PROLOG.

4.2K 202 15
                                    

304th Study Room Fanfic

—After 304th Study Room [Behind The Heartless]—

Benedict E.J. & Desyca T.

Disclaimer: Felicia Huang

Fic ini terbit atas izin langsung dari Felicia Huang

—DLDR—

CHAPTER: PROLOG.

.

.

.

.

.

Mereka bilang, aku adalah gadis yang paling beruntung. Ya, aku memang beruntung. Hanya keberuntungan yang masih bisa aku andalkan dalam hidupku ini.

"Desyca, pelan-pelan!"

"Udah terlambat, Mas! Dosennya galak, telat sepuluh menit gaboleh absen. Dah~"

"Ya Tuhan,"

"Kak Bejo, setiap hari berangkat sama Desyca. Ada hubungan apa? Kalian pacaran?"

.

.

.

Kenapa Desyca tidak seanggun Rieva? Kenapa Desyca tidak semanis Irene? Kenapa Desyca...

"Pacarmu, Jo?"

"Ah?"

"Bukannya gadis itu sering pergi dengan Reihan?"

"Reihan pacarnya Irene?"

.

.

.

Aku tidak mengerti kenapa semua keberuntunganku dibenci oleh semua orang.

"Desyca, aku mencintai Reihan. Jangan rusak hubungan kami."

"Aku tidak—"

"Aku tahu mereka menyukaimu, tapi berhentilah merusak hubungan kami!"

"Apa yang sudah ku rusak?!"

"Kau merusak perasaanku, kau merusak perasaan Benedict, kau merusak perasaan Rieva! Apa kau sudah puas?!"

.

.

.

Aku tidak pernah berpikir bahwa cinta akan serumit ini. Cinta yang sulit ditengah-tengah persahabatan kami.

"Aku tidak pernah bermaksud untuk merusak perasaan siapapun."

"Aku tahu, bukan salahmu juga jika aku dan kak Juna menyukaimu."

"Lalu aku harus apa?"

"Mau bersenang-senang sebentar saja?"

.

.

.

Kau tahu rasanya hancur berkeping-keping? Ketika kau mencintai kekasihmu dengan segala kekurangannya, tapi...

"Kau tidak tahu apa yang media tulis untuk berita mereka pagi ini!"

"Memang apa yang sudah ku lakukan?!"

"Kau. Desyca Taniadi, kau sudah menjadi bintang utama di segala macam berita hari ini."

"Apa?"

"Kau bukan hanya akan kehilanganku, tapi kau akan kehilangan sahabat-sahabatmu juga."

.

.

.

Hadapi saja semuanya, meski tak satu pun percaya padaku.

"Tidak satu pun percaya padaku, apa yang harus aku lakukan?"

"Tidak bisakah kamu mengabaikan semuanya?"

"Gosip itu melebar seperti api yang bertemu bensin, satu kampus membicarakanku."

"Benedict?"

"Dia...meninggalkanku.

.

.

.

Rasanya aku ingin berharap keberuntunganku akan menyelamatkanku sekarang.

"Desyca!!!"

"BODOH! APA YANG KAU LAKUKAN?! KENAPA KAU MENYELAMATKANKU?! KENAPA KAU MENOLONGKU, REIHAN?!!"

"Kau pikir bunuh diri akan menyelesaikan semuanya?!"

"Reihan....Desyca? Malam-malam begini kalian..."

"Benedict?"

.

.

.

Aku tahu mungkin semua ini kelewatan, tapi luka di hatiku juga belum sembuh.

"Irene, Desyca sudah satu minggu tidak kuliah. Kau tahu dimana dia?"

"Satu...minggu?"

"Ada yang tahu kemana Desyca?"

"Untuk apa kalian mencarinya? Bukankah kalian membencinya?"

.

.

.

Spesifikasi cinta itu seperti apa? Apa kau tetap peduli meski hatimu terluka karenanya?

"Tante, Desycanya ada di rumah?"

"Irene ya?"

"Desyca sedang istirahat, dia tidak mau diganggu siapapun. Hanya itu yang ku dapat."

"Desyca sakit apa?"

.

.

.

Menang tidak harus selalu menjadi tujuan, kadang aku harus menyerah untuk suatu kebaikan bukan?

"Desyca, pesawatnya berangkat jam delapan ya."

"Mami, aku akan baik-baik saja 'kan?"

"Woy! Desyca pergi ke bandara, pesawatnya berangkat jam delapan!"

"Benedict, masih bersikeras melepasnya?"

.

.

.

Author Note:

Halo!

Udah hampir 2 tahun mungkin ya gak nulis fic lagi, sekarang lagi mencoba suasana baru. Kalian tahu 304th Study Room yang di webt**n itu kan? Kebetulan aku bikin fic versi BenedictDesyca dalam versi mereka udah kuliah—iya, ketawain aja—anggaplah saya ini newbie lagi. Jangan lupa kritik dan saran ya :D

Makasih makasih.

Penuh Tjintah, Ara :*


After 304th Study Room [Behind The Heartless]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang