MWL 01

749 13 0
                                    

Happy Readding ;) !!!

"Gendis.. Pokoknya Papa gak mau tau. Kamu harus terima perjodohan kali ini. Papa gak terima dilecehkan seperti ini oleh keluarga Revando" Geram Papa.

Yah hari ini aku lagi-lagi disidang sama Papa soal perjodohan. Untuk kali ini aku mengutuk kata perjodohan. Sial.

"Tapi Pah, Gendis kan bisa nyari sendiri calon suami buat Gendis. Ngapain sih Papa Jodoh-Jodohin Gendis. Emang Gendis ini udah gak laku lagi sampe-sampe Papa Jodohin" Gerutuku. Apa-apaan Papa itu seenaknya saja. Mana bisa aku Gendisa Ayunda Hutama seaorang Wakil Direktur dijodohkan. Mau ditaro dimana mukaku nanti. Diplastikin terus dibuang gitu. Enak saja dikira gorengan mang Udin apa. Aisssh kenapa aku malah ngelantur gini sih.

"Papa ngga percaya lagi kalau kamu cari calon sendiri. Buktinya kan udah jelas. 3 tahun yang lalu kamu ditelantarin begitu aja sama calon tunangan kamu itu."

"Tapi itukan udah lama banget Pah."

"Pokoknya kamu harus terima perjodohan ini titik gak ada alasan apapun" Kata Papa seraya berlalu pergi.

Huft.. Emang susah ya punya Papa kayak gitu. Apa-apa harus diturutin. Kan nyebelin. Eh tapi kayaknya harus minta bantuan orang itu deh buat bujuk Papa batalin perjodohan ini. Haha pintar kamu Gendisa. Mari kita beraksi.

@@@@

"Ayolah , bantuin Gendis kali ini aja, " kataku sambil memasang wajah semelas mungkin.

"Kakak ngga bisa Gendis. Kamu kan tau watak Papa itu kayak gimana. Percuma kamu mohon-mohon gitu, tetep aja kakak gak bisa bantu kamu."

Putra Ananda Hutama. Ini dia yang aku maksud orang itu. Hehe. Kak Putra adalah Kakakku satu-satunya. Yang saat ini menjabat sebagai Direktur Utama di Departemen Hutama Store. Dia selalu menuruti apa permintaan aku. Dan perlu kalian tau sampai sekarang ini Kak Putra belum menikah. CATET itu. Setiap kali aku tanya, dia selalu menjawab "Kakak gak bisa ninggalin kamu sendirian dek." Duh segitunya Kakakku ini. Udah tampan. Mapan. Pinter. Sayang Keluarga lagi. Coba aja kalau aku bukan adeknya kak Putra, pasti aku udah daftar jadi calon istrinya. Eh tapi kalau aku bukan adeknya kak Putra pasti dia udah nikah sama orang lain. Hishh lagi-lagi otak cantikku ini ngelantur kemana-mana.

"Tapi kak, masa kakak tega sih ngeliat Gendis nikah sama orang yang ngga Gendis tau asal usulnya."

"Ya kamu juga harus tau dong. Masa ia Papa tega jodohin kamu sama orang yang asal usulnya gak jelas. Kak Putra yakin pasti pilihan Papa itu yang terbaik buat kamu." Ujar kak Putra dengan nada lembut. Selembut gula kapas. :D

"Tapi... Kak... Eh, jangan-jangan Kak Putra tau yah siapa orang yang dijodohin sama Gendis," kataku penuh selidik.

"Ehh.. Eng itu Kak Putra juga gak tau. Suer deh. Kakak aja baru dikasih tau Mama kemaren klu kamu dijodohin. Tapi Mama gak ngasih tau siapa orangnya."

"Beneran Kak Putra gak tau ?"

"Ia Kakak gak tau."

"Huft. Awas aja kalau Kak Putra bohong. Gak bakalan Gendis ampuni. Huaaaa tapi Gendis gak mau dijodohin. Siwon Oppa. Justin Bieber. Brad Pitt siapapun tolong bawa aku kabur..."

"Cup.. Cup.. Cupp" kak Putra memelukku lagi

"Papa jahat. Kak Putra jahat..."

"Aduh Gendis, udah ya sayang jangan nangis gini dong. Malu dong tuh sama burung yang dijendela" Kak Putra mengelus rambutku sayang.

Tok..Tok..Tok..

Tiba-tiba ada suara ketukan pintu. Terpaksa aku mengentikan drama ini sementara. Kak Putra melepas pelukannya.

"Masuk" Kak putra menyuruh siapapun orang yang diluar itu masuk.

Ternyata Dian. Sekertaris Kak putra.

"Maaf Pak, Bu. Rapat dengan dewan direksi akan segera dimulai."

Astaga. Gara-gara soal perjodohan ini. Aku jadi lupa kalau ada Rapat siang ini.

"Oh, ia kita akan segra kesana. Kamu duluan saja. Nanti kita menyusul" jawab Kak Putra seraya bangkit berdiri.

"Baik Pak, Bu. Saya permisi".

Setelah pintu tertutup Kak Putra menatapku. Aku pun ikut menatapnya. Dilihat dari matanya terlihat jelas jika dia memang menyayangiku. Tatapan itu Kak Putra perlihatkan saat bersama aku dan keluargaku.

"Baiklah Gendis. Kak Putra tau mungkin kamu masih syok soal perjodohan ini. Tapi Kakak yakin ini juga yang terbaik buat kamu. Jadi kak Putra mau kamu jangan terlalu memikirkannya. Dan cobalah untuk ikhlas. Orang tua tidak mungkin menjerumuskan anak kesayangannya ketangan orang yang tidak benar. Kamu harus percaya itu. Okey " kata kak Putra seraya tersenyum. Dan senyuman kak Putra berhasil menular padaku.

Aku menjawabnya dengan anggukan. Lalu memeluknya. Ya Tuhan. Aku makin sayang sama kakakku ini. Semoga dia juga mendapat pendamping yang sama baiknya dengan hatinya. Dan saatnya mencoba ikhlas seperti apa yang kak Putra bilang. Semoga yang akan menjadi pendampingku nanti siapapun itu akan membuat hidupku semakin berwarna.

@@@@@

Marriage With(Out) LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang