harapan Kasih buat wawancara dokter. Aku janji disana, paling telat jam 1.30," kataku, memberi alasan.

Mencintai Cahaya  #1 Undeniable Love SeriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang