Ya ampun. Aku menemukan kegelapan lagi. Untuk apa aku menemukannya? Aku sudah tidak tau dan tidak mau tau. Tapi, secercah cahaya memasuki retinaku. Ah, biarkan saja.
Aku terbangun dengan lemah. Tangan dan kakiku sakit, ternyata terikat. Inikah yang terjadi setelah aku diculik? Diikat dengan rantai dalam ruang kaca, menggelikan sekali. Aku mengedarkan pandangan ke segala penjuru. Saat pandanganku lurus, aku melihat seperti bayangan seseorang sedang berdiri di samping sebuah benda. Tiba-tiba lampu menyala, menampilkan seorang perempuan berdiri di samping tempat tidur yang disana terdapat...Len.
"Len!" Aku menyerukan namanya. Dia tidak terbangun.
"Apa yang kau lakukan?! Lepaskan aku! Len! LEN!!" teriakku. Dia hanya terdiam seperti manekin. "Apa yang kau inginkan?!"
"Len" jawabnya enteng
"Kau pikir aku akan menyerahkannya begitu-"
"Kau pikir kau bisa terlepas dari rantai itu?"Bagus. Pertanyaan yang sangat logis darinya terasa seperti beribu panah di hatiku. Ya tentu, aku tidak mungkin bisa lepas dari rantai yang mengunci kedua tangan dan kakiku. Kedua tangan dan kakiku direntangkan berjauhan.
Perempuan itu mendekati Len yang masih tertidur. "Aku adalah milik Len dan Len milikku. Tidak ada yang bisa menghentikan kami"
Perempuan itu menyapu tangan Len sampai dagunya. "Hentikan itu...!"
"Untuk apa aku menghentikannya?" Dia mengusap bibir Len dengan jari telunjuknya. "Bukannya Len milikku?"
Dia memegang kedua pipi Len dan... "Jangan lakukan itu!" Menjilatnya?!
"Ini seru, kau tau? Aku sudah memiliki Len" dia mengecup pipi Len. "Tapi aku belum terlalu puas"
"Tidak! Jangan pernah kau rebut pacarku!" Bentakku. Dasar perempuan sialan..!
"Apa aku harus menggerayangimu, Len?" Tanyanya pada Len yang masih tertidur. Apa yang diberikannya pada Len? Kenapa Len belum terbangun ju-
"Apa yang ingin kau lakukan?"
"Menggerayangimu~"
Len sudah bangun? Apa dia hanya berpura-pura tidur sebelumnya? "Len! Apa yang kau pikirkan?! Lepaskan aku!"
Len menatapku dengan tatapan datar. "Apa maksudmu? Jangan menggangguku dalam hal ini"
"Len, dia wanita jalang yang ingin merebutmu dariku. Untung saja aku sudah menahannya dan perlihatkannya penderitaan asli" ucap perempuan itu
"Kaulah si jalang itu! Akulah pacar Len yang sebenarnya! Apa maksudmu Len?! Lepaskan aku!" Aku memberontak
"Len, aku ingin merasakanmu. Bolehkan~?" Mereka tidak menghiraukanku! Dia duduk di hadapan Len dengan rayuan dada besarnya.
"Tentu saja, sayangku~" Len membuka kancing baju perempuan itu perlahan, memperlihatkan belahan dadanya.
"Dasar jalang! Hentikan itu! Len, dengarkan aku!" Teriakku. Aku semakin frustasi dibuatnya.
"Ah~ Len~ Kau sangat kaku~"
"Kaulah yang terlalu sering melakukannya, sayang~"
"Aku masih perawan hanya untukmu, Len~"
Aku mengepal kedua tanganku erat. Air mata mulai bercucuran. Len mempermainkan hatiku? Apa selama ini dia...?
"Aku tidak akan puas jika kau yang di atas, watashi no hime~" rayu Len. Menjengkelkan!
"Baiklah~ Jika itu bisa membuatmu nyaman~"
Sekarang mereka berganti posisi, Len berada di atas perempuan itu. Len menahan kedua tangan perempuat tadi dan menyerang lehernya dengan panas. Aku tidak sanggup melihatnya. Hentikan semua ini, kumohon.
BRASH
"Kuso onna. Nani wo shitten no?*" tanya Len dengan nada tajam. Aku melihat ke arah Len. Dia...
PRANG
"Apa kau tidak apa-apa, Rin?! Lihatlah! Pergelangan tanganmu membiru! Biar kulepaskan" Len melepaskan rantai yang mencengkram tangan dan kakiku. Aku terjatuh.
"Apa kau baik-baik saja?" Tanya Len
"Kau membunuhnya...?" Aku menatap iris Len lekat-lekat. "Kau membunuhnya, bukan? Kau membunuhnya sampai mati, kan?!"
"Rin, tenangkan dirimu. Aku sudah menumpasnya. Tidak ada yang perlu kau khawatirkan lagi" ucap Len
Aku masih tidak percaya. Aku bergegas mengambil pisau yang Len pakai tadi dan menuju ke perempuan sialan itu. Kulihat darah segar masih mengalir dari wajanya.
"Pergilah kau..!" Aku mengangkat pisau itu tinggi-tinggi. Kuhunuskan pisaunya tepat di jatungnya. "Pergi kau dari dunia ini! ENYAHLAH KAU DARI HADAPANKU! LEN MILIKKU SEORANG! KAU TIDAK AKAN MENDAPATKANNYA!"
Aku menusuknya berkali-kali tanpa ampun. Tusukan brutal membuat darah memancar keluar dan mengenai tubuh juga wajahku. Aku tidak ingin dia masih hidup, jadi kutikam saja dia berkali-kali.
"Rin, hentikan saja!" Len menahan tanganku
"APA YANG KAU LAKUKAN, LEN?! AKU INGIN MEMASTIKAN BAHWA DIA SUDAH MATI! MATI SAJA DIA!" Aku memberontak ingin dilepaskan
Len masih menahanku. "LEPASKAN AKU! LEPASKAN!!"
"HENTIKAN, RIN!" Bentakan Len membuatku terhenti. Air mataku tidak dapat dibendung lagi. Pisau yang tadinya kugenggam erat lepas dari tanganku. Bunyi nyaring dari jatuhnya benda tajam itu terdengar. Aku jatuh terduduk.
"Sudahlah, Rin. Semua sudah berakhir" ujar Len sambil mengelus pucuk kepalaku
Aku membalikan badan ke arah Len. Kutarik kerah seragamnya kasar. "KATAKAN PADAKU KALAU KAU TIDAK AKAN MENINGGALKANKU, LEN! AYO, KATAKAN!!"
"Aku janji tidak akan meninggalkanmu, Rin"
"Kau tidak bohong, kan?"
"Tidak mungkin aku berbohong padamu, Rin. Aku pacarmu"
"Kau berbohong...! Kau berbohong padaku!"
"Hentikan itu, Rin! Hentikan semua itu! Mana mungkin aku berbohong padamu!"
"Buktinya tadi kau melakukan hal mesum pada dia! Si gadis sialan itu!"
"Hentikan saja semua ini dan kita pulang"
Aku memilih untuk diam, tidak mau lagi meladeni perkataan Len yang membuatku muak.
"Kuso onna,
Neru"
.
.
.
------------------------------------------------------
Terima kasih telah membaca sejauh ini..* = perempuan sialan. Apa yang kau lakukan?
KAMU SEDANG MEMBACA
Yandere Mode..? [✔️]
ФанфикFF ini mungkin akan sangat sadis, tapi semoga saja saya masih berbaik hati dan tidak membiarkan hal itu terjadi..