#4 Bonus chap

1.7K 214 16
                                    


April 4th, 2022
16.34

Rasanya baru kemarin Aku dan Zayn bercanda gurau sebagai teman, dan pada hari ini tepat anniversary kami ke-6 tahun. Mungkin kalian agak kaget membacanya, tapi, ya, kita bertahan. Aku kembali mengecek jam yang tergulung di tanganku dan sesekali melihat kearah pintu restoran. Zayn, kamu dimana?

Kasian banget sih lo, Ra, ayang arabnya ngilang, batinku.

Aku menggigit bibir bawahku sambil mengaduk-ngaduk jus melon yang sisa 1/6 gelas.

"duh, sori-sori gue telat," Seorang lelaki menepuk pundakku. Mungkin kalian heran kenapa kami masih menggunakan 'gue-lo'.

"emang selalu telat, kan?" Aku mengangkat alis kananku.

"ngasal," dia menjitak dahiku.

"udah pesen buat gue belom?" Aku menggeleng. Nih cowok, udah telat, ngarepin dipesenin lagi. Idih. "kok belom?" dia memajukan bibir bawahnya.

"pesen aja sendiri," Aku memutar kedua bola mataku.

"ngambek gitu ceritanya?" katanya sambil mencolek daguku. Duh, gagal ngambek kan gue jadinya.

"ga, rab, ga," Aku meninggikan suaraku. "duduk aja kenapa."

"to the point aja kali ya.. Gue mau ngomong." dia memasang wajah serius. Gue nggak suka yang serius-serius.

"ngomong aja keles."

"putus aja yuk!" Ya Tuhan, Chiara ingin berkata kasar...

Mulutku tak bisa mengeluarkan sepatah katapun. Bahkan dia belum mengucapkan Happy Anniversary. Ini bukan yang Aku harapkan.

"Gue mau S2 di Jerman. Gue nggak tau kita bakalan kuat LDR-an apa nggak. Gue nggak mungkin ngajak lo buat ikut, secara kita masih pacaran." Kali ini mulutku malah bergetar. Chiara, tolong jangan jadi anak yang lemah.

Aku menggeleng-gelengkan kepalaku, tak sanggup dengan apa yang Zayn katakan.
Aku berusaha untuk tak menatap mata coklatnya, karena itu makin membuat hatiku tersayat.

Zayn, kukira kita akan selalu bahagia. Kukira hari ini Aku akan menjadi perempuan yang paling bahagia di dunia. Kukira kita tak pernah ada ujungnya. Tapi, Aku baru ingat kalau nothing last forever.

But, will you be my nothing?

Hening beberapa detik. Kenapa jadi awkward begini? Baca ulang ya, mana tau ada yang salah baca 'awkward' jadi 'awkarin' kan bahaya.

"ah elah!" Zayn menepuk dahinya. Sementara Aku hanya mengerutkan dahiku, tak mengerti dengan apa yang dimaksudnya.
"gagal kan gue bohongin lo! Nggak tega gue ngeliat muka lo yang melas gitu! Astajim! Saolohh!" dia kembali menepuk dahinya.

Mulutku terbuka, tak mau menutup. Jantungku belum kembali keempat semula.

Zayn, gue panik, gue kira gue bakal kehilangan lo hari ini, batinku.

"eh, udahan mangapnya! Mingkep napa!" dia menyentil dahiku. Seketika Aku merapatkan bibirku.

Hening kembali.

"Ra," Bersyukur dia membuka pembicaraan. Kalau tidak, bisa-bisa lumutan feat. karatan.

"kenapa?" Aku menatap matanya lekat-lekat, seolah berharap Ia tak mengatakan sesuatu yang membuat jantungku melihat dunia alias keluar.

"kalau besok gue ngelamar lo.... Gimana?"

"ya... Nggak gimana-gimana." Aku menelan ludahku. Tahan, Ra, tahan. Jangan freak out, ini tempat umum.

"gue serius," dia mengusap tengkungnya.

Astaga! Tuhan, tolong jauhkan Aku dari cogan yang ngusep-nguseo tengkuknyaa, iman hamba nggak kuaaat, teriakku dalam hati.

"yaudah, besok gue sama orang tua gue ke rumah lo ya? Tapi bukain pintunya ya, Ra." dia tersenyum. Aku merindukan senyum itu, Zayn.

"Lo... Serius?" Aku membesarkan pupil mataku.

"iya, Chiara nya Zayn.." Zayn menghelus rambutku. "cincinnya udah ada loh.." dia mengeluarkan satu kotak kecil berwarna merah dari saku celananya dan membukanya. Mataku semakin lebar. Rasanya tanganku ingin sekali mengambilnya, tak ingin cincin itu jatuh ke jari manis perempuan lain. "mau kan? Makanya besok bukain pintunya ya.." dia mengedipkan matanya.

"i-iya.."

"gue anter pulang ya?" ujarnya.

"udahan? Cuma mau bilang gitu doang?" Aku menatapnya heran.

"nanti kalo gue ngomong yang lain lagi, lo makin melayang-layang, kan ribet nanti kalo misalnya jatoh." dia tersenyum.

"semerdeka lo, rab"

[a/n]

Jangan lupa vomment yak ka1

All the love, A.💛





Batu ft.zjm Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang