I

24.6K 1.5K 25
                                    

Emma POV

Aku memejamkan kedua mataku, membiarkan semilir udara malam mengenai wajahku. Menghirup napasku dengan dalam dan mengembuskannya secara perlahan. Sejak dulu, aku tidak terlalu menyukai pesta. Jika bukan karena Mom yang sedang sakit, aku pasti tidak perlu menemani Dad ke acara pertunangan koleganya.

Merasakan seseorang berada di sampingku membuatku membuka kedua mataku. Aku menoleh ke samping dan mendapati seorang pria yang sedang berdiri di sampingku seraya membawa satu gelas wine di tangannya.

"Sudah puas melihatku?"

Aku mengangkat kedua alisku mendengar ucapannya. Apa dia sedang berbicara denganku?

Pria itu, memutar kedua bola matanya dan menoleh ke arahku. Dia sedikit menunduk ketika menatapku—well, jangan salahkan aku yang terlihat pendek saat ini. Salahkan pria tersebut karena dirinya yang terlalu tinggi.

Pria itu membuka mulutnya dan membiarkannya terbuka sedikit. Dia menatapku tanpa ekspresi apapun. Aku mengerutkan kening dan menatapnya dengan bingung. Apa yang sedang dia pikirkan?

"Kau—" ucapanku terpotong karena dirinya yang mendadak berdeham dengan kencang. Membuatku memutar kedua bola mataku.

"Aku tidak apa-apa." Katanya seolah menjawab pertanyaanku yang tidak sempat terucap. "Jangan menggangguku."

Aku mendengus dan menatapnya dengan raut tak percaya. Aku? Mengganggunya? Sejak kapan! Hell, malah aku yang terlebih dahulu berada disini!

"Kau pikir kau ini siapa beraninya menuduhku sembarangan?!" Bentakku. Pria itu terlihat kaget ketika melihatku berani membentaknya. Aku mendengus sekali lagi. Memangnya dia siapa sampai mengira diriku tidak berani membentaknya? Apakah dia seorang presiden di Negara ini? Hah! Aku bahkan tidak ingat jika Negara ini memiliki presiden berwajah tampan seperti dirinya—ups! Aku akui dia memang tampan, oke? Tapi tetap saja percuma jika dia memiliki sifat arogan seperti ini.

"Kau tidak tahu siapa aku?" tanyanya dengan mengangkat salah satu alisnya.

Aku menaikkan kedua alis. "Memangnya kau siapa sampai aku harus tahu siapa dirimu? Apakah kau orang penting?" aku berdecak dan melipat kedua tanganku di depan dada. "Sayangnya, di mataku, kau bukanlah orang penting yang harus kuingat. Sori."

Pria itu menyeringai ke arahku. Membuatku mendapatkan perasaan bahwa seharusnya aku tidak usah meladeninya sejak dia berada di sini.

Perasaanku juga berkata jika aku seharusnya aku menutup mulutku rapat-rapat agar aku tidak terkena masalah dengannya. Perasaanku berkata sekali lagi, bahwa dia... pria yang cukup berbahaya—atau sangat berbahaya?

"Kau wanita yang cukup berani sepertinya." Katanya yang lebih kepada dirinya sendiri. "Kau tidak tahu siapa aku? Aku adalah Jax Botticelli, apakah nama itu mengingatkanmu akan sesuatu?"

Aku mengerutkan kening. Berpikir apakah aku pernah mendengar nama aneh tersebut atau tidak.

Aku terkejut ketika merasakan sebuah jari telunjuk memegang keningku, tepat berada di antara alisku.

"Jangan berpikir terlalu dalam."

Oke, pria ini mulai membuatku takut sekarang. Maksudku, bagaimana dia bisa berjalan mendekatiku tanpa kuketahui? Bagaimana bisa dia berdiri di hadapanku terlalu dekat tanpa merasa tidak nyaman denganku? Aku bahkan baru bertemu dengannya beberapa menit yang lalu!

"Kerutan di keningmu membuat wajah cantikmu terhalangi, sweety." Mendengar ucapannya membuatku ingin muntah. "Jadi, kau sudah berhasil mengetahui siapa diriku?"

Aku menyingkirkan telunjuknya dari keningku dan mundur satu langkah darinya. Membuatnya dekat seperti itu membuatku mual.

"Aku tahu siapa dirimu." Jawabku, membuat dirinya menyeringai lebih lebar daripada sebelumnya. "Kau adalah pria tua yang sudah gila dan tidak ingat umur bahwa kau sedang menggoda gadis di bawah umur. Oh, dan kau memiliki nama yang cukup aneh di telingaku. Jadi ya, aku mengetahui siapa dirimu, Mr. Botticelli."

Il SuoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang