Part 1

36.1K 1K 18
                                    

Hari yang cukup melelahkan bagiku saat ini. Kutengok jam di pergelangan tanganku yang menunjukkan pukul 11.00 PM.

Sial! Terlalu fokus mengerjakan skripsi di perpustakaan membuatku lupa bahwa sekarang hari sudah cukup petang. Segera aku membereskan segala peralatanku yang berserakkan diruang perpustakaan ini seperti note book, pensil dan beberapa buku yang kupinjam di perpustakaan.

Kuedarkan pandanganku pada sekeliling ruang perpustakaan ini. Hanya dua yang dapat menggambarkan tempat ini, sepi dan sunyi. Bahkan petugas perpustakaan yang berjaga entah telah pergi kemana.

Kuperjelas sekali lagi bahwa sekarang aku tengah berada di perpustakaan. Tapi aku bukannya berada di perpustakaan umum, melainkan aku kini masih ada di perpustakaan di Harvard University. Mengingat di perpustakaan ini buku yang disediakan bisa dikatakan sangat lengkap dibandingkan perpustakaan umum yang biasanya kukunjungi. Jadi, wajar saja jika saat jam seperti ini perpustakaan sudah sepi. Siapa juga yang mau berada diperpustakaan lama-lama, apa lagi hari sudah mau menginjak tengah malam seperti ini.

Ugh.. Semoga saja aku tidak ketinggalan kereta. Setelah membereskan peralatanku dan mengembalikan buku ditempat semula, segera aku bergegas menuju stasiun kereta api terdekat.

Lagi-lagi sepi yang kudapat, huh.. Kutengok kembali jam tanganku yang menunjukkan pukul 23:20. Masih tersisa 10 menit lagi sebelum kereta terakhir malam ini berangkat.

Aku merasakan ingin buang air kecil, setelah ditimbang-timbang akhirnya aku memutuskan untuk kekamar mandi. Jarak antara kamar mandi cukup jauh dari tempatku menunggu kereta api berhenti tadi. Setelah menyelesaikan tuntutan alamiahku tadi, kini aku kembali berjalan menuju ketempatku semula.

Ketika hendak berjalan, samar-samar aku mendengar suara seseorang. Niatku ingin mengabaikan dan melanjutkan langkahku, akan tetapi entah mengapa langkah kakiku justru tidak sejalan dengan pikiranku.

Langkah kakiku membawaku menuju sumber suara itu berasal. Dapat kulihat dua sosok pria tengah berhadap-hadapan dan saling bertukar barang. Entah apa yang mereka tukarkan, aku tidak terlalu mengerti mengingat minimnya cahaya yang menaungi tempat ini.

Tapi satu hal yang dapat kutangkap dari kejadian barusan, itu adalah sesuatu yang buruk. Perasaanku mengatakannya, tidak seharusnya aku melihat atau pun terlibat dalam hal ini. Ketika hendak berbalik dan pergi dari tempat transaksi tersebut. Tiba-tiba kakiku tanpa sengaja menginjak sebotol kaleng soda.

Sial! Sial! Double sial!

Siapa sih membuang botol kaleng soda sembarangan disini? Bagaimana jika mereka sampai mengetahui keberadaanku? Gawat! Aku harus segera kabur dari sini.

Sebelum berlari, aku sempat menengok kebelakang dan mendapati tidak ada seorang pun disana. Apa mungkin mereka sudah kabur? Sejenak kuhembuskan napas lega bahwa mungkin keberuntungan masih berpihak padaku.

"Huhhh.. Syukurlah mereka tidak mengejarku. Tapi, apa yang mereka transaksikan tadi yah? Ah.. Sudahlah itu tidak penting, yang penting aku sudah aman."

Ketika hendak berbelok kearah stasiun, secara tiba-tiba ada sebuah tangan yang membekap mulutku dan mengunci kedua tanganku untuk mempersulit ruang gerakku.

"Hmm... Mpmmm.."

"Tolo...mpttmm..."

Aku berusaha memberontak sekuat tenagaku, tapi semua itu sia-sia karena bagaimana pun tenaganya jauh lebih kuat dibandingkanku yang seorang perempuan.

Tuhan! Siapa pun tolong aku. Air mata bahkan telah menetes membasahi kedua pipiku, tetapi sesosok yang membekapku masih terus mengunci kedua tanganku dengan satu tangannya sementara tangannya yang lain digunakan untuk membekap mulutku. Sebelum pada akhirnya ia membawaku kedalam sebuah mobil yang ku yakini adalah mobilnya.

The Unlucky Girl [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang