Should i really live a new life?

112 3 0
                                    

Kamis, 11 April 2015

17.25 pm

Café Kinan

"Jadi, sebenernya kita mau ngomongin apa sih, Ter?" Tanya Tamara yang sudah sangat penasaran sejak tadi.

Tamara dan Tere langsung menuju café Kinan setelah kelas selesai tadi. Di depan mereka sudah tersedia dua cangkir kopi yang mereka sudah pesan tadi. Tamara dan Tere memang pecinta kopi, makanya mereka memilih café Kinan sebagai tempat untuk membahas apa yang akan dibahas oleh Tere. Tere sendiri masih terlihat bingung untuk menyampaikan hal yang ingin ia sampaikan kepada Tamara.

"Hm... mulai dari mana ya, gue bingung banget nyeritainnya ke elo," Jawab Tere sambal melihat kondisi sekitar café Kinan, memastikan bahwa kondisi café tersebut aman-aman saja.

"What is it??? Ayolah Ter, jangan bikin gue tambah penasaran," Jelas Tamara dengan ekspresi wajah yang memohon.

"Okay. Jadi gini, sebenernya gue pengen tau dulu sih, lo putus sama Timo tuh kenapa? Lo mutusin Timo atau gimana?" Tanya Tere.

"Oh jadi ini tuh cuma masalah kenapa gue sama Timo putus?" Tamara menjawab sambil menghembuskan napasnya.

"Yap. But, there is something big that you should know, Tam. Sekarang gue pengen tau dulu apa penyebab kalian putus?" Jelas Tere.

"Gue males banget Ter sejujurnya buat ngebahas masalah ini. Tapi karena elo yang minta, baiklah. Jadi, sebenernya Timo yang mutusin gue. Di café tempat biasa kita makan. Dia bilang dia nggak mau ngelanjutin hubungan ini, Ter. Dan pas gue tanya kenapa, apa alasannya, dia bilang dia bosan sama gue. Mungkin gue udah gak cantik lagi ya, Ter? Atau mungkin ada hal yang dia gak suka dari gue? Tapi kenapa dia gak bilang aja? Gue bakal berusaha buat ngubah itu kok," Tamara mulai meneteskan air matanya. Ia benar-benar jengkel mengapa ia harus secengeng itu. Air matanya jatuh begitu saja, padahal ia sudah berusaha menahan sekuat tenaga. Luka di hatinya ternyata sama sekali belum sembuh. Rasanya bagaikan disiram air garam, perih sekali.

Melihat Tamara menangis, Tere benar-benar sadar bahwa Tamara sangat menyayangi Timo. Tere pun tidak habis pikir mengapa Timo begitu tega meninggalkan Tamara yang begitu menyayanginya demi perempuan kurang ajar itu. Tere berusaha menenangkan Tamara yang masih tersedu-sedu. Ia tidak tega melihat Tamara terus bersedih seperti itu. Ia juga seorang wanita yang tahu bagaimana rasanya disakiti.

"Udahlah Ter, jangan sedih terus. Gue tau kok pasti emang sakit banget ditinggalin gitu aja sama orang yang kita sayang, tapi lo bener-bener gak pantes buat nangisin orang kayak Timo, Tam," Jelas Tere.

"Gue nggak ngerti aja Ter apa salah gue. Gue rasa kita nggak pernah punya masalah yang terlalu berat. Dan tiba-tiba dia mutusin gue gitu aja. Tanpa alasan yang jelas, itu gak make sense banget buat gue," Tamara mulai terlihat tenang. Air matanya mulai berhenti. Ia juga tidak mau terus-terusan menangisi Timo yang mungkin sekarang sudah tidak memikirkannya lagi.

"Tam... sebenernya, gue tahu kenapa Timo mutusin lo. Dia emang cowok yang gak baik Tam. Lo sama sekali gak pantes buat dia,"

"Udahlah, Tam. Lebih baik sekarang lo lupain dia dan mulai jalanin hidup lo lagi seperti biasa. Lo tau gak sih kenapa dia mutusin lo? Dia udah deket sama cewek lain. Sorry kalau gue baru ngasih tau sekarang. Gue juga belum yakin waktu itu, tapi semakin lama gue semakin yakin kalua Timo sama cewek itu tuh bukan cuma temen biasa," Jelas Tere kepada Tamara. Tamara kaget mendengar hal itu. Butuh waktu beberapa saat untuk dapat mencerna perkataan Tere tadi. Apa semua itu betul? Cewek mana yang mampu menarik hati Timo dari hatinya? Tamara bertanya-tanya dalam hati. Rasa penasaran itu muncul membabi buta dalam kepalanya. Siapa? Tamara meghapus air matanya sejenak. Ia terlihat lebih tenang saat ini.

"Siapa, Ter? Lo tau orangnya? Kenapa lo baru bilang sekarang sih?"

''Gue juga gak kenal, Tam. Gue rasa bukan anak sekolah kita. Pertama kali gue liat mereka berdua di perpustakaan. Saat itu gue pikir cewek itu anak kelas lain atau angkatan lain yang minta diajarin Timo, ya gue rasa biasalah karena Timo emang sering diminta bantuan gitu kan. Waktu itu gue sama sekali gak curiga apapun. Tapi, gue mulai ngerasa aneh pas gue ngeliat mereka lagi berdua di café Quinn. Mereka lagi makan dan keliatannya deket banget, ketawa-ketawa bareng, trus kadang-kadang si cewek itu juga nyender di lengannya Timo. Saat itu gue kira cewek itu mungkin adiknya atau kakaknya Timo. Tapi kemarin setelah gue ngedata semua anak kelas 3, gue liat Timo itu anak kedua dari dua bersaudara, dan kakaknya itu cowok, ya kan? So, itu gak mungkin adik atau kakaknya. Dan, yang terakhir banget gue ngeliat lagi mereka di mall. Si cewek itu lagi belanja di suatu toko baju, dan karena rasa penasaran gue, akhirnya gue sapa aja si Timo, trus nanya lagi ngapain dan sama siapa. Ekspresinya agak kaget dan keliatan bingung buat ngejawab pertanyaan gue. And...guess what did he say? Dia jawab lagi nemenin kakaknya beli baju. Gue bener-bener gak nyangka Timo bilang gitu, dan ya gue cuma bisa bilang wow dalam hati dan langsung cabut" Tere menjelaskan dengan begitu semangatnya. Ia ingin Tamara tahu bahwa Timo bukanlah orang baik seperti yang selama ini Tamara kenal. Tere benar-benar tidak habis pikir kenapa Timo bisa semudah itu berpindah ke lain hati.

Tamara terdiam. Tak merespon sedikitpun. Lagi-lagi ia butuh waktu untuk mencerna semua penjelasan Tere tadi. Sungguh hal yang sulit untuk ia percayai. Ia kira dengan mengetahui alasan kenapa Timo mengakhiri hubungan mereka akan membuatnya lebih baik, tapi ternyata tidak sama sekali. Hatinya makin tidak karuan. Hatinya terluka lagi.

"Tam, lo gak apa-apa kan? Sorry ya, pasti ini semua ngagetin lo banget. Jangankan lo, gue pun kaget banget, Tam. But, what ever it is, you gotta be strong and yeah, I know you will" Tere mencoba menyemangati cewek yang setahun lebih muda darinya itu. Ia mengerti bagaimana sakitnya dikhianati. Ia mengelus pundak Tamara. Tamara masih membisu. Apakah benar ia harus melupakan semua ini? Apakah benar ia dapat sekuat itu dan memulai kehidupannya yang baru? Pertanyaan-pertanyaan itu membenak di dalam hatinya.

"Thank you, Ter. Makasih udah mau ngasih tau semuanya ke gue, and yeah like you said, I think I should try to forget all of this and start a new life as a happy woman" Tamara mulai membuka suaranya.

"Sure! Oh come on, Tam, you are so beautiful. Don't be scared. You'll get a really really better man soon" Tere mencoba mencairkan suasana. Tamara tersenyum mendengar perkataan Tere. Really?

"Hahaha, what about you? Who is the charming prince of this gorgeous princess?" Tamara juga memulai melemparkan candaan pada Tere.

"You'll see, Tam" Jawab Tere. Mereka pun tertawa. Entah kenapa akhirnya Tamara merasa sedikit lega. Mungkin benar, Timo bukanlah laki-laki yang baik untuknya. Mungkin ini memang jalan terbaik yang harus ia jalani. Namun, benarkah ada laki-laki yang benar-benar mau menyayanginya sepenuh hati dan tidak akan pernah meninggalkannya? Let's see.



Hi everyone! Been waiting too long for this part, huh? I'm sorry, i actually want to post this really really sooner, but yeah... I've got an exam, homeworks, and other problems. So, i hope you still want to read this story, and don't forget to vote as you read this. Thanks a lot! :D


Lost in YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang