Teeettt..teettt...tettt...
Bel SMA Cempaka Putih berbunyi nyaring. Spontan semua murid yang masih berkeliaran di lingkungan luar kelas mulai memasuki ruang kelasnya masing-masing. Ada yang terlihat tersenyum bersemangat, ada yang memasuki ruangan kelas sambil menguap, ada yang terlihat biasa saja.
Jam 7.30. Tamara keluar dari mobilnya sambil berlari menuju gerbang sekolah yang sudah tertutup, menandakan tidak ada lagi harapan baginya untuk masuk. SMA Cempaka Putih memang menerapkan aturan yang cukup keras untuk masalah keterlambatan siswanya. Siswa yang datang lewat dari jam 7.00 tidak dapat memasuki kelas dan terpaksa harus pulang karena tidak diperbolehkan masuk ke dalam sekolah.
Tamara masuk kembali ke dalam mobilnya. Ia terdiam sejenak, memikirkan apa yang telah terjadi kemarin malam. Rasanya sulit untuk memercayai bahwa kejadian itu benar-benar terjadi. Timo memutuskannya begitu saja tanpa alasan yang jelas. Padahal, di antara mereka tidak pernah terjadi masalah yang serius. Namun, mengapa Timo memutuskan Tamara? Tamara benar-benar tidak habis pikir. Hatinya hancur bagaikan dihujami seribu pisau. Menangis pun Tamara benar-benar sudah tidak mampu. Air matanya habis kemarin malam untuk mengiringi kepergian Timo.
Tamara dan Timo sudah menjalin hubungan pacaran sejak mereka duduk di bangku SMP. Awalnya, Tamara tidak terlalu memerhatikan Timo. Tamara memang memiliki banyak penggemar. Hal tersebut wajar, karena Tamara memiliki wajah yang cantik dan bentuk tubuh yang sangat mampu memikat mata pria-pria yang memandangnya. Hal tersebutlah yang membuat Timo jatuh hati pada Tamara dan saat itu pula ia langsung mencoba mendekati Tamara sampai akhirnya Timo menembak Tamara di hari ulang tahun Tamara. Tamara akhirnya menerima Timo sebagai pacarnya karena ia melihat ketulusan dan kegigihan Timo untuk mendapatkannya.
Namun, sepertinya Tamara telah salah menilai. Timo bukanlah pria yang benar-benar baik. Entah apa alasannya memutuskan Tamara. Intinya bagi Tamara, yang dilakukan oleh Timo semalam itu adalah benar-benar kejam.
"Non, kita mau kemana sekarang?" Suara Pak Wawan, supir pribadi Tamara membuyarkan lamunan kesedihannya.
"Kita pulang aja deh pak," Jawab Tamara sambil mengelap air mata yang menetes pada pipinya.
"Baik, non,"
Tamara tidak peduli karena dia harus pulang hari ini akibat terlambat datang ke sekolah. Pikirannya saat ini hanya dipenuhi oleh pertanyaan mengapa Timo memutuskannya. Apa Tamara sudah tidak menarik lagi di mata Timo? Atau Timo sudah menemukan wanita yang lebih cantik dan pantas untuk mendampinginya? Tamara benar-benar tak sanggup membayangkan jika Timo harus menyayangi wanita lain selain dirinya. Air matanya terus mengalir.
Well, hi guys...salam kenal dari gue. Semoga kalian suka cerita yang gue buat ya, hihi. Oia, bantuin vote juga yaa guys supaya gue makin semangat nulisnya. Doain aja supaya part selanjutnya cepet ke update ya hehe, thank you!
KAMU SEDANG MEMBACA
Lost in You
RomantizmHow would you feel if someone whom you love suddenly walked away for no obvious reason? Can you forget it and look for another love? Or just stay believe that he will come back again? Will he remain the same?