Tulus Chapter 4

6.9K 637 5
                                    

Chapter 4

Di sebuah ruangan seorang pemuda duduk di tepi ranjangnya sambil menghela napas karena bosan.
“Haaahh” hela pemuda tersebut.
CEKLEK..
“Eh” kaget pemuda tersebut sambil menengok ke arah pintu.
“Kenapa Jaejoong-ssi tidak beristirahat?” tanya seorang wanita paruh baya yang baru saja memasuki ruangan tersebut.
“Aku bosan Ahjumma” sahut Jaejoong lirih.
“Bagaimana keadaanmu?” tanya wanita yang dipanggilnya Ahjumma.
“Ya, sudah mendingan, badanku juga sudah tidak panas lagi” jawabnya.
“Oh, syukurlah. Sebentar lagi aku akan pulang, tapi sebelum itu aku akan membuatkan makan malam terlebih dahulu, apakah Jaejoong-sii membutuhkan sesuatu?”
“Tidak.... ehhhmm, sebenarnya aku sedikit bosan, apa aku boleh jalan-jalan di sekitar komplek?” tanya Jaejoong memohon.
“Eh, apa tidak apa-apa Jaejoong-ssi jalan sendirian? Jika terjadi sesuatu Tuan Muda akan memarahiku” jelasnya.
“Ahjumma tenang saja, aku akan mengabari hyung dulu, jadi tidak perlu khawatir” jawabnya.
“Baiklah, tapi jangan lama-lama, angin malam tidak bagus untuk kesehatan Anda”
“Ne” jawab Jaejoong kemudian beranjak keluar.
-
-
Jaejoong berjalan sendirian menyusuri komplek perumahan tempat tinggal atasannya itu. Tempat yang cukup nyaman dan indah, rumah-rumah besar dibangun dengan indahnya. Berbanding terbalik dengan daerah tempat tinggal Jaejoong yang kumuh dan rumah sempit dan kecil, namun masih layak huni untuk orang-orang seperti dirinya. Jaejoong berjalan sambil menatap bangunan-banguna yang dia lewati, matanya tak pernah berkedip setiap melihat keindahan bangunan-bangunan tersebut. Jaejoong yang semenjak kecil tingal di sebuah rumah seerhana seperti itu pastilah menatap takjub bangunan-bangunan di perumahan elit itu. Sampai diujung komplek Jaejoong pun masih menatap takjub.
“Ah, lebih baik aku mendatangi adikku saja, daripada bosan” gumam Jaejoong.

Jaejoong berjalan menuju cafe tempat dia dan adiknya bekerja. Perjalanan jauh tak membuatnya mengeluh. Itu sudah menjadi kebiasaan seorang Jaejoong. Bangunan cafe sudah nampak, karena ingin membuat kejutan untuk adiknya, dia berbelok arah ke sebuah gang sempit, bermaksud untuk lewat pintu belakang cafenya. Jaejoong berjalan cukup senang sambil tertawa kecil membayangkan reaksi adiknya yang cerewet itu. Ketika melewati sebuah gudang Jaejoong merasa ada seseorang yang mengikutinya setiap di toleh tidak ada siapapun di belakangnya. Ketika hendak melangkah lagi, tiba-tiba seseorang membekap mulutnya dan menyeretnya ke arah gudang kosong.
Jaejoong meronta dan berusaha melepaskan diri, namun dengan tubuhnya sedikit lemah, kondisi yang baru saja sembuh dari demam dan perjalanan jauh membuatnya lemah tak kuasa melawan seretan orang tersebut. Sesampainya di tempat, tubuh Jaejoong dihempaskan ke lantai kotor gudang tersebut. Lampu remang-remang di ruangan itu cukup untuk melihat keadaan sekitar. Jaejoong membelakkan matanya tatkala melihat siapa pelaku penyeretan tersebut.
“Y- Yunhoo” gumam Jaejoong, tubuhnya gemetaran dia merasakan sesuatu yang buruk akan menimpanya. Dilihatnya pemuda yang sangat dikenalnya itu. Mata musangnya menatap doe eyes tajam, sebuah seringai tercetak di di bibir hati itu. Jaejoong yang ketakutan bergerak sedikit ke belakang. Yunho, pemuda itu mendekati Jaejoong yang gemetaran.
“Apa yang akan kau lakukan?” tanya Jaejoong lirih sambil terus bergerak mundur, dan menyentuh tembok di belakangnya. Yunho semakin menyeringa. Jaejoong membuka mulutnya hendak bertanya, namun bibirnya sudah dibungkam dengan bibir Yunho. Jaejoong membelakkan matanya. Jaejoong mulai memberontak saat dirasanya sebuah tangan yang menelusup ke dalam bajunya. Jaejoong meberontak berusaha melepaskan diri. Jaejoong terus memberontak, pemberontakkan Jaejoong itu membuat Yunho kesal. Diambilnya seutas tali disebelahnya, dan digunakan untuk mengikat tangan Jaejoong. Jaejoong berusaha melawannya.
PLAAKK... sebuah pukulan mendarat di pipi mulus Jaejoong, tangis Jaejoongpun lepas.
“Yunho, hentikan, aku mohon, hiks... hiks...” mohon Jaejoong.
Yunho hanya diam, dia hanya memandang pemuda yang kini berada di bawahnya memohon untuk dilepaskan. Rasa kesal Yunho sudah tak terbendung lagi, ia butuh pelampiasan ditambah alkohol yang mempengaruhinya. Tanpa menunggu lama, Yunho pun melancarkan aksinya. Teriakan permohonan, suara tangis yang memilukan hati terdengar di ruangan kosong itu. Jaejoong menangis, menangisi hidupnya yang dihancurkan pemuda yang kini tengah mengagahinya. Hidupnya hancur, ia tidak bisa menjaga amanat kedua orang tuanya. Maafkan oppa, Jiyoo, maaf, hanya kata maaf yang terukir di pikiran Jaejoong sampai kegelapan merenggutnya.

Sementara itu, di cafe. Jiyoo yang sedang membantu meletakkan gelas dan piring, menjatuhkannya.
PRANGG.... suara barang pecah terdenngar di dapur cafe tersebut. Jungsoo yang medengar suara itu berlari ke arah suara.
“Jiyoo, kau tidak apa-apa?” tanya Jungsoo panik saat melihat pecahan piring dan gelas di bawahnya. 
“Entahlah boss, perasaanku sedikit tidak enak” jawab Jiyoo singkat.
“Sudahlah, lebih baik kau pulang saja” perintah Jungsoo.
“Tapi bos....”
“Sudahlah lebih baik kau pulang saja, mungkin Jaejoong sedang mencarimu, sebab itu kau merasakan tidak enak hati”
“Ne boss, aku akan pulang, maaf aku pulang sebelum jamku berakhir” sahut Jiyoo lalu membungkuk pergi. Semoga tidak terjadi sesuatu pada Jaejoong, pikir Jungsoo yang melihat kecemasan Jiyoo.

Yunho yang baru saja kembali ke cafe, bertemu dengan Jungsoo.
“Ada apa hyung kenapa kau nampak cemas?” tanya Yunho.
“Ah, Yunho, kau membuatku kaget. Hanya ada sedikit masalah tadi di dapur, tapi sudah tidak apa-apa. Apa kau akan ke belakang (red Klub)?” tanya Junsoo.
“Tadinya hyung, tapi aku ingat aku meninggalkan dua temanku di depan. Jadi lain kali saja hyung” jelas Yunho.
“Oh, begitu. Hei, ada apa denganmu?” tanya Jungsoo tiba-tiba
“Eh? Memangnya ada apa hyung, aku baik-baik saja” jawab Yunho bingung.
“Kau seperti sedang senang” lanjut Jungsoo.
“Senang? Mungkin” jawab Yunho sambil menyeringai.
“Heish, kau ini, semua wanita akan menyingkir ketika kau menyeringai seperti itu” goda Jungsoo.
“Yak hyung, aku tampan bukan mengerikan. Semua wanita akan tunduk pada ketampananku ini, daripada Leeteuk hyung yang sudah tua tapi tidak punya pacar” ejek Yunho lalu berlari sebelum Jungsoo memukulnya.
“Yak, kau beruang sialan” teriak Jungsoo a.k.a Leeteuk, semua karyawan disana hanya melihat saja perilaku atasannya tersebut.
-
-
-
“Aku pulang” teriak Jiyoo ketika sampai di kediaman Jungsoo.
“Eh, Nona” jawab Ahjumma yang terkejut melihat Jiyoo terengah-engah.
“Dimana oppa?” tanya Jiyoo to the point.
“Kakakmu belum pulang”
“Belum pulang? Apa Maksud Ahjumma, bukankah oppa sedang sakit?”
“Tadi dia merasa bosan seharian berada di rumah, jadi dia pergi jalan-jalan ke luar. Aku sudah berpesan agar kembali sebelum makan malam, tapi sampai sekarang kakakmu belum kembali” jelas Ahjumma.
“Kemana oppa pergi?”
“Aku tidak tahu, karena kakakmu tidak bilang akan pergi kemana”
“Astaga, kemana oppa pergi”
“Apa Nona sudah mampir ke rumah?” tanya Ahjumma.
“Belum” jawab Jiyoo singkat.
“Mungkin saja Kakakmu kembali ke rumah”
“Oh benar, mungkin saja. Baiklah aku akan pulang ke rumahku” jawab Jiyoo dan berbalik hendak pergi.
“Tunggu Nona, lebih baik masakan malam ini di bawa saja, Kakakmu masih harus makan dan minum obatnya. Lagipula obatnya masih disini” jelas Ahjumma lalu masuk ke dalam mengambil obat Jaejoong dan makanan untuk mereka berdua.
“Baikalah Ahjumma, aku pamit dulu” kata Jiyoo setelah menerima bungkusan makanan dan obat milik Jaejoong. Jiyoo bergegas untuk sampai di rumah mereka.

Sampai di depan rumahnya Jiyoo terkejut, pintunya dalam keadaan terbuka namun lampu di dalam masih mati. Dengan buru-buru dia memasuki rumahnya.
“Ommona, OPPA” teriak Jiyoo ketika menyalakan lampu rumahnya dan medapati Jaejoong yang tergeletak di lantai depan kamarnya. Tanpa pikir panjang Jiyoo berusaha mengangkat tubuh kakaknya, meski sedikit sulit namun tubuh Jaejoong yang ramping dan kurus itu mampu di bawa Jiyoo, walau harus sedikit menyeretnya. Jiyoo membaringkan tubuh Jaejoong ke tempat tidur. Setelah itu di berlari ke dapur untuk mengambil air dan handuk untuk menyeka luka kakaknya.
Sambil terisak Jiyoo membersihkan tubuh kakaknya, terdapat beberapa luka lebam di wajahnya, sudut bibirnya yang sedikit sobek, dan luka-luka keunguan di pergelangan tangan serta bercak merah keunguan di leher dan dada Jaejoong. Jiyoo semakin terisak saat membersihkan bagian kakinya, ada noda darah di kain lap yang digunakan Jiyoo untuk mengelap tubuhnya. Tak ada yang bisa dilakukannya, sang adik hanya bisa menangisi keadaan kakaknya.

Semalaman Jiyoo menunggui kakaknya, entah sudah berapa lama ia menangis bahkan makanan yang dia bawa pun masih tergeletak di meja makan.
“Ngghhhh....” desahan lirih terdengar, Jiyoo menyadarinya dan menghapus air matanya.
“Oppa” bisik lirih Jiyoo.
Jaejoong yang baru membuka matanya mencari sumber suara, melihat keadaan sekitar dan memperhatikan dirinya dan adiknya yang duduk disampingnya. Jaejoong membelalakkan matanya dan bangkit, namun rasa sakit masih di rasakan di tubuhnya.
“Argghhtt...” ringisnya saat namja cantik itu langsung terbangun.
“Oppa” panik Jiyoo, sambil mendekati kakaknya.
“Hiks... hiks... aku... kotor Jiyoo” isak Jaejoong sambil menepis tangan Jiyoo yang berusaha membantunya.
“Oppa...” sahut Jiyoo saat kakaknya menepis tangannya. Air matapun mengalir kembali melihat keadaan kakaknya. Dengan perlahan Jiyoo mendekap kakaknya yang menangis.
“Jangan menyentuhku Jiyoo, aku kotor hiks.. hiks..” tolak Jaejoong, tapi Jiyoo tidak peduli yang dia pikirkan hanyalah membuat kakaknya nyaman, seperti disaat sang kakak yang membuatnya selalu nyaman. Jiyoo mendekap erat, meski Jaejoong berontak, perlahan Jaejoong mulai luluh. Malam itu di sebuah bangunan kecil dipinggiran kota, dua bersaudara beda generasi itu saling menangis dalam diam. Mereka menangis sampai jatuh tertidur.


Keesokan paginya, Jiyoo bangun lebih dulu. Dilihatnya sang kakak yang masih tertidur lelap. Perlahan dia bangun, setenang mungkin agar tidak membangunan kakaknya. Dia berjalan ke dapur dan melihat makanan dari Nam Ahjumma. Dia membuka makanannya, sepertinya masih layak untuk dimakan, batinnya seraya menyiapkan panci untuk memanaskan makanan itu dan membuatkan susu untuk dirinya dan kakaknya. Setelah selesai, dia membereskan semua dan pergi untuk mandi.



Jiyoo masuk ke kamar kakaknya, dia melihat kakaknya yang duduk sambil merenung.
“Selamat pagi Oppa, waktunya sarapan” sapa Jiyoo sembari membawa nampan berisi makanan, sambil berusaha tersenyum. Jaejoong hanya menoleh dan memandang Jiyoo sambil mengernyitkan dahinya.
“Tenang ini masakan Nam Ahjumma semalam, aku hanya menghangatkannya saja” jelas Jiyoo yang tahu maksud kebingungan kakaknya.
Jaejoong menerima makanan itu, tapi enggan untuk memakannya. Matanya sendu dan masih bengkak akibat menangis semalam.
“Oppa” panggil Jiyoo cemas saat melihat kakaknya hanya memandang makanan di depannya.
“Arraseo” jawab Jaejoong lirih, ia tidak ingin membuat adiknya khawatir. Jaejoong melahap makanannya dan berusaha menghabiskan makanannya. Jiyoo terkikik melihat kakaknya yang memaksa menghabiskan makannannya.
“Kalau tidak habis, jangan dipaksa oppa” kata Jiyoo sambil terkikik mencoba menghibur kakaknya.

“Aku sudah membuatkan surat ijin untuk oppa, jadi hari ini oppa beristirahat saja di rumah” jelas Jiyoo sambil membawa nampan makanan Jaejoong.
-
-
“Hyung, aku berangkat dulu” kata Jiyoo yang tiba-tiba muncul di balik pintu
“Ne, hati-hati dijalan, belajar yang benar” sahut Jaejoong sambil memaksakan senyumnya.
“Yak, hyung, tidak usah memaksakan senyum seperti itu, kau malah mengerikan” jawab Jiyoo lalu pergi sebelum mendengar ceramah kakaknya. Jaejoong hanya terkikik sambil menggeleng-gelengkan kepalanya melihat tingkah kakaknya.
“DAN KAU TIDAK PERLU KE TEMPAT KERJA, AKU SUDAH MEMBERITAHU BOS KALAU KAU MASIH BELUM SEHAT” teriak Jiyoo diambang pintu rumah mereka. Sementara di dalam kamarnya Jaejoong hanya menghela napasnya dan menggelengkan kepalanya.

Kini Jiyoo berada di depan gerbang sekolahan Kakaknya. Dia menunggu sambil melihat-lihat sekitar seperti mencari seseorang.
“Hei” seseorang menepuk bahunya.
“Kyaaaa....” teriak Jiyoo sambil mundur karena terkejutnya. Sementara orang-orang memandanng kaget ke arah mereka.
“YAK!! Suaramu merusak telingaku” teriak pemuda yang tadi menepuk pundaknya.
“Mianhe Sunbae, aku berteriak karena sunbae mengagetkanku” jelas Jiyoo sedikit menunduk.
“Heish, lupakan.  Lagipula apa yang dilakukan anak sekolah menengah disini?” tanya pemuda tersebut. Jiyoo memandang sesaat pemuda itu, bukankah dia salah satu teman oppa?, pikirnya.
“Hei, hei, helloooo....” panggil pemuda tersebut membuyarkan lamunan Jiyoo.
“Maaf sunbae....”
“Yoochun, Park Yoochun” kata pemuda tersebut tiba-tiba
“Eh?” bingung Jiyoo.
“Itu namaku” jawab pemuda yang bernama Yoochun percaya diri dan Jiyoo hanya ber-oh ria mendengar jawaban sunbaenya itu.
“Jadi apa yang kau lakukan disini?” tanya Yoochun.
“Ah, iya benar. Aku sedang mencari guru piket sekolah ini Yoochun sunbae” jawab Jiyoo.
“Memangnya ada apa?”
“Aku harus menitipkan surat ijin kakakku untuk wali kelasnya, karena aku tidak tahu siapa teman sekelas oppa” jawab Jiyoo.
“Memangnya kakakmu kelas berapa?”
“Ehm.., XI-A sunbae” jawabnya
“Oh, sini biar kubawa, kebetulan aku juga di kelas  yang sama” jawabnya.
“Benarkah?” tanya Jiyoo girang dan Yoochun mengangguk.
“Baiklah, ini sunbae, terima kasih sudah membantu, kamsahamnida” jawab Jiyoo, menyerahkan surat ijin tersebut, membungkuk lalu berpamitan pergi.

Skip Time.

“Aku pulang”
“Selamat datang Jiyoo”
“Eh, oppa. Bagaimana keadaan oppa?” tanya Jiyoo.
“Baik” jawabnya sambil tersenyum seperti biasa.
“Syukurlah, apa oppa sudah makan?” tanya Jiyoo, dan Jaejoong menggelengkan kepalanya.
“Aku menunggumu untuk makan siang bersama” jawabnya.
“Ne, baiklah aku akan ganti baju dulu” sahut Jiyoo lalu pergi untuk mengganti bajunya.

“Oppa yakin?” tanya Jiyoo di sela makan siangnya.
“Ne, aku sudah baikkan, lagipula aku benar-benar bosan tidak melakukan aktivitas apapun”
“Baiklah, tapi oppa jangan memaksakan diri kalau lelah oppa harus beristirahat” ucap Jiyoo
“Ne” jawab Jaejoong, kemudian mereka melanjutkan makan siang mereka dan berngkat bekerja bersama.


Beberapa hari sudah berlalu, Jaejoong sudah kembali seperti sedia kala. Meski kadang Jaejoong masih ketakutan atau terkejut dan gemetar jika disentuh atau di kagetkan orang lain. Jiyoo menyadari perubahan pada kakaknya itu, Jiyoo mulai khawatir pada kakaknya. Namun setiap kali Jiyoo bertanya tentang hari itu, Jaejoong akan mengalihkan topik pembicaraan mereka. Jiyoo pun pasrah dengan hal itu.

Tbc

Tulus (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang