Tettt...tettt...tettt...
Bel berbunyi, tanda jam istirahat telah tiba. Hari ini merupakan hari Kamis, hari ketiga setelah kejadian di cafe itu terjadi. Kemarin Tamara sengaja tidak masuk dengan alasan sakit. Memang ia sakit, hatinya sakit sekali. Tamara belum ingin bertemu siapa-siapa dulu kemarin, maka dari itu ia memutuskan untuk bolos. Kejadian itu benar-benar mempengaruhi seluruh moodnya. Semua semangatnya seakan-akan musnah entah kemana. Tidak ada lagi niat untuk pergi ke manapun, khususnya sekolah. Sekolah merupakan tempat yang paling tidak ingin ia kunjungi untuk saat ini bahkan mungkin untuk seterusnya. Ia sangat tidak ingin melihat wajah Timo lagi. Walaupun rasa penasaran itu masih sangat besar, namun untuk melihat ujung rambut Timo lagi sepertinya Tamara tidak sanggup.
Timo saat ini sedang fokus belajar untuk menghadapi Ujian Nasional (UN) serta ujian-ujian lain untuk meneruskan pendidikan ke perguruan tinggi. Apa mungkin itu alasan Timo memutuskannya? Pertanyaan tersebut tiba-tiba terbesit di benak Tamara. Apa mungkin Timo sedang benar-benar ingin fokus untuk belajar? Nggak. Nggak mungkin gara-gara itu. Tamara langsung membuyarkan pikirannya. Selama ini, selama mereka pacaran tidak pernah ada masalah dengan nilai-nilai mereka. Justru mereka sering belajar bersama. Timo malahan sangat sering mengajari Tamara jika ada materi yang kurang ia pahami. Timo juga anak yang cukup pandai dan benar-benar tidak mungkin kalau Timo memutuskan Tamara karena ia ingin fokus belajar. Tamara selalu mengerti kondisi Timo. Disaat-saat sedang banyak ujian seperti ini, Tamara pasti akan membiarkan Timo untuk fokus belajar.
Ahh. Tamara menyandarkan kepalanya ke tembok di sebelah bangkunya. Nggak. Lo nggak boleh mikirin dia lagi, Tam. Liat, dia aja nggak mikirin lo sama sekali kan. Tamara bergumam.
"Woy, Tam. Tumben gak ke kantin bareng temen-temen lu," Ketua kelas XI IPA 3, Bagas membuyarkan lamunan Tamara. Tamara memang menolak ajakan teman-temannya untuk pergi ke kantin tadi. Jelas sekali, kantin merupakan salah satu tempat yang harus ia hindari. Bisa-bisa ia bertemu dengan Timo atau sahabat-sahabat Timo disana. Tamara benar-benar tidak mau melihat Timo.
"Iya gas, lagi males aja. Lo sendiri kenapa gak ke kantin?" Tamara malas sekali sebenarnya berbicara dengan siapa-siapa saat itu.
"Biasa, tadi gua abis menghadap guru disuruh ngedata yang remed Fisika kemarin," Jawab Bagas.
"Hooo, gue remed gak Gas? Kemarin gue gak masuk jadi gak tahu gitu siapa aja yang remed," Tanya Tamara, walaupun ia yakin kalau nilainya pasti diatas standar atau KKM untuk ulangan fisika kemarin.
"Nggak kok, Tam. Lu kan pinter. Oh iya, tadi gua ketemu sama Kak Tere tuh yang panitia perpisahan angkatan dia. Katanya dia minta lu buat jadi pengisi di acara perpisahan angkatan dia nanti. Dia katanya udah ngeline lu kemarin tapi lu nggak respon," Jelas Bagas kepada Tamara.
Aduh males banget deh, ngapain sih mesti minta gue jadi pengisi acara. Batin Tamara.
"Aduh, gimana ya Gas, gue sebenernya gak pengen ngisi acara di situ," Jawab Tamara dengan ekspresi memohon kepada Bagas.
"Kenapa, Tam? Gara-gara si Timo itu ya?" Tanya Bagas. Tamara spontan diam. Kok Bagas tahu? Tahu dari mana dia.
"Apaan sih. Nggak, gue emang gak mau aja," Jawab Tamara singkat.
"Ya siapa tau aja gitu. Tenang aja lah, Tam. Masih banyak kok yang mau ngantri buat seorang Tamara. Contohnya kayak gua, hahaha. Bercanda, Tam,"
"Lo kira bagi-bagi sembako pake ngantri segala. Tau ah, males gue ngomong sama lo, Gas," Jawab Tamara sembari mengambil handphone nya di dalam tas.
"Yaudah ah, gitu aja ngambek. Pokoknya entar lu hubungin dah tuh ya kak Tere. Ntar dikira gua gak nyampein pesan doi lagi," Jelas Bagas sambil melangkahkan kakinya keluar kelas.
Iya bawel. Tamara berbicara sendiri. Saat itu juga ia langsung membuka handphone nya dan membuka aplikasi line. Ia menscroll layar hp nya dan dengan teliti mencari chat dari Tere yang sudah tenggelam cukup dalam.
Ini dia. Tamara membuka chat tersebut.
Teresa Lidyana - Hai, Tamara. Apa kabar? Ini gue, Teresa anak 12 IPA 5. Gue mau nanya nih. Kan bentar lagi bakalan ada acara perpisahan angkatan gue, nah... gue sebagai sie acara, butuh orang-orang yang bisa ngisi di acara itu. Lo mau ikut ngisi gak Tam? Ya, gue harap banget lo mau sih, soalnya pasti bakal keren banget kalo lo ikut ngisi. Gue tunggu konfirmasi dari lo secepatnya, ya! Thank's.
Tamara bingung harus menjawab apa. Sejujurnya ia sangat-sangat tidak mau menerima tawaran dari Tere. Namun, di satu sisi ia juga merasa tidak enak jika harus menolak permintaan Tere. Alasan utama yang membuat Tamara enggan untuk menerima tawaran tersebut memang hanya karena Timo. Rasanya malas sekali jika ia harus muncul apalagi sebagai pengisi acara di acara perpisahan angkatan Timo.
Setelah berpikir cukup lama, Tamara kembali membuka handphone nya dan membalas pesan dari Tere.
Halo Ter! Duh, sori banget yah gue baru buka chat lo sekarang. Hm, gimana ya... Gue bingung juga sih. Gue lagi males aja buat tampil sekarang-sekarang ini. Coba lo cari orang lain aja deh. Gue rekomen Kevin dkk tuh atau si Glo.
Sent. Tamara benar-benar bingung harus bersikap seperti apa. Apa harusnya ia bersikap biasa-biasa saja, seperti tidak ada hal apapun yang terjadi? Atau ia memang harusnya menghindar dari Timo? Tiba-tiba handphone Tamara berbunyi. Tere membalas pesannya.
Teresa Lidyana - It's okay, Tam. Gue ngerti kok masalah lo. Kalo boleh nanti kita ketemu aja, gimana? Ada yang pengen gue kasih tau juga sih sama lo. Masalah acara perpisahan itu nanti bisa lo pikirin lagi kok. Gimana?
Tamara mengernyitkan dahinya. Ngasih tau apaan ya. Pertanyaan tersebut muncul dalam benaknya. Tamara langsung membalas pesan Tere.
Thank's, Ter. Boleh deh, nanti kita ngobrol sekalian makan aja, gimana? Ketemuan pulang sekolah di depan tangga 12 IPA 1.
Tamara menunggu balasan dari Tere.
Teresa Lidyana – Ok! See you soon, Tam!
Tamara membuka pesan dari Tere sambil menebak-nebak apa yang ingin dibicarakan oleh Tere nanti. Ia melihat jam tangannya. Pukul 13.00. Teman-temannya mulai masuk lagi ke dalam kelas karena waktu istirahat sudah hampir selesai. Tamara mulai mengeluarkan buku Biologinya. Ia hampir lupa kalau setelah ini akan ada ulangan harian Biologi. Ia mulai membaca buku Biologinya, mencoba mengingat materi yang pernah dipelajarinya di kelas. Tamara pasrah. Ia benar-benar belum belajar sama sekali kemarin. Saat ini ia hanya mengandalkan ingatannya ketika mendengarkan penjelasan dari Pak Teddy, guru Biologinya minggu lalu.
Tidak lama kemudian, pintu kelas terbuka. Benar saja, Pak Teddy yang terkenal selalu datang tepat waktu berjalan masuk sambil membawa kertas ulangan.
"Selamat siang. Sesuai janji kita minggu lalu, agenda kita hari ini adalah ulangan harian dengan topik Metabolisme. Sekarang silakan keluarkan alat-alat tulis kalian dan silakan meletakkan tas di depan kelas," Jelas Pak Teddy dengan sedikit tersenyum di depan kelas.
Tamara dengan terpaksa memasukkan semua buku-bukunya dan berjalan ke depan kelas. Ia hanya bisa pasrah dengan keadaannya saat ini. Semoga ada keajaiban yang dapat membantunya nanti.
Hihihi... Maaf banget update nya lama parah. Udah pengen banget update sebenernya, tapi gara-gara tugas w yang bergelimangan (kayak harta) jadi... ya... sedikit lama. Ayooo jangan lupa di vote juga ya :D
KAMU SEDANG MEMBACA
Lost in You
RomanceHow would you feel if someone whom you love suddenly walked away for no obvious reason? Can you forget it and look for another love? Or just stay believe that he will come back again? Will he remain the same?