Piket Beruntung

10.2K 199 3
                                    

Biano Theodore

Besoknya setelah masuknya Pak Dean ke kelasku, hampir setiap hari aku melihatnya. Mutar balik melewati kelasku dan beruntungnya dudukku dekat dengan pintu jadi bisa melihatnya dengan jelas walaupun ngga sampai sedetik. Ruangan guru PPL kebetulan terletak dekat dengan kelasku jadi yah pastinya aku selalu melihatnya mutar balik.

Dia keren. Ketika sedang bosannya dengan Buk Hani yang lagi jelasin tentang pertidaksamaan dua linear, aku melihatnya—Pak Dean dengan earphone yang menggantung indah ditelinganya dan bibirnya yang bergerak mengikuti lirik lagu yang ia dengarkan sambil melewati kelasku. Aku melihatnya dari jendela sampai dia melewati kelasku.

Kehadirannya bahkan bisa aku rasakan. Mungkin karna dia terlalu tinggi jadi aku bisa melihat siluetnya secara sekilas.

Dan kadang ketika dia melewati kelas, aku dan dia melakukan eye contact. Dia melihatku lalu tersenyum padaku, dan aku membalasnya dengan senyuman kikuk. Aku beneran suka dengannya. Tapi, kesempatan itu tidak akan pernah ada.

Dia cowo, aku tau itu dan hampir semua cewe satu kelasku memujanya. Pak Dean terlalu baik. Ketika cewe cewe itu menyapanya, Pak Dean dengan senang hati menampilkan senyuman terbaiknya. Dan aku sadar, eye contact yang kami lakukan dan senyuman yang dia berikan ternyata murni hanya sebatas guru dan murid. Tidak lebih.

"Hey Bi"

Aku mengedarkan pandangan ke arah samping kananku "Ya Vin?"

"Udah istirahat. Yuk ke kantin, lo belum sarapan kan?"

Ah Kevin terlalu perhatian! Aku menggeleng sebagai jawaban.

"Males keluar Vin. Gue maunya tiduran aja"

"Lo sakit?" Dan lagi aku menggeleng, "Nah ngga bukan itu. Gue cuman males aja"

"Yakin males? Manatau Pak Dean lagi dikantin loh. Ini kan jam makan siang"

Shit Kevin! Raut wajahku langsung berganti menjadi raut wajah semangat. Yeah, walaupun aku ngga bisa dapetin Pak Dean sepenuhnya setidaknya dia cuman ada di dalam hati.

"Yok Buddy, lo emang paling the best" ucapku dan Kevin hanya tersenyum kecil lalu mengalungkan tangan kirinya di leherku.

Kantin rame bener hari ini. Bahkan untuk menjangkau kantin favoritku sangat susah karna disana sedang desak desakan. Aku edarkan pandanganku mencari Pak Dean, dan hasilnya nol. Dia ngga ada.

"Bi, rame banget nih. Gimana?" Tanya Kevin, aku mengangkat kedua bahuku. "Tunggu disini aja sampe agak sepi"

Kevin mengangguk, kami buru buru mengambil salah satu meja yang kosong dan mendudukinya. "Pak Dean ngga ada Vin"

Ucapanku membuat Kevin tertawa. Si manis ini lalu menangkupkan wajahnya dengan kedua tangannya yang bertumpu diatas meja, "Lo nyariin dia?" Tanyanya dan aku mengangguk.

Kevin lalu melipat tangannya dan matanya bergerak ke arah samping yang berarti sedang menunjukan sesuatu.

"Look at your right"

Aku buru buru melihat ke arah kananku, itu Pak Dean! Dia sedang membawa nampan yang berisikan makanan yang dia beli. But shit! Dia sedang berjalan ke arah sini. Oh ngga Biano, dia ngga akan mungkin kesini.

"Hei Bian, Kevin"

Sial, dia duduk disini.

"Bapak boleh makan disini kan? Meja pada penuh semua tuh" ucapnya sambil mendudukan dirinya di kursi disampingku. Oh Ya Tuhan, jantung sialan. Dan liat wajah Kevin yang lagi nahan ketawa.

ManjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang