Afifa berjalan masuk ke dalam kelas yang sudah riuh dan duduk di bangkunya. Ditatapnya teman sebangku yang sudah dikenalnya sejak SMP itu. Di saat semua temannya sibuk menyalin tugas, dia malah tertidur pulas dengan berbantal tangan di atas mejanya. Jika ada yang menyalin, pastilah ada yang sudah menyelesaikannya pertama kali dan memberikan contekan. Keiza adalah siswa yang menyelesaikannya, sedangkan yang lain hanya menyalin. Afifa sendiri kadang mengerjakan, kadang ikut menyalin.“Kei, gue tadi ketemu Bang Karan di gerbang depan,” ucap Afifa sambil menyusun buku di atas mejanya, bersiap untuk belajar.
Mendengar nama itu Keiza langsung mengangkat kepalanya. “Tumben Bang Karan baru datang jam segini,” ucap cewek berambut sebahu itu dengan dahi berkerut.
“Dia pakai sepeda biasa kan, Fa?”
Cewek berambut sepunggung itu mengangguk, “Tapi kayanya tadi Bang Karan ada masalah deh, orang seragamnya acak-acakan.”
Dengan cepat Keiza langsung beranjak dari kursi, “Yuk, Fa. Kita ke kelas Bang Karan.” Keiza langsung menarik tangan sahabatnya itu tanpa peduli Afifa yang kesusahan karena tangannya ditarik dengan seenaknya.
Dua cewek itu berjalan cepat di koridor yang lumayan ramai dengan kegiatan gosip para siswi. Kelas Keiza berada di gedung B, cukup jauh untuk berjalan ke kelas Karan yang digedung A. Belum lagi kelas IPA yang di lantai atas.“Itu Bang Karan,” ucap Keiza berbisik, kakinya berhenti tepat di depan tangga menuju lantai atas. Sedangkan Karan dengan sang sahabat, Karel berjalan ke arah bawah.
“Hmm.., kebetulan ada si Kampret,” umpat cewek berkacamata itu sambil menatap tajam ke arah cowok yang menyengir padanya.
“Ada apa, Beb? Pagi-pagi kok udah ke sini?” tanya Karel yang tidak dijawab oleh Afifa, cewek itu malah menatap kekasihnya itu dengan tatapan membunuh.
Afifa mendengus, “Masih berani manggil beb setelah ngepost foto shirtless ke instagram?” tanyanya dingin.
Cengiran Karel menghilang, jika nada suara kekasihnya sudah begitu berarti bukan masalah yang ringan.
“Maaf,” ucap Karel takut-takut, salah bicara sedikit saja bisa jadi sate cowok dengan followers Instagram lebih dari sembilan ratus ribu itu.“Tahu kan apa konsekuensinya?” tanya Afifa lagi. Sekarang dengan nada benar-benar marah.
Karel membulatkan matanya, “Konsekuensi? Emang kita pernah bikin perjanjian tentang ini?” cowok dengan hidung mancung itu langsung menelan salivanya sendiri. Firasat buruk.
“Oh, lupa? Ya udah. Yuk, Kei. Kita pergi, kita duluan Kak Karan,” ucap Afifa lembut pada sahabat pacarnya itu.
Karan hanya tersenyum tipis sambil mengangguk, sekilas dia melihat ke arah Keiza yang juga menatapnya. Mereka sering beradu tatap, tapi tidak pernah lebih dari lima detik, selain itu tidak ada lagi komunikasi antara mereka. Berbicara pun jarang.
Karan menghela napas panjang, “Makanya, jaga perasaan cewek lo, bukan kebaperan followers lo,” ucap cowok itu sambil menepuk pundak Karel yang lebih rendah darinya.
Beruntung Karan yang jomblo sehingga tidak ada yang akan marah-marah padanya, beruntung pula Karan yang tak hobi memotret wajahnya karena postingan Instagramnya hanya hasil dari hunting fotonya di alam. Followersnya pun tidak banyak, hanya beberapa teman dan klub fotografi.Keiza tersungut-sungut saat Afifa dengan seenaknya menarik tangannya itu. “Kok udahannya cepet banget sih, Fa. Kan belum kelar lihat Bang Karan,” protesnya.
“Lihat Bang Karan kan bisa kapan-kapan. Sekarang mending ke kantin, ngisi perut sebelum masuk kelas.”
***

KAMU SEDANG MEMBACA
DoubleKar Mission: ANLOVELETT
Fiksi RemajaTentang sahabat yang mencoba menuliskan cinta. Tentang surat yang menorehkan cinta. [10.10.2016] Love