APA YANG HARUS DILAKUKAN?يَُحِّرفُوَن الَْكلَِم عَن مََوا ِضعِه ِ
“Mereka melakukan tahrif (pemutarbalikan) terhadap kalimat Allah dari tempat-tempat asalnya.” (QS Al -Maidah 5:13).
Demikianlah yang sering dilakukan oleh Yahudi, kaum munafiq yang dahulu juga dilakukan oleh dedengkot Yahudi, Abdullah bin Saba’ serta para pengikut mereka. Dahulu mereka gemar sekali memberikan arti dan makna yang berbeda dari maksud yang sebenarnya, memindahkan letak ayat dari tempat asalnya, serta mengadakan penanaman dan atau pengurangan beberapa ayat atau beberapa perkataan dari kitab Allah. Para pemimpin Yahudi dan pengikut-pengikutnya telah lakukan tahrif ini yang mengakibatnya kekufuran mereka terhadap Nabi dan ajaran Rasulullah Shalallahu 'Alaihi wa Sallam sebagaimana dijelaskan dalam ayat di bawah ini:
أَفَ تَطَْمعُوَن أَن ي ُْؤِمنُواْ لَُكْم َوقَْد َكاَن فَِريٌق ِّمنْ ُهْم يَْسَمعُوَن َكاَمَ اللّهِ ثَُم يَُحِّرفُونَهُ ِمن ب َْع ِد َما عَقَلُوُُ َوُهْم ي َْعلَُموَن
“Apakah kamu masih mengharapkan mereka akan percaya kepadamu, padahal segolongan dari mereka mendengar firman Allah lalu mereka mengubahnya setelah mereka memahaminya, sedang mereka tahu itu.” (QS Al- Baqarah 75).
Kebiasaan tahrif ini bukan hanya mereka lakukan terhadap kitab Allah, tetapi juga mereka kerjakan dalam pembicaraan sehari-hari ketika mereka berbicara dengan Nabi Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam dan dengan kaum Muslimin. Bila Nabi Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam memberi nasihat kepada mereka, maka dari mulut mereka keluar perkataan) “sami’na” (kami dengar). Namun yang mereka maksudkan adalah “ashaina” (kami enggan, tak sudi mengikutimu). Mereka hendak berbicara dengan Nabi Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam, yang keluar dari mulut mereka adalah perkataan “isma’” (kami mendengarkan, ya Muhammad). Tetapi yang mereka maksudkan adalah “ghairu musma’” (mudah-mudahan ajaranmu tidak didengar orang). Bila mereka bertanya mereka gunakan kata “ra’ina” (tunggu, dengarkan pertanyaan kami). Namun yang mereka maksudkan adalah “hai si bodoh!” Ra’ina dalam bahasa mereka berarti sejenis makian.
Demikianlah, Allah Subhanahu wa Ta’ala telah membongkar maksud hati mereka yang tersembunyi itu. Orang-orang Yahudi itu beserta para pengikutnya suka mendengarkan ajaran-ajaran Nabi Shalallahu 'Alaihi wa Sallam. Mereka gemar melakukan studi keislaman, studi Al-Qur’an, Studi As-Sunnah dan sebagainya. Tetapi tujuan studi-studi tersebut tidak pernah menyebabkan mereka mengikuti ajaran-ajaran Islam yang sebenarnya. Sebab, tujuan studi-studi yang demikian itu adalah justru untuk menyelewengkan dan memutarbalikkan syiar Islam dari yang sebenarnya. Studi-studi tersebut mereka lakukan adalah untuk merusak Islam, membuat fitnah, tasywih (memperburuk wajah Islam), menyelewengkannya, memilah-milah mana yang boleh diambil mana yang harus dibuang dan diwaspadai. Para tokoh mereka senantiasa menganjurkan kepada para pengikutnya untuk mengikuti ajaran-ajaran Nabi Shalallahu 'Alaihi wa Sallam yang sesuai saja dengan ajaran-ajaran mereka. Bila tidak sesuai, maka mereka memberikan peringatan yang keras agar para pengikutnya tidak mengikuti ajaran-ajaran Islam tersebut.
Begitulah beberapa penjelasan dari Allah Subhanahu Wa Ta'ala tentang perilaku Yahudi dan para pengikutnya untuk menghancurkan Islam. Kalau kita perhatikan pesan-pesan dan penjelasan-penjelasan tersebut, maka kita telah menyaksikan relevansinya dengan apa yang dilakukan oleh para simpatisan dan pengikut Yahudi itu. Al-Qur'an mereka tafsirkan terlepas dari As-Sunnah, yang berarti mereka telah kufur terhadap Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam dan Sunnahnya. Kalaupun sekali-kali mereka gunakan as-Sunnah, maka itu disesuaikan dengan akal dan hawa nafsu mereka saja.
Mereka suka sekali mempermainkan istilah-istilah yang terdapat di dalam Islam untuk diselewengkan. Mereka jadikan akal dan hawa nafsunya sebagai ukuran nilai benar-salahnya sesuatu. Bahkan studi yang mereka lakukan terhadap Islam tidak menyebabkan mereka mempercayai Islam. Mereka sumbangkan studi keislamannya kepada “mala’” (tokoh-tokoh pembuat keputusan di antara mereka), dalam rangka membuat keadaan “tasykik” (membuat keraguan terhadap Islam), “tasywih” (memburuk-burukkan wajah Islam dan kaum Muslimin), “tadhill” (menyesatkan umat dari jalan Allah), “tazhwib” (meliquidasi keberadaan Islam), “taqrib” (melakukan usaha-usaha mengawinkan antara ajaran-ajaran Islam dengan ajaran taghut), “talbis” (mencampurkan antara yang hak dengan yang bathil), serta melakukan “taghrib” (melakukan proses pembaratan). Kalau ingin merinci Perilaku Yahudi ini, maka terlalu banyak untuk dituliskan. Keterangan di atas hanyalah merupakan beberapa penjelasan dari Allah Subhanahu Wa Ta'ala tentang perilaku Yahudi dan para pengikutnya untuk menghancurkan Islam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tipudaya Freemasonry Di Asean
SpiritualTIPUDAYA FREEMASONRY DI ASEAN Terbit pertama kali di Indonesia dengan judul: FREEMASONRY DI ASIA TENGGARA Oleh: Abdullah Patani Tambahan Oleh: Ibnu Mansoer bin Abdullah Tambahan Akhir Oleh: Agoeng Prabowo Publikasi Pertama Oleh: Haji Ali bin H...