Kami bersantap lahap sambil menceritakan kesibukkan masing-masing seharian ini. Ku dengarkan keluh kesah Rizal tentang atasannya yang semakin penuntut saja.Tapi keluhannya tak berlangsung lama. Rupanya dia tak tahan untuk tidak melucu. Membuatku tertawa. Sampai perutku sakit. Ciri khas Rizal.
Berwajah tampan tak cukup baginya. Dia juga mesti lucu dan romantis.
Betapa sulit mengabaikan pesonanya.
Beribu kata cinta dia hujani setiap hari padaku. Bermacam kejutan asyik tak bosan dia hadiahkan.
Pada ulang tahunku yang lalu, saat aku harus begadang di kantor untuk mengoreksi naskah pra cetak di kantor Buah Hati, Rizal datang memberi kejutan.
Tengah malam, membawa rainbow cake. Kedatangannya tidak hanya membuat aku senang, teman-teman lemburku juga menyambut. Itu berarti ada pasokan nutrisi lezat menemani malam lelah kami.
Teman-teman sekerjaku disana menyukainya. Menuduhku bodoh bila melepaskannya. Mereka yakin, kisah kami akan indah pada waktunya.
Iyakah?
Hp Rizal berdering menyadarkanku kembali.
"Halo, Ma...Iya, nanti sebentar lagi. Mmh, ini aku lagi makan malam...iya, Cahaya...," kata Rizal saat bercakap-cakap dengan mamanya di telepon.
Sedetik berselang, ia mematikan handphone-nya.
"Kenapa?" tanyaku dengan perasaan cemas.
"Ga, nggak apa-apa kok. Mungkin jaringannya lagi rusak, nggak ada sinyal" jawab Rizal, berusaha menenangkanku.
"Sayang, mama kamu menutup teleponnya ya?" aku menduga.
Ini bukan kali pertama.
"Gak, kok...cuma mungkin..." Rizal berusaha membuat alasan.
"Jangan bohong. Yuk, kita pulang. Kasihan kan mama kamu dah nunggu di rumah."
Seperti biasa aku yang akan merengkuh hatiku untuk mengalah.
Aku dan mamanya. Sebuah pertarungan yang tak mungkin ku menangkan.
Rizal memuja ibunya dengan penuh. Kata-katanya adalah sabda. Dia adalah anak emas di keluarganya.
Pintar. Berprestasi. Penurut.
Hanya satu kali saja dia pernah membantah.
Akulah bantahannya.
Sebab aku dia membangkang.
Aku berdiri, beranjak hendak meninggalkan restoran ini. Meja kasir adalah tujuanku.
Rizal menarik lenganku.
"Biar aku yang bayar!" tegasnya.
Berjalan menuju mobilnya di tempat parkir, hp ku berdering.
"Assalamualaikum..Mamah?"
"Sedang di tempar parkir Setiabudhi One dengan Rizal. Tadi habis makan malam. Mamah kumaha, sehatkan?"
"Iya, Mah...teteh tau. Iya, nanti teteh tanyain Rizal lagi ya?" kataku sambil menutup mata. Lelah menjawab pertanyaan yang sama berulang-ulang.
"Mamah?" tanya Rizal setelah aku mematikan hp.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mencintai Cahaya #1 Undeniable Love Series
Lãng mạnWarning : This is a teaser version. Please don't read if you looking for a full version story. ------------------------------------------------ Rizal : Aku mengenal Cahaya sejak berusia 17. Telah mencintainya hingga kini. Meski tahu hubungan kami j...