Chapter 4

120 2 0
                                    


Aku terbangun karena sebuah suara teriakan histeris. Suara tersebut terus bertambah keras semakin lama waktu mengalir. Seperti alasan orang itu meringis kesakitan adalah karena waktu. Ia terus menusuk, dan mencabik cabik tubuh orang itu berkali kali hingga ia jatuh ke tanah.

Aku membuka mataku perlahan, dan seketika juga suara histeris itu hilang. Badanku tersontak kaget melihat sekelilingku. Semuanya gelap, tidak ada satu pun cahaya di sekitarku. Hanya ada ruang hampa yang gelap. Ruang hampa gelap yang sunyi. Sangat sunyi.

Dan aku merasa sendirian di sana. Tanpa ada benda maupun makhluk hidup apapun.

Aku sendirian di sana.

Sama seperti dulu.

Kekeke~

Sebuah suara terdengar dari daerah dekat gendang telingaku. Hanya seperti bisikan, yang kemudian ditiup oleh hembusan angin, meskipun di sini tidak ada sesepoi pun angin.

Hihihihi~

Suara itu kembali terdengar dan berbeda dengan sebelumnya, bunyinya lebih keras. Suaranya juga tidak datang dari area gendang telingaku, itu seperti berasal dari--

Jleb!

Sreekk!

Crott! Pyak! Pyak!

Bruk!!

KYAAAAA!!!!

kekekeke~

Sreeekkk~

Huaaaaa!!!!

Kihihihihiiiii~~

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Hanna?

Siapa disana?

Hanna?!

Menjauhlah dariku!!!

Ha- Kyaaaaaa!!!!

Tud!

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

"Hanna.... cepat lah bangun..."

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Dinding putih.

Hal pertama yang kulihat ketika aku membuka mataku adalah dinding putih, dengan hiasan dan wallpaper bergambar bunga kuning, jingga, merah, pink, dan ungu. Paduan dari warna warna pada bunga itu menciptakan suasana yang tenang dan nyaman, seperti di rumah.

Di bawah dinding itu ada sebuah meja cokelat kecil yang penuh dengan plastik plastik roti, buah dan beberapa botol air mineral, bungkus makanan take out, cup mie instant dan masih banyak lagi.

Kanan atas meja itu tegantung sebuah televisi besar berlayar tipis yang sedang menyala dan menampilkan siaran sore berita hari ini.

Dimana ini?

Aku menunduk ke bawah dan melihat tubuhku terlapisi selimut tebal berwarna cream tua. Aku melempar selimutnya dari tubuhku dan mencoba untuk duduk. Badanku masih terasa kaku dan gemetar sehingga agak sulit bagiku untuk melakukannya.

Ketika berhasil, aku mulai melihat sekelilingku. Dinding putih, meja cokelat dan televisi, sama dengan yang kulihat tadi. Gorden kuning pucat yang menutupi jendela besar, ada di sebelah kiri kasurku. Tongkat, tempat untuk menggantung cairan infusku berada di sebelah kanan kasurku, di samping tubuh seseorang yang tertidur di kursi, pinggiran kasurku.

Seungri.

Lalu aku teringat peristiwa sebelumnya. Air shower yang dingin, baju yang hilang, handuk yang basah, AC yang menyala, lalu pingsan karena kedinginan. Aku teringat semuanya.

PLAK!!!

"Heh jangkrik! Bangun nga lu!!!" Kataku sambil memukul mukul kepalanya.

Seungri membuka kedua kelopak matanya perlahan lahan. Setelah kuperhatikan baik baik, tampaknya kedua mata panda yang sudah menjadi ciri khas khususnya bertambah parah.

Seungri bangun dari posisinya dan menguap. Dia menggerak gerakkan kedua tangannya ke udara dan membuat ekspressi muka yang aib, sangat sangat aib. Sungguh, dia benar benar tampak seperti orang bolot ketika melakukannya.

Tanganku merasa gatal ingin mengambil hp, memfotonya dan menyebarluaskannya ke seluruh sosial media yang kupunya. Biarkan dunia mengetahui sisi cemerlang dari sosok Seungri, member Big Bang.

Aku perhatikan sekelilingku, dari sini tidak ada terlihat jejak jejak keberadaan dari hpku.

Sialan.

Tiba tiba Seungri mengarahkan pandangannya kembali padaku. Dia menyipitkan kedua matanya dan mendesah.

"Kau ini, bikin aku khawatir saja...." Ucapnya sambil mendesah kembali.

Aku menatapnya bingung.

"Kau pingsan di kamar mandi kemarin, tidak bangun bangun hingga sekarang. Aku dan yang lain benar benar ketakutan kau tahu? Kau terus terusan berteriak histeris di tidurmu, kami kira ada terjadi sesuatu, tapi dokter bilang kau tidak apa apa, jadi kami biarkan saja. Meskipun begitu suaramu benar benar menakutkanku." Dia mengambil sebotol air mineral yang sudah diminum setengah, dari meja cokelat kecil di bawah televisi.

"Yang paling mengerikannya lagi ketika tadi subuh. Kau kembali berteriak histeris dalam tidurmu, membangunkan kami semua dari tidur. Hyung terus  berpikir untuk menyuruh dokter datang, dia tidak tahan dengan teriakanmu. Tapi tidak lama kemudian kau tersenyum, pertamanya hanya sedikit saja. Namun lama kelamaan bertambah besar hingga kau tertawa. Kau tertawa sangat kencang hingga menangis. Air matamu tidak berhenti meskipun kau sudah kembali tenang. Itu benar benar membuatku ketakutan kau tahu? Aku bersumpah hampir semua bulu di tubuhku naik karena tawamu itu." Oceh Seungri.

Aku menatapnya aneh. Aku tidak pernah berteriak ketika aku tidur, apalagi menangis. Dari ocehannya barusan, aku benar benar terdengar seperti seorang pschyo yang belum meminum obatnya.

"Itu aneh.... aku tidak pernah berteriak dalam tidurku." Ucapku pelan.

"Benarkah? Tapi itu benar benar terjadi. Dokter bilang kau mungkin sedang bermimpi." Kata Seungri.

"Iya mungkin saja..."

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Sayangnya itu bukan mimpi...

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 01, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Adik Kecil Big BangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang