Iqbaal

251 15 0
                                    




Din din

terdengar bunyi klakson dari luar rumah

Bi Isah yang sedang memasak langsung menghentikan aktivitasnya dan berlari keluar untuk membuka garasi

Iqbaal sedang bermain play station 4 kesayangannya dengan bertelanjang dada dan hanya menggunakan boxer. Tiba – tiba pintu kamarnya diketuk oleh Bi Isah.

"Mas Baal, Bapak sudah pulang, Mas Baal disuruh Bapak kebawah."

"Ganggu aja sih bi, lagi asik nih"

"Mas jangan kelamaan nanti Bibi yang diteriakin si Bapak"

Iqbaal melemparkan stik PSnya dan berdiri membuka pintu kamarnya.

"Bawel bi, mending kalo suara Bibi enak kayak Raisa, ini suara udah kayak joki bangunin sahur aja rewel banget"

"Bukan gitu Mas, Bibi takut kena marah si Bapak, Mas tau sendiri kan gimana kalo si Bapak udah marah"

Iqbaal mengangguk mengerti lalu turun menghampiri ayahnya.

"Ayah manggil Iqbaal?"

Pak Harris yang sedang membaca Koran langsung menutup korannya dan menatap Iqbaal.

"Kamu ini, bicara sama orang tua sudah kayak bicara sama supir"

Iqbaal mengangkat alisnya bingung. Perasaan, ia berbicara normal kepada ayahnya.

"Yah, kan Iqbaal ngomong baik – baik?"

"Tapi lihat kamu ini, gak pakai baju, berdiri di depan Ayah, kamu ini gak mengerti sopan santun ya?"

Iqbaal mendengus kesal.

Ia berlari menuju kamarnya dan segera mengambil kaos secara acak dari lemarinya. Lalu ia kembali turun untuk menghampiri ayahnya. Iqbaal duduk di sofa panjang berwarna hitam yang ada disebelah sofa yang ayahnya duduki.

"Ayah kenapa manggil Iqbaal?"

Pak Harris memperhatikan Iqbaal seperti sedang meneliti sesuatu.  Ia menatap anak semata wayangnya itu dengan wajah yang lelah.

"Ayah gak mengerti sama kamu Baal, waktu kecil kamu ini anak yang pintar, rajin, nurut sama orang tua, sudah besar kok malah kebalikannya."

Iqbaal terdiam mendengar perkataan ayahnya. Ia mencoba menilik apa yang sedang ayahnya bahas.

"Ayah susah payah banting tulang untuk menyekolahkan kamu, tapi gak dijalani dengan benar, lalu sebenarnya kamu ini mau sekolah dimana, Baal?"

Iqbaal semakin bingung, perkataan ayahnya semakin tidak ia mengerti.

"Sekolah dimana? Maksud Ayah?

Pak Harris menghela nafas panjang. Ia mencoba membuka mulutnya untuk mengatakan apa yang dikatakan kesiswaan sekolah Iqbaal tadi siang.

"Kamu di drop out dari sekolahmu, kalau sudah seperti ini, Ayah gak mungkin masih menyekolahkanmu di Jakarta. Kamu akan Ayah pindahkan ke Bandung, nanti disana kamu tinggal dirumah eyang"

Perkataan ayahnya membuat Iqbaal terdiam. Ia tidak percaya. Sebenarnya, Ia sudah sering diancam akan di drop out, tapi itu tidak pernah terjadi. Ternyata, apa yang dikatakan kesiswaannya kemarin benar. Ia benar – benar mengeluarkan Iqbaal dari sekolah.

The Light Of My Darkness SkyWhere stories live. Discover now