[1] - Hukuman & Bencana

20 1 0
                                    


"Lo habis darimana, Ar? Kusut gitu muka lo kayak habis dibuntingin anak tetangga" Nando yang sedari tadi duduk di antara gerombolan sahabat-sabahatnya sambil sesekali bertukar ledekan, adalah orang yang pertama kali tersadar akan kehadiran salah satu sahabatnya, Ardan.

Namun, yang ditanya hanya mendengus dan beranjak menuju bangku nya paling pojok yang masih berada disekitar jangkauan sahabatnya.

"apalagi kalo gak habis dihukum sama bu Raina" celetuk Bimo, membuat ketiga sahabatnya tertawa.

"Lagian lo kenapa sih doyan banget telat, jadi bulanan bebek kejepit kan lo"lanjut Fahri, yang kali ini semakin membuat mereka terbahak akibat sebutan yang dibuat oleh Fahri.

Ardan hanya diam dan mengambil ponselnya didalam saku celana abu-abunya, lalu membukakan aplikasi games yang sedang gencar membuatnya penasaran akan endingnya. Bukan Ardan namanya kalau tidak bisa mengabaikan lingkungan sekitar, bahkan Ardan sangat terkenal akan kecuekkan dan ketidakpeduliannya terhadap apapun yang berada didekatnya sekalipun itu akan membahayakan orang sekitarnya. Ardan bahkan terkenal dengan segala tingkah dinginnya yang membuat wanita manapun penasaran dengan kehidupan Ardan sebenarnya. Berbeda saat ia berada di lingkungan keluarganya, ia adalah sosok laki-laki yang hangat dan peduli terlebih kepada mama dan adik perempuannya.

Tidak lama setelah Fahri berbicara, sosok Ardan menggerutu akan kekalahannya di games ponsel miliknya, lawannya sangat hebat -ah tidak, lawannya kebetulan bisa mengalahkan dirinya.

"Sialan!"

Sudah seminggu ini Ardan tidak bisa lepas dari permainan yang dikenalkan adik perempuannya, Bella. Duel Otak.

"Astaga, Tuhan! Nyesel gue ngomong kalo yang diajak ngomong ga merdulin yang ngomong," Fahri mengacak rambutnya secara dramatis.

"Lo ngomong jangan berbelit dong gue ga ngerti."sahut Nando, dan beranjak pergi menuju keberadaan Ardan dengan pelan agar laki-laki yang tengah asik dengan permainan diponselnya tidak menyadari keberadaan dirinya.

"heh lo! Lo benar-benar ya, Ar." Nando langsung menyerobot, menjawab asal pertanyaan yang telah muncul di ponsel Ardan, dan begitu terus sampai Ardan dinyatakan kalah dalam permainan duel otak yang sampai sekarang ia tidak tau lawannya siapa.

Laki-laki itu refleks mendongakkan kepalanya dan menatap tajam orang usil, yang ditatap hanya menatap balik dengan wajah tanpa dosa.

"TAI!" gerutu Ardan, yang masih bisa didengar oleh ketiga sahabatnya.

"ARDAN!"

"ASTAGA!"

"Lo ngomong jorok, siapa ngajarin?!"

Seruan secara bergantian dari ketiga temannya tersebut lagi-lagi membuatnya mendengus remeh dan kembali menghiraukan kicauan beo teman-temannya dan melanjutkan permainannya dengan terpaksa mengulang dari awal.

***

"Kenn pulang"

Suasana rumah yang tadinya sepi langsung ramai saat suara Ardan memenuhi ruangan setelah dirinya membuka pintu dan berjalan menuju ruang keluarga yang terdapat adiknya seorang diri dengan cemilan dan sebuah film Frozen yang muncul di televisi didepannya.

"Mama dimana?" Tanya Ardan kepada Bella -adiknya, sambil meringsut disebelah adiknya dan mengambil paksa cemilan yang ada dipangkuan sang adik.

"ih abang rese!" celetuk sang adik, sambil memukul lengan Ardan dengan brutal. Yang dipukul hanya cengegesan dan kembali mengganggu Bella dengan menggantikan cheanel tv dengan sengaja.

Maps. Real love!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang