Mereka berdelapan berkumpul dibelakang kelas.
"Jam berapa sekarang?"tanya Ferdian. Ica yang memakai jam, melirik jam tangannya.
"Jam setengah 6 lebih. Ihhh bentar lagi malem"
Salma yang sedari tadi berdiri dan melihat kearah jendela, meneguk ludahnya. "Gue takut anjir"
"Alay,"celetuk Jidun, "Yang penting kan kita banyakan terus bawa senter"
Salma mengangguk pelan.
"Astaga gue lupa!!!"pekik Rara.
Semuanya langsung menatap Rara dengan tatapan, apa yang lupa.
"Kita gak bawa makanan! Nanti kalo malem laper gimana?"
Semuanya menepuk jidatnya. Beruntung mereka mempuyai teman seperti Rara yang ingat jadwal makan. Jadi mereka masih bisa membeli makanan.
"Ohiya siahh, lupa. Gimana dong? Ntar kalo gue kelaperan terus pingsan gimana?"Amanda mulai panik.
"Yailahh"dengus Tari, "Taudah temen temen gua yang hobi makan semua"
Ya, Tari yang bertubuh kecil dan tinggi itu tidak terlalu mempedulikan makanan.
"Beli dulu aja yuk ih"kata Ica.
"Beli nasi padang coy, porsi nasi banyak." usul Fani.
"Yuk, kumpulin uangnya, biar gue sama Fani yang beli"kata Ica.
"Lah kok sama gue Ca? Sendiri aja sono"ujar Fani. Ica memutar kedua bola matanya, "Lo yang punya usul ya, Fan."
Fani mendengus pasrah. "Okelah"
Lalu setelah semuanya memberikan uang pada Ica, Ica dan Fani keluar dari gedung sekolah untuk membeli nasi padang yang tidak jauh dari sekolah.
"Jangan lama-lama ya oy, bentar lagi kita mulai"kata Jidun.
"Sholat dulu coi"ucap Salma, "Biar ga terlalu deg-degan aja ntar pas keliling malem-malem"
Lalu semuanya mengangguk dan mengambil air wudhu dan sholat di mushola sekolahnya.
"Gue lagi M ihh"keluh Amanda, "Doain ya kalian, biar gue gak diganggu setan"
Semuanya tertawa, "Lo kan setannya Man"tawa Jidun. Dia memang mempunyai sifat mengatai orang.
"Lo ikut ke mushola, apa disini aja Man?"tanya Tari.
Amanda berpikir sebentar, "Gue disini aja. Biar Ica sama Fani pas kesini gak kebingungan pas kelas sepi"
Semua mengangguk, "Yaudah kita sholat dulu ya, Man. Tiati muahh"kata Salma, lalu ia, Tari dan Rara keluar kelas. Diikuti oleh Jidun dan Ferdian.
Kini Amanda sendirian dikelas. Ia mengalihkan dengan menyibukkan diri dengan bermain ponsel.
Dan ia menyesali pilihannya untuk tidak ikut dengan teman-temannya ke mushola.
Ia takut dikelas sendirian.
"Harusnya gue ikuttt"kata Amanda dalam hatinya.
Lalu krekkk..
Pintu kelas bergerak.
"Ica?Fani? Dah selese beli naspadnya?"Tanya Amanda. Tapi tidak ada yang menjawab.
"Anjir"kata Amanda lalu memegang degup jantungnya.
Dia terus menyebut nama Allah. Sambil sibuk bermain ponselnya.
"Man,"panggil Ica yang tiba-tiba sudah ada didepan kelas dan berjalan kearah Amanda.
"Ah untung lo dateng Ca. Eh? Fani mana? Naspadnya udah beli kan?"
Drrrttt...
Ponsel Amanda bergetar, "Eh bentar Ca. Ada telepon dari Jayant"
Jayant adalah pacarnya.
"Halo Jay?"
"...."
"Ada apa? Ko kamu diem?"
"...."
"Jay!"
"...." tut.
Lalu sambungan telepon terputus.
"Dih aneh banget si Jay--"ucapan Amanda terhenti karena Ica tidak ada dihadapannya.
"Dih si Ica kemana? Ca?"Amanda memanggil Ica.
"Oi Man, ngapain?"kata Fani yang baru masuk kelas bersama Ica dengan membawa kresek makanan.
"Oh si Ica disitu, gue cariin juga Ca tadi, jangan ngilang tiba-tiba gitu ih, gue takut tau"celoteh Amanda.
Ica menaikkan sebelah alisnya, "Man..kan daritadi gue sama Fani beli naspad..dan sekarang kita baru aja masuk kelas."
Amanda meneguk ludahnya, "T-terus..ta-tadi..HAHAHAH Ica pinter banget boongnya."tawa Amanda.
Wajah Fani dan Ica memucat.
Fani menggeleng, "Ica daritadi bareng gue Man,"
Lalu tawa Amanda terhenti. "S..serius ka-kalian?"
Ica mengangguk pelan. "Yang lain m--mana?"
"Oii semua, Ca, Fani, kalian sholat dulu gih. Kita udah"sapa Ferdian dan Rara yang baru saja masuk ke kelas.
Lalu dibelakangnya diikuti Salma, Jidun dan Tari.
"Eh itu muka kalian bertiga...kenapa pucet gitu?"tanya Tari pada Manda, Ica dan Fani.
Bibir Amanda bergetar. "Gue gak yakin rencana kita bakal berjalan lancar"
"Manda udah diganggu setan barusan"jelas Fani.
Lalu Ica dan Fani tertawa keras. "HAHAHAHA ANJIR SI MANDA MUKANYA WATIR BANGET"tawa Fani.
"HAHA YOI ANJIR, MAN MAAP, GUE SAMA FANI NGERJAIN LU AHAHHA"tawa Ica.
Semuanya meghembuskan nafas lega, setidaknya memang tidak ada hantu yang menggangu berarti.
"NAJIS IH KALIAN, MANDA SEBEL SAMA KALIAN"pekik Amanda.
"Hehe maap ya Man,"kata Ica lalu memberi sebungkus nasi padang. "Nih coi makan"
Lalu ketika Ica membagi-bagikan bungkusan nasi padang, lampu dikelas mati.
"Oke."ucap Manda. "Kali ini siapa yang mau ngerjain gue lagi?"
Salma meraih senternya yang berada didekatnya. Lalu menyenteri kearah teman-temannya.
"Gaes,"panggil Salma. "Kita semua disini komplit berdelapan..dan gue gak tau yang matiin lampu siapa"
Semuanya kembali memasang muka tegang.
"Positiv thinking, mungkin lampunya udah tua dan mati,"kata Ferdian berusaha menenangkan teman-temannya.
"Dun, lo kok diem aja sih"kata Rara.
"Iya, biasanya dia kan bawel ya Ra"tambah Tari.
Jidun yang sedari tadi menunduk, mendongak, "Gue ngerasa...gue ngerasa..takut aja. Aneh juga, oadahal tadi gue gak takut sama sekali. Tapi..ya tau deh. Awas lu semua ngetawain gue. Kalian semua juga takut kan?"
Salma menggeleng, lalu dia berjalan mendekati temannya, karena tadi ia keluar kelas untuk memastikan,"Ngga takut juga sih Dun, soalnya gue udah tau yang matiin lampunya siapa"
"SIAPA?"
"Satpam...tadi gue sempet keluar kelas buat mastiin yang matiin lampunya. Ternyata cuman satpam, nama satpamnya pak Unus"kata Salma lalu kembali duduk bersama teman-temannya.
"Pak Unus?"tanya Rara seperti kaget. Salma mengangguk.
"Wait..bukannya..."ucapan Rara menggantung.
"Kenapa sih ra?"tanya Amanda.
"Pak Unus kan tiga tahun yang lalu udah..meninggal"suara Rara mengecil ketika mengucapkan kalimat yang terakhir.
Salma yang masih berdiri, mematung.
"Udah woi udah, makan aja dulu"ucap Jidun walau mukanya lebih pucat daripada temannya yang lain.
![](https://img.wattpad.com/cover/87186596-288-k175546.jpg)