"JIDUN?!" teriak ferdian ketika melihat lelaki itu duduk di meja kantin yang sudah sangat tidak layak pakai itu.
"ANJIR YA!" pani menghembuskan nafasnya sejenak sebelum mulai mengomel, "lo kita cari-cari, malah duduk-duduk disini."
Jidun menoleh ke arah temannya, kemudian berdecak. "lama lo pada. Sini, sini, gue nemu sesuatu."
Mereka semua kini duduk pada meja kantin yang panjang itu, saling berhadapan. Beberapa pasang mata menatap bingung apa yang ada di depan jidun saat ini.
"buku siapa tuh?" tanya rara penasaran.
"Diary martha."
"Martha? Yang meninggal gara-gara di labrak di kamar mandi?"
Jidun mengangguk atas pertanyaan salma. "gue pinjem senter, senter gue batrenya abis."
Tari langsung menggelindingkan senternya ke arah jidun, yang langsung diterima oleh jidun dan mengarahkan cahaya senter tersebut pada buku itu.
"bacain dun bacain!" yang lain sudah mulai rusuh penasaran.
"btw," jidun menatap satu persatu teman-temannya. "kalian ngapain sih? Berantakan semua gitu. Keringetan lagian."
Semuanya mengeluh,
"lo tau gak si kaki gue dipegang setan"
"lo tau gak si tengkorak di lab ipa ngetokin kaca sendiri"
"lo tau gak si blablabla"
Dan banyak lagi. Dahi jidun mengernyit.
"sumpah? Gue kok galiat setan daritadi?" jidun bingung, tapi ia bersyukur juga ga liat hantu.
Yang lain pun rusuh kembali merasa tidak adil, betapa enaknya jidun gadiganggu setan.
"nih ya gue bacain"
Semuanya menyimak dengan seksama.
"gue martha. Gadis biasa aja yang tiba-tiba diajak jadian sama kapten basket sekolah paling disegani."
"banyak yang gak suka sama gue, kakak kelas gue bahkan sering labrak gue. Awalnya cuman nampar, gue masih terima"
"hari ini gue di seret mereka ke taman blkg sekolah, mereka gunting lengan baju gue sampe baju seragam gue yang tadinya panjang, jadi gak berlengan. Gue dijenggut, di siram pake air got."
"tadi siang gue ke rumah sakit sama nabil, pacar gue, buat beli obat adeknya dia, trs gue ketemu sama puri, kaka kelas yang labrak gue wktu itu. Dia cuman natap gue tajem."
Manda langsung menyela, "puri? Gue mikirnya malah puri temen sekelas kita juga."
Rara menggeleng,"nama puri banyak kali man, lagian kan initu puri di dua puluh tiga tahun yang lalu,"
"ohiya."
"gue lanjut ya,"sela jidun, "Waktu gue di luar rumah sakit buat beli es krim, mobil sport biru dengan sengaja mau nabrak gue. Gue tau banget itu sengaja, soalnya jalan masih lenggang, dan itu arah mobil ke gue banget. Untung ada nabil, dia langsung narik gue, dan meluk gue, nenangin gue. Dan ya, gue liat yang ada di dalem mobil itu puri yang sedang kesal."
"10 desember 1994. Puri, aliya, tasya, nyuruh gue nemuin mereka di kamar mandi pulang sekolah besok sore. Mereka ngancem, kalo gue gak dateng nemuin mereka ataupun gue ngadu, bokap gue bakal dipecat dari pekerjaannya. Iya, bokap gue kerja di perusahaan punya papah aliya. Gue gak mau bokap sedih, dan akhirnya gue mau buat dateng."
"11 november 1994, hari ini gue lewat kantor buat nyerahin tugas ke guru. Tapi tiba2, gue liat ada ibu-ibu yang lg berbicara pada teleponnya. Gue gak sengaja denger."
