Aku menghela nafas dengan pelan.
"Kenapa dek? Masih malu yah?" ejek Kak Putra. Aku meliriknya sebal yang dibalas senyum kemenangannya. Ya Kak Putra menang bikin adeknya itu malu. Apalagi didepan cowok yang akan di jodohkan denganya. Eh, tapi apa peduli aku. Siapa tahu dengan cara tadi dia ilfiel sama aku terus batalin perjodohannya. Semoga. Bodo amat mau di cap jelek juga. Nah, kalian belum tahu namanya kan? Baiklah akan aku perkenalkan. Jadi namanya itu...
"Erland ayo tambah lagi makannya, jangan sungkan-sungkan." Seru Mama dengan semangat yang dibalas cowok itu dengan senyuman kakunya.
Aku memutar bola mataku melihat tingkah Mama. Heboh banget, kayak baru liat anak muda ganteng aja. Apa tadi aku bilang? Ganteng? Gak mungkin aku bilang gitukan. Tolong jangan bilang iya.
Ya jadi, seperti yang kalian dengar namanya Erland, tepatnya Erland Banyu Aragandi. Anak kedua dari Om Baskoro. Rupanya? Gak usah ditanya. Sebelas duabelas sama Brad Pitt. Hhaaa oke oke aku akui sekarang dia itu ganteng pake banget, bandingannya aja Brad Pitt so pasti gantengnya nauzubilah. Percaya nggak percaya sih, tapi yang aku lihat ya kayak gitu nggak dilebih-lebihin loh, biar kalian nggak penasaran aja sih. Ntar kalau nggak ngasih tahu, kalian ngomel lagi. Dia memakai jas formal yang menambah kegantengannya. Kayaknya dia masuk kriteria SUAGANTI alias SUAMI GANTENG IDAMAN. Haha please jangan ingatkan aku, kalau aku udah bikin dia ilfiel.
Kecuali jika aku menatap matanya. Secara tidak sengaja ketika kami memasuki ruang makan, aku beradu pandang dengan Erland. Matanya memancarkan aura tidak dingin maupun hangat. Datar. Tatapan matanya sangat datar ketika melihatku. Aku pikir dia sama denganku tidak menyukai perjodohan ini. Entahlah kali ini aku harus bersyukur atau tidak. Kau memang plin plan Disa. Iblis di belakangku berseru dengan bahagianya. Huhft...
"Di ajak ngobrol kali dek, jangan di pelototin doang," goda seseorang lalu tertawa. Siapa lagi kalau bukan Kak Putra. Yang otomatis membuat penghuni ruang makan lainnya ikut tertawa kecuali aku dan Erland tentu saja.
Aku mendelik sebal sekaligus malu. Again. -__-. Gila. Berarti dari tadi aku ngoceh dalem hati sambil liatin dia. Ya Tuhan! Nggak ada yang nyadarin aku sih.
"Ia Disa. Kamu itu dari tadi diem aja. Ajakin Erland ngobrol dong." Ujar Mama menambah suasana semakin ramai. Berasa dipasar tahu nggak. -_-
Aku meringis malu. Again and again.
"Nggak papa tan," timpal Erland kalem.
Aku meliriknya dengan ujung mataku. Dia tersenyum. Tidak sekaku yang pertama. Tapi bukan padaku tapi pada Mama. Ya iyalah ngapain juga senyum sama kamu Disaaa.. ah dari pada aku di bully terus lebih baik aku pergi aja. Eh bentar,, aku baru sadar kok tatapan matanya berubah yah. Beda banget sama tatapan tadi. Ih nyebelin.
"Aku udah selesai," ujarku lalu berdiri dan berjalan keluar dari ruang makan.
"Eh, dek! Kamu mau kemana?" Tanya kak Putra setengah berteriak. Emang aku tuh budeg apa yah. Elah. Dasar kakak nyebelin.
"Mau nyari angin kak," jawabku sedikit ngasal dan ketus. Biarin nyebelin sih.
Tanpa menunggu jawaban lagi aku berjalan melalui pintu samping yang langsung menuju halaman belakang. Di bawah pohon terdapat ayunan yang terbuat dari kayu. Yang biasa aku pakai untuk bersantai. Tanpa pikir panjang aku duduk disana lalu mengela nafas panjang. Sungguh sulit keluar dari semua ini. Terasa seperti kau tidak bisa berenang saat tenggelam. Apa gara-gara aku memperuslit diri sendiri? Entahlah aku tidak tahu.
Aku memejamkan mataku, menikmati hembusan angin malam. Tak peduli walaupun kini aku hanya memakai dress dengan model bahu terbuka yang membuatku sedikit menggigil kedinginan. Aku hanya ingin menetralkan rasa malu ku ketika berada di ruang makan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Marriage With(Out) Love
RomanceAda apa dengan Papa? Kenapa dia ingin sekali aku menikah dengannya? Ini tidak adil.