Prolog

41 6 0
                                    

Sougo Rae, itu namaku. Terdengar sederhana memang. Namun diriku tidak sesederhana namaku

__________________

Menghadiri sekolah baru yang cukup elit di kota yang baru ini. Akupun tidak yakin aku bisa melalui masa-masa SMA ku dengan baik karena rumor yang beredar adalah banyak anak-anak yang sangat rajin dan menomorsatukan pelajaran. Sedangkan aku tidak terlalu suka dengan keambisiusan yang hanya menimbulkan hancurnya kedamaian. Bagaimana jadinya kalau semua orang ingin yang menjadi nomor satu? Perang Dunia III bisa saja meledak karena masalah sesimpel ini.

Bel sekolah sudah berbunyi sejak tadi. Tapi aku tenang-tenang saja, toh aku juga murid baru. Seperti biasa, menunggu melihat fisik wali kelas dahulu baru diantar oleh beliau. Yah, terlalu datar memang. Bahkan sangat membosankan.

"Ayo masuklah!" Seru beliau sambil melambaikan tangannya kepadaku.

Jantungku berdebar keras ketika melihat situasi kelas ini. Murid-murid di kelas ini memandang ke arah yang sama, namun bukan ke arahku, sang pembicara. Apakah kedatanganku membuat mereka terpikir suatu yang buruk?

Aku pun memperkenalkan diriku seperti biasa. Bahkan aku mencoba untuk tersenyum dan menggunakan nada yang paling ramah yang kubisa. Tetapi hasilnya nihil. Aku merasa tak dihargai. Tapi bagaimana lagi?

"Baiklah, Sougo-san. Kau duduk di sebelah Gotou-san."

Aku melihat arah yang ditunjuk pak guru. Ternyata aku duduk di depan sendiri dan di baris tengah. Bahkan aku sempat tidak melihat ada kursi sedepan ini. Dan aku melihat orang yang bernama Gotou itu. Dia lain dari yang lain. Dia gadis yang pendek dan penampilannya sangat sederhana. Mungkin karena dia pendek aku tidak melihat dia dari tadi tersenyum melihatku memperkenalkan diri. Matanya yang berbinar, alis nan ramah terlukis tipis di antara dahi dan matanya. Kacamatanya kulihat selalu turun sampai dia harus menaikkannya terus. Mukanya bulat dan pipinya merah. Aku yakin dia anak yang menyenangkan. Tapi mengapa tidak ada yang mau duduk sebangku dengannya?

Pelajaran pun di mulai. Untung saja aku bisa memahaminya. Gurunya kurasa baik. Memberikan penjelasan dan catatan yang teratur. Kurasa mungkin ini yang mendukung rumor itu beredar.

Bel istirahat pun berbunyi, sial sekali beliau memberi PR. Hanya tiga nomor sih. Tapi... a sampai h.

"Halo, Sougo-san. Perkenalkan, namaku Gotou Urume," sapanya tetiba sambil mengulurkan tangan mungilnya.

"Eh? Halo juga. Senang bertemu denganmu," balasku dengan salaman balik.

"Anu, mau ke kantin?" Tanyanya.

"Ah iya. Aku lapar sekali," sahutku sambil menggandeng tangannya.

Dia sempat tampak bingung mengapa dia malah menoleh-noleh seperti orang linglung saat aku menarik tangannya.

"Ah, Sougo-san. Kau ternyata gadis yang aktif ya. Aku yakin teman-teman akan menyukaimu," sahutnya ditengah makan.

"Ehm, tidak seperti itu kok. Kalau secara personal memang aku terlihat mengasyikan. Tapi aku lemah di depan umum," ungkapku.

Tiba-tiba suasana menjadi riuh. Tak tau mengapa murid-murid di kantin ini mulutnya berebut untuk membicarakan seseorang. Dan mata mereka menyorot tajam ke satu sudut di mana orang yang mereka bicarakan itu akan datang.

__________________

Selamat datang di cerita (bukan) pertamaku di sini 😃

Perlu penekanan kembali di sini semua tokoh hampir Out of Character dan tentu saja fiksi.

2 perempuan bernama Sougo Rae dan Gotou Urume juga adalah Original Character buatan author.

Cerita lebih pada teka-teki dan berdasarkan tragedi imajinasi author.

Mungkin kadang tidak jelas pemilihan katanya. Tapi kuusahakan supaya pembaca paham 😊

Untuk pembaca lama, mohon maaf ya aku unpublish 3 cerita yang udah aku rintis. Itu karena menurutku masih butuh perbaikan. Kapan-kapan mungkin akan ku publish lagi dengan keadaan sudah siap 😊

Selamat menikmati cerita ini!

Pain.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang