Haloooo viewers! Mohon maaf yaaa saya baru update! Authornya diterjang lembur berkepanjangan 😭😭😭😭
Makasi untuk yang udah follow dan baca :)
***
"Don't rich people difficult," -Jangan kaya(k) orang susah.Jam menunjukkan pukul 22.50. Untuk ke sekian kali, aku harus mengganti tiket yang hangus akibat pekerjaan mendadak. Posting di Path dari teman-teman ku sudah selusin. Hari ini harusnya ada reuni Bachelor of Commerce. Sebagai mantan aktivis kampus, aku yang justru tidak hadir.
Telepon di sudut mejaku kembali berbunyi. Siapa lagi yang menelepon kalau bukan Tigran.
"Ke ruangan saya sekarang," perintah Tigran sebelum 'halo' dan telepon pun ditutup tanpa mendengar jawaban apa-apa.
Dengan malas aku membawa agenda dan pulpen, kemudian menuju ruangan Tigran. Kalau laporan ini, yang berisi grafik sebesar telapak tangan dan narasi bagaikan sinopsis film di website bioskop masih harus direvisi, aku akan melempar surat resign di meja Tigran.
"Sebentar," kata Tigran ketika aku masuk ke ruangannya dengan ekspresi datar.
Dia mengetik beberapa saat di ponselnya. Aku menghela napas dengan agak kencang supaya Tigran paham kalau ini sudah terlalu malam untuk menunggu revisi yang ke - 13.
"Jadi, tolong datanya ditambah satu tahun lagi ya, dari 2009 sampai first half 2016," Perintah Tigran.
Aku menghela napas lagi, dan kali ini Tigran terlihat jengkel, "Research analyst sudah pada pulang Pak," kataku tanpa bermaksud untuk menolak secara terang-terangan.
Tigran menatapku, tanpa ekspresi apapun, "hooh gitu, kamu kan dulu juga research analyst," skakmat, artinya Tigran tidak ingin dibantah.
"Pak tapi data dari 2010 sudah representatif," kataku mencoba bernegosiasi.
Aku, selama seminggu ini, belum pernah menginjak rumah kurang dari tengah malam. Seminggu kemarin paling tidak aku baru memencet tombol lift kantor pukul 00.00 tepat.
"Representatif atau nggak itu kata siapa?" Tanya Tigran, dia melempar seonggok kertas ke arahku.
Aku mendengus kesal. Saat ini rasanya aku ingin menangis sekencang-kencangnya. Kadang-kadang Tigran bukan seperti hanya bos yang menyebalkan, tapi iblis keji yang bisa menyedot aura positif siapa saja.
Tanpa mengambil kertas revisi yang ada di meja, aku berbalik, dan menarik pintu kaca.
"Ra," panggil Pak Bos.
"Apa?!" Sahutku ketus.
Tigran bersandar di singgasananya. Aku berdiri di ambang pintu. Kalau sampai dari mulutnya keluar yang aneh-aneh, aku tidak akan segan untuk melempar jepit rambutku ke wajahnya.
"Nggak usah deh, cukup grafik itu. Sama diskusi yang 2 halaman kamu buat sebelumnya itu juga dimasukin. Kita submit besok pagi," kata Tigran.
Seketika rasanya ada bunga-bunga yang rontok dari plafon. Angin berhembus sedikit dari lubang kunci pintu surga. Indah. Rasanya keajaiban dunia ke delapan baru saja lahir.
KAMU SEDANG MEMBACA
Resign!!! (Only 6 Chapters Left)
HumorRank #1 per 25 June 2017 (sudah dicetak) Pusing! Mumet! Punya bos yang terlalu jenius, otoriter dan perfeksionis membuat tidak ada pegawai yang betah bekerja di bawah Tigran. Berkali-kali kepergok ingin resign, Alranita dan rekan - rekan sedivisiny...