Anna Fisherman tahu, bahkan jauh sebelum langkah-langkah kakinya berderap di bawah gerimis yang magis, ada sihir jahat menghantam dadanya, membuat hatinya berat dan menakuti setiap langkah yang seakan menempa jari-jari kakinya yang keras.Disana gadis enam belas tahun itu berhenti, di depan pintu biru dengan garis putih dibawah lampu kuning yang temaram. Bukan jeritan malam yang ia takuti, bukan pula suara gerimis yang ia benci, melainkan sosok dibalik pintu yang tertidur tak peduli.
Anna menekan engsel pintu, berbalik ke arah hujan yang menatapnya sendu, ia memutuskan untuk selamanya tak akan kembali mecoba membuka pintu-pintu yang terkunci untuknya. Tidak, dan tidak akan lagi.
"Dasar pelacur!" suara parau seorang wanita berteriak di kejauhan. "Kau tidak ada bedanya dengan dia, kau mendengarku tidak- hah?!" urat-urat dilehernya yang pucat mengejang, terlihat terlalu jelas saat lampu mobil melaju melewati teras rumah kuning pucat di ujung jalan.
Seorang anak perempuan berlari meraih pagar besi berkarat, rambut hitamnya panjang terurai, lengan kanannya bertumpu menahan bandul yang mengaitkan gaun putih selututnya yang robek, menampakkan dengan jelas punggung keunguan yang tak biasa.
Anna Fisherman melangkah berani menjangkau warna ungu yang menyakiti mata cokelatnya, wanita yang berteriak berjalan cepat mendahuluinya, piama merah jambunya menjuntai menyentuh genangan air, wanita itu terus berjalan maju tak peduli, dinding kosong tinggi di sebelah kiri bahu Anna Fisherman menunjukkan bayangan jemari panjang wanita itu bergoyang naik-turun seiring langkahnya yang gusar.
Entah bisikan macam apa yang mendekati telinga Anna Fisherman, tiba-tiba saja kedua tangannya mendorong punggung sosok wanita dihadapannya dengan kuat, wanita itu jatuh tersungkur, bangkit perlahan-lahan dengan umpatan yang lebih menakutkan dari malam.
Karena saat itu, Anna Fisherman telah menggendong punggung mungil keunguan itu di dadanya, pupil cokelat Anna Fisherman membesar saat menyadari apa yang baru saja ia lakukan, mata cokelatnya bertemu dengan bola mata hijau berkilau yang sayu, bergerak mengikuti fokusnya ke arah sosok wanita yang berdiri mengecil, guratan tipis di bawah sekitar bibir anak itu tiba-tiba bergerak naik ke atas, ia tersenyum.
Saat itulah Anna Fisherman mengerti, tak ada satupun hal yang harus ia sesali, seiring setiap inci terhampar memisahkan jarak antara mereka dengan piama merah jambu yang lebih menakutkan dari malam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Menjelajah Masa Lalu
RomanceAnna Fisherman seharusnya tak pernah menggendong punggung mungil keunguan itu di dadanya. Edmund Fallon tak seharusnya membuat janji yang semula ia pikir mudah untuk ditepati. Malam itu di jalanan Minks yang basah. Ada sesuatu yang magis merasuki t...