Aku berseru kaget, lantas kuedarkan pandangan ke sekelilingku. Hei, ini bukan tempat di mana aku berada sebelumnya. Bukankah aku baru saja kabur dari asrama?
Kilasan kejadian semalam--kuanggap begitu karena kejadiannya di malam hari--berputar di kepalaku selayaknya film. Bayangan makhluk aneh yang hendak menerkamku itu menambah kengerian. Jika aku benar-benar diterkam mereka, seharusnya aku sudah mati, bukan?
Aku berada tepat di depan pintu gerbang raksasa yang dipenuhi tanaman merambat berbunga. Uniknya, mereka tersusun seperti warna pelangi dengan ukuran yang beragam. Kulihat pula hijaunya tanaman dan rerumputan yang memenuhi setiap jengkal tanah. Semuanya membawa kesan segar, apalagi dengan suara gemersik air dari kolam biru di tengah lebatnya tanaman. Melihat keadaan alam yang berbanding terbalik dengan duniaku ini, aku berasumsi bahwa ini adalah surga.
Kutolehkan kepalaku ke kanan dan ke kiri. Semua pemandangan di sini mirip seperti di buku dongeng bergambar yang kubaca semasa kecil dulu, apalagi di buku yang kebetulan kudapat dari salah satu lemari rumah orang tuaku sebelum aku menetap di asrama. Apa itu hanya pemikiranku saja jika isinya mirip dengan apa yang ada di sini, ya?
Aku mendongak. Langit terlihat kebiruan dengan beberapa lapis awan yang berarak di sana. Hei, tunggu, apakah di surga ada matahari? Ya, aku benar-benar melihat benda langit itu saat ini dengan mata menyipit. Kelihatannya langit di 'surga' mirip dengan langit di tempatku tinggal. Perbedaannya hanya ada pada seberapa terbakarnya kulitmu ketika terpapar matahari.
Baiklah, sekarang, apakah wajar jika aku merasa lapar dan haus setelah aku berada di tempat yang kuduga adalah surga ini? Aku ingin sekali makan. Tiba-tiba aku teringat pada ikan kesukaanku yang dimasak dari hasil tangkapanku sendiri (aku dan teman-temanku memang sering menangkap ikan dengan alat pancing sederhana dan kapal tua milik entah-siapa di saat dua jam sebelum jam makan).
Kurasakan lapar semakin menyiksaku. Secepat mungkin, aku harus menemukan sungai atau yang lainnya agar bisa mencari ikan. Maka, aku memutuskan untuk berkeliling guna menemukan sesuatu yang bisa mengenyahkan rasa laparku.
Aku melangkahkan kakiku sembari memandangi panorama di sekelilingku. Terlihat aneh, tetapi menakjubkan. Tanaman berbunga tumbuh menjulang. Bahkan tinggiku saja kalah. Bunganya berukuran beberapa kali lipat lebih besar dibandingkan bunga yang biasa kulihat. Kelopaknya lebar. Semakin ke ujung, semakin kelopak itu menjorok ke bawah. Agaknya bisa dijadikan tempat berteduh jika saja ada hujan atau cuacanya sedang panas. Aku tidak tahu bunga jenis apa itu. Bentuk dan warnanya asing. Ah, mungkin hanya karena aku kurang tahu jenis-jenis bunga, ya?
Beberapa saat kemudian, aku sudah keluar dari 'kebun bunga'. Rerumputan yang seperti karpet masih terbentang, seakan tak ada habisnya. Aku pun menatap ke depan. Ada dua bilah kayu raksasa--jangan-jangan semua hal di sini memang berukuran raksasa--yang melengkung dan tertancap di atas tanah. Biar kutebak, itu adalah gapura. Aku tersentak begitu melihat ada sesuatu yang bergerak gerak di kayu itu. Rasanya mengerikan. Jangan-jangan itu ular! Kalau iya, bukankah itu aneh?
Tiba-tiba, aku merasa tanganku ditarik secara paksa. Aku pun menjerit karena refleks.
"Kau ditahan, orang asing!"
Sang penarik tanganku adalah seorang laki-laki berwajah garang yang di mukanya itu ada banyak coretan. Aku mengira usianya seumuran kepala asramaku. Dia berambut gimbal sebahu. Anehnya, kulitnya berwarna kehijauan. Nah, inilah yang membuatku menjerit lagi, memberontak ketakutan.
"Lepas! Apa salahku, hah? Hei, kubilang LEPAS!"
"Tidak bisa! Ini wilayah kami, kau sudah masuk tanpa izin!"
"Aku bahkan belum sempat masuk ke sana jika itu wilayah yang kau maksud, Tuan Hijau Menyeramkan!" Aku menujuk-nunjuk ke arah dalam gapura.
Bisa kudengar suara ribut dari berbagai arah. Sepertinya ada orang mendekat. Benar, mereka datang berbondong-bondong. Kini kulihat orang-orang berkulit hijau lain. Aku malah ingin tertawa sebab warna mereka kontras dengan tetumbuhan di belakang mereka. Mereka bisa bersembunyi dengan cukup aman, haha!
KAMU SEDANG MEMBACA
Zeologe [On Hold]
Fantasy[SLOW UPDATE] Ketika terjadi pemberontakan yang mengarah pada pembantaian keturunan orang Campuran di Zeologe, pengorbanan diam-diam harus dilakukan demi menjaga keberadaan dua alam. Untuk mengembalikan kekuasaan Zeologe, seseorang harus segera mem...