Third

29 3 0
                                    

Jaemin POV..

Jaemin:
Mari bertemu
Akan ku traktir es krim
Kita bersenang senang
04.39 AM
Read

Lami:
Baiklah
Bertemu dimana?
06.05 AM

Jaemin:
Kirimkan aku alamatmu
Biar aku yang menjemputmu
06.10 AM
Read

T

epat setelah lami mengirimi maps alamat rumahnya, aku tersenyum puas. Yaa, setelah konsultasi sedikit dengan Hina di chat kemarin, aku memutuskan untuk mengajaknya berkencan hari ini. Hanya untuk refreshing dan bersenang senang saja.

Aku ingin membawanya ke taman dan bermain bersamanya mengelilingi taman. Aku harap dia senang dengan ide ku ini. Jadi, aku segera melangkah ke kamar mandi dan membersihkan diriku.

Setelah merasa sudah cukup tampan dan keren, aku pergi ke rumah lami dengan berjalan kaki. Ya, terbuat rumahnya tak begitu jauh dari rumahku. Hanya berjarak dua blok.

Sesampainya disana, aku memencet bel intetcom disana dan menunggu si pemilik itu bersuara.

"Annyeong," suara Lami melalui intercom. "Eoh? Jaemin oppa?"

"Lami, ini aku," kataku.

"Sebentar," katanya. Lalu tidak lama, seorang gadis cantik keluar dari rumah yang tidak kalah besar dari rumahku ini. Gadis dengan setelan kemeja pink yang dimasukan kedalam rok hitam selututnya. Ia menggulung lengan panjang kemeja tersebut hingga se siku. Rambut lurus nya ia biarkan tergerai. Tas selempang kecil tersampir di pundaknya. Kaki cantiknya di lindungi sepasang sneakers berwarna senada dengan atasannya. "Ayo," katanya tak membuatku bergerak sedikit pun, masih mengagumi mahakarya Tuhan yang indah. "Ya! Oppa, ayo," katanya membuatku tersadar.

"A-ayo," balasku gugup.

Kami pun melangkah menuju halte bus terdekat dari sini. Aku memasukan tanganku kedalam saku celana ku, masih sibuk dengan pikiranku dan jantungku yang berdebar kencang. Sementara Lami, mungkin sama. Ia terus tersebut memperhatikan jalan membuatku semakin gugup karna kecantikannya.

"Ehem," aku berdeham begitu kami sampai di halte. "La-lami," kataku membuatnya memandang kearahku dan membuatku makin gugup.

"K-kau.. Cantik.." kataku tulus sambil menggaruk tengkuk ku yang tidak gatal. Aku menatap nya yang sedang bersemu merah. 'Aigoo.. Lucunya,'  aku semakin gugup melihat nya yang hanya menunduk menutupi pipi merahnya.

"Go-gomawo," katanya membuatku tersenyum dan tidak sengaja mengacak puncak kepalanya.

Bus pun datang dan membuat kami harus naik kedalam sana.

***

"Kita mau ngapain kesini oppa?"

"Bersenang-senang."

Aku dan lami sedang berjalan menyusuri jalanan taman yang berisi bunga sakura yang bermekaran pada kanan dan kiri sisi jalanan taman. Lami tampak menikmati nya. Terbukti dari Lami yang terus tersenyum.

"Mau naik sepeda?"

***

"Pegangan yang erat Lami ya! Aku akan ngebut! Uuu!" seruku semangat sementara lami yang duduk di belakang ku memelukku semakin erat dan tertawa. "Lami senang?!"

"Senang oppa!" serunya semangat. Aku tertawa bahagia dan terus mengayuh sepeda ini, membiarkan angin bersentuhan dengan wajahku. Pemandangan yang indah, suasana yang menyenangkan.

Lami dan aku...

Bahagia..

Lami merentangkan tangannya membuatku melirik sekilas kebelakang, kearah nya. Ia menutup matanya menikmati angin. Rambutnya terhempas angin membuatnya semakin cantik. Wajahnya tenang, dan damai.

Kami menghentikan sepeda kami pada sebuah jembatan yang ada di taman ini. Kami memperhatikan beberapa pasangan lain yang sedang duduk di pinggir sungai. Indah ketika bunga sakura jatuh dan terbawa arus sungai.

"Sakura itu indah. Aku menyukainya," kata Lami mendadak.

"Kenapa?"

"Bunga yang cantik, hanya mekar dua musim sekali. Sekalipun bukan musimnya, orang-orang menantikan bunga sakura untuk mekar. Aku ingin seperti itu, dinantikan orang hingga mekar dan indah," katanya antusias.

'Kamu sudah mekar dan indah dalam hatiku, Lami,' kataku dalam hati dan tersenyum memandangnya.

Lami POV..

"Tunggu disini ya, aku akan membeli minuman dulu," katanya. Aku mengangguk. Ia pun pergi menjauh dari tempat ku duduk sekarang.

Aku memandang ke depan. Pandanganku terpaku pada dua anak kecil, laki-laki dan perempuan yang sedang sibuk dengan sebuah kelopak bunga.

"Kalau kelopak nya genap, maka aku yang menang," kata si anak laki-laki.

"Baiklah. Aku setuju!" sahut anak perempuan. Mereka pun menghitung jumlah kelopak yang ada dan hasilnya, genap.

"Yeay! Aku memang!" seru si anak laki-laki membuat bibir si anak perempuan mengerucut. "Ya! Jangan ngambek yoora-ya," kata si anak laki-laki lalu mengecup pipi si anak perempuan sekilas membuat wajah anak perempuan itu memerah.

Aku menahan tawaku. Masih kecil saja sudah bisa begitu kekeke.

Mendadak kepalaku merasa nyeri luar biasa. Entah apa yang terjadi, tubuhku terasa lemah dan lemas. Entah kenapa rasa lelah itu mendadak hinggap di dalam tubuhku.

"Lami? Gwaenchana?" suara seseorang. Ku angkat kepalaku dan menatap orang itu. Jaemin oppa membawa dua kaleng jus jeruk. "Kita pulang yuk. Kondisimu tidak baik sepertinya."

"Aniya! Nan gwaenchana! Bukankah kita mau melihat-lihat lagi?" kataku berusaha mengalihkan pembicaraan.

"Tidak lami. Wajahmu sangat pucat. Kita harus... LAMI!" teriaknya lalu mengeluarkan sehelai sapu tangan dan menutup hidung ku dengan sapu tangan. "Ayo pulang. Kamu udah mimisan," katanya. Sungguh buruk.. Kenapa harus kambuh sekarang..

Aku terpaksa menuruti keinginannya. Dengan taksi, ia mengantarkan aku pulang ke rumah dengan darah yang masih mengalir.

Jaemin POV..

Aku mengantar nya pulang dengan taksi. Bagaimana aku tega membiarkannya masih berada di taman dengan wajah super pucat dan hidung yang mengeluarkan darah? Aku tidak tega!

Mengikuti keinginan, aku masih ingin bersamanya. Tapi kesehatan lami prioritas ku. Ia bilang, ia tidak apa-apa. Hanya kelelahan setelah begadang demi lukisan nya. Kuharap memang iya.

Karna sudah seminggu lebih berlalu sejak kencan pada hari itu. Namun aku malah hilang kontak dengan nya. Ia tidak mengangkat telfon ku atau pun membalas chat ku.

Apa ia baik-baik saja ya?

TBC

사랑해 기억해 (Remember, i love you) Where stories live. Discover now