Chapter VI: HURT.

1.6K 109 14
                                    





304th Study Room Fanfic

—After 304th Study Room [Behind The Heartless]—

Benedict E.J. & Desyca T.

Disclaimer: Felicia Huang

Fic ini terbit atas izin langsung dari Felicia Huang

—DLDR—

CHAPTER VI: HURT

.

.

.

Enjoy reading.

.

Reihan menghempaskan tubuhnya dengan kasar ke ranjangnya, ia tidak mengerti dengan ingatan Dirga. Rasanya tidak masuk akal jika pemuda kurus itu benar-benar tidak kenal dengan Irene, padahal mereka sering pergi bersama dan berpapasan juga. Ah, sialnya memang Dirga terlalu cuek untuk masalah perempuan apalagi masalah cinta-cintaan yang menurutnya 'gak penting'. Dirga adalah tipikal laki-laki yang lebih suka menghabiskan waktunya untuk bernyanyi, bermain musik, dan belajar. Baginya, beasiswa mungkin lebih penting daripada mengingat nama Irene dan siapa Irene. Bicara soal Irene, Reihan jadi penasaran apa yang sedang dilakukan Irene sekarang? Sejak mereka memutuskan untuk mengakhiri hubungan, Reihan tak lagi menerima chat dari Irene. Pemuda bersurai panjang itu memejamkan matanya, menarik napas dalam, dan mencoba merenung. Ia sadar bahwa kebersamaan mereka bukan hanya sekedar pulang-pergi kuliah, tertawa bersama, sedih bersama, dan nakal bersama. Bukan, kebersamaan mereka lebih dari itu. Reihan juga terlanjur jatuh cinta—dalam arti yang sebenarnya—kepada Irene, ia sudah mengikrarkan janji serius dalam hubungan mereka. Sekarang? Reihan tidak mengerti kenapa Irene berubah, gadis itu jadi kasar dan tempramen, gaya bicaranya sudah berubah, ia jadi mudah marah dan sering merajuk. Lalu bagaimana dengan Reihan? Dirinya...sudah berada di batas kesabarannya.

Reihan membuka matanya perlahan, ia bangkit dari posisinya dan berjalan menuju meja belajarnya. Ada satu frame foto disana, foto yang menggambarkan suasana kehangatan diantara mereka dengan formasi Reihan yang berdiri diapit oleh Benedict dan Juna, disebelah Juna ada Dirga yang sedang memegang ice cream dengan wajah paling sumringah diantara yang lain. Di depan mereka, ada Desyca, Rievalisha, dan Irene dengan posisi duduk sembari memegang permen lollipop warna-warni milik mereka masing-masing. Wajah Desyca yang terlihat kesal karena pipinya terkena ice cream Dirga, juga tawa yang lainnya dengan background putihnya pasir pantai dan langit biru yang begitu indah. Ah, mendadak Reihan merasa air matanya tumpah. Ia menyeka kembali air matanya dengan punggung tangan. Reihan merasa lemah sebagai laki-laki, ia menangis hanya karena merindukan masa-masa dulu bersama Irene dengan yang lainnya. Hey, laki-laki juga boleh menangis 'kan. Terlepas dari semua rasa rindunya, Reihan lebih merindukan kebersamaan mereka yang menurutnya sekarang malah berkurang. Ya, Reihan tahu mereka semua sibuk, dan Reihan tidak bisa apa-apa dengan semua itu.

"Rasanya aku butuh suasana baru." Ujar Reihan sembari mencoba tersenyum, kemudian ia menyambar kunci mobilnya dan berlalu dari rumahnya.

.

.

.

Benedict E. Johansson mengepalkan tangannya kuat-kuat saat dirinya mengingat kembali bahwa Desyca Taniadi, mantan kekasihnya adalah alasan utama kandasnya hubungan Reihan dengan Irene. Baginya, sangat disayangkan kenapa mereka begitu kekanakan menyikapi masa lalu dan berakhir dengan cara menyudahi hubungan yang tidak memiliki jalan keluar dalam masalahnya. Benedict semakin sakit mengingat ialah orang yang menjadi sumbu dalam percikan api diantara Reihan dan Irene. Lebih sedih lagi karena sekarang Desyca jadi kena batunya gara-gara ulahnya. Harusnya Benedict tidak mempertanyakan hubungan Reihan dengan Desyca di masa lalu. Oh, salah—harusnya Benedict mempertanyakan ini pada Desyca langsung agar tidak timbul salah paham. Akibat dari cemburu butanya melihat Desyca yang dipeluk Reihan, Benedict benar-benar gelap mata. Benedict menunduk dalam-dalam, terbayang lagi kedekatan Desyca dengan Juna yang semakin hari semakin dekat. Semua masalah ini membawanya pada rasa bersalah terhadap Rieva. Gadis itu menyukai Juna, dan Desyca malah dengan sengaja menjadikan Juna sebagai kekasihnya. Semakin renggang pula hubungan dirinya dengan Juna, lalu Desyca dengan Irene dan Rieva. Tapi...apakah yang dilakukan Desyca selama ini serius atau...pura-pura?

After 304th Study Room [Behind The Heartless]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang