Ditikung

6.9K 136 4
                                    

Author POV

Matahari pun mulai terbenam. Tidak terasa jika Bian, Nivan maupun Dean telah berbincang random selama 2 jam. Percakapan itu tentunya diselingi oleh jantung Bian yang berdegup dengan kencang. Setiap Pak Dean'nya' itu berbicara dengannya ataupun tidak sengaja menatap matanya, jantung Bian berdegup lebih kencang dan bahkan ada rasa aneh diperutnya. Tidak, bukan rasa ada kupu kupu yang terbang diperutnya, itu sudah sangat klasik. Perasaan ini, perasaan ingin memiliki seutuhnya. Bian ingin Pak Dean hanya untuknya. Tidak untuk orang lain, tapi Bian bisa apa? Dia hanya seorang murid yang kebetulan diajar oleh Dean dalam waktu dua bulan dan paling lama tiga bulan. Dia tidak punya kehendak untuk memliki Dean.

"Bi, entar gue turunin didepan rumah ya?" suara Nivan mengagetkan Bian yang tengah hanyut didalam lamunannya. Sekarang ini mereka berdua sedang berada di dalam mobil, Dean tadi pulang duluan dengan kendaraanya sendiri.

"Apa Van?"

"Gue turunin lo didepan rumah aja ya, gue mau pergi lagi abis itu"

Bian hanya mangut mangut setuju, dia capek. Capek kenapa dia harus mikirin Dean. Dia bahkan sempat mikir gimana nasibnya kalo Dean udah pergi dari sekolahnya? Yang artinya pelajaran Olahraga bakal balik lagi ke tangan Pak Andre dan waktu istirahat bakal pendek? Shit! Oh dan bakal lebih buruknya lagi, dia tidak akan melihat Pak Dean setiap harinya. Double Shit!

"Sial!" umpat Bian tanpa sadar sehingga menimbulkan raut bingung di wajah Nivan.

"Apaan lo?"

"Kalo Pak Dean pergi, jam istirahat kelas gue bakal diperpendek. Sialan"

Nivan merinding ngeri melihat saudaranya itu. Bian seratus persen mengerikan ketika mengumpat lalu menatap satu arah sebagai titik fokus matanya. Dia kaya orang kemasukan.

"Bi, by the way lo ngga mau tau siapa gebetan gue itu?"

Bian melirik Nivan, "Guru PPL kan?"

Tunggu dulu, guru PPL kan?

Nivan mengangguk sambil tersenyum. Oh ngga mungkin, apa jangan jangan... Pak Dean?

"Pak Dean, bang?" tanya Bian ragu ragu, tidak tahukan kalian semua jika Bian tengah menahan rasa sakit didadanya?

"Coba tebak?"

"Pak Dean ya? Serius lo?"

Nivan ngga menjawab tapi dia tertawa kecil. Ya Tuhan, rasanya ugh menyakitkan untuk Bian.

'Sial, sainganku di kelas aja udah banyak. Nah ini malah nambah saingan, abangku sendiri lagi! Bangsat!' batin Bian setengah mengumpat.

xxx

Biano Theodore

Rasanya malas untuk kesekolah. Ngga kok, aku bukan malas untuk belajarnya tapi malas buat ketemu Pak Dean. Terlebih mengingat kalo Nivan menyukai Pak Dean, rasanya inginku tendang kedua orang itu. Membuat moodku buruk saja.

Tadi yang mengantarku ke sekolah itu Nivan, katanya dia sekalian mau ke kampus. Halah alasan! Padahal dia mau modus ke Pak Dean. Buktinya sepanjang perjalanan di dalam mobil tadi Nivan bertanya terus tentang Pak Dean, kaya "Bi, Dean bagus ngga ngajarnya?" "Bi, Dean itu gimana pas disekolah?" dan pertanyaan membosankan lainnya yang hanya kubalas dengan singkat dan dengusan kesal. Kenapa harus Nivan sih? Atau jangan jangan Pak Dean juga suka sama Nivan? Ah Shit!

Sekarang jam menunjukan pukul 10.30, anak kelas lagi pada keluar buat istirahat sedangkan aku hanya diam dikelas, memikirkan Nivan dan Pak Dean. Si bodoh Kevin itu juga seenaknya meninggalkanku, malah minjem uang tadi. Ah bisa gila kalau begini terus hidupku.

ManjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang