Bencana Jawa Series 2

169 5 0
                                    

BEBERAPA BULAN SEBELUMNYA
"Hallo!"
"Selamat pagi pak, dengan Wiwiek disini, ada yang bisa kami bantu?",terdengar
suara dari pihak lainnya di ujung telepon.
"Saya mau daftar tempat untuk seminar tanggal dua puluh, bu."
"Baik. Atas nama siapa pak?"
"Setiawan", kata bapak ini pendek dengan hanya menyebut namanya.
"Untuk berapa orang pak?"
"Daftarkan untuk 5 orang saja, tapi saya belum bisa memberitahu nama-namanya,
tidak apa-apa bukan?"
"Oo..tidak masalah, pak Setiawan. Jadi total enam orang yah pak?"
"Iya, benar. Daftarkan atas nama saya, enam orang."
"Baik pak Setiawan. Sudah saya reservasikan. No telepon dan Fax bapak berapa?
Nanti tagihannya dan nomor rekening untuk transfer biayanya, kami fax ke kantor
bapak."
"Hmm...nomor telepon saya 081xxxxxxx dan nomor fax kantor saya 021xxxxxx"
"Baik pak Setiawan. Terima kasih. Sampai ketemu di seminar pak. Selamat pagi"
"Terima kasih bu Wiwiek."
-------------
====================
SEMINAR SEHARI
DISKUSI TERBUKA MENGUPAS RAMALAN JAYABAYA
PULAU JAWA AKAN TENGGELAM DAN HANCUR?
PEMBICARA:
1. Bpk Drs. Charlie Subangun MM. (Anggota DPR RI)
2. Ki Agung Sukma
3. Mbah Santo Tetra
HOTEL SULTAN JAKARTA TGL 20 OKT 2010. PK. 10.00-17.00 WIB
RSVP: 021-76712345 WIWIEK. www.bencanajawa.com
====================
Mobil-mobil yang melintas di jalan Sudirman atau jalan Gatot Subroto pasti dapat
melihat dengan jelas spanduk promosi itu. Spanduk-spanduk sejenis juga terbentang
di beberapa titik di jalan lain di sekitar ibukota. Selain design warna spanduk yang
menarik, topik yang akan dibahas dalam seminar itu juga telah menjadi bahan
pembicaraan di seluruh kalangan masyarakat Indonesia akhir-akhir ini.
Hari ini adalah tanggal 20 Oktober. Di dalam sebuah ruangan besar 10 x 20 meter
dalam sebuah Hotel di Jakarta, di atas lantai beralas karpet tebal warna coklat muda,
telah rapi berjejer kursi-kursi dan sebagian besar kursi sudah terisi oleh peserta
seminar. Pagi ini baru pukul 09.40.
Sesuai dengan agenda acara, seminar akan di mulai pada pukul 10:00 dengan
catatan bila tidak molor seperti kebiasaan masyarakat dalam menghargai waktu.
Di depan meja panelis juga telah berjejer microphone dan sebotol air mineral plus
sebuah gelas kosong yang diatasnya terdapat sebuah kertas origami yang dibentuk
sebagai penutup gelas.
Terlihat berjejer empat set barang-barang yang terdiri dari sebotol air, sebuah gelas
kosong, buku tipis untuk catatan dan sebuah pulpen tersusun rapi di depan empat
buah kursi yang disediakan untuk para pembicara dan moderator.
Di ujung depan meja, di depan masing-masing kursi, terlihat tempelan karton yang
bertuliskan nama masing-masing pembicara. Dari kiri ke kanan, terbaca KGP
Teddy Priyadi, Ki Agung Sukma, Mbah Santo Tetra dan Drs. Charlie Subangun,
MM.
Inilah acara yang sudah ditunggu-tunggu baik oleh masyarakat atas, menengah
maupun orang awam. Acara ini juga tampak berbobot dan akan diikuti oleh para
akademisi, ilmuwan, diliput media cetak dan televisi.
"Selamat pagi, bapak-bapak, ibu-ibu. Selamat datang di acara seminar sehari dalam
mengupas ramalan Jayabaya yang akan dibahas oleh para pakar paranormal yang
sudah tidak asing lagi." Seorang perempuan berkebaya jawa yang kelihatannya
menjadi MC berdiri di depan sebuah microphone yang bertengger di atas standing
tripod (alumunium kaki tiga yang biasa dipergunakan untuk penyanyi atau
pembicara yang sedang dalam posisi berdiri).
Suara gamelan jawa yang sejak tadi diputar perlahan telah dikecilkan, bahkan
sekarang nyaris tidak terdengar.
"Diskusi tentang ramalan Jayabaya akan segera dibuka. Sebagaimana bapak ibu
ketahui, para panelis tersebut adalah :
1. Ki Agung Sukma.
"Ki Agung Sukma, namanya telah sangat terkenal karena kabarnya sangat
sakti ilmunya yang bisa menjinakkan langit dan bersahabat dengan gunung.
Beliau bisa membuat langit mendatangkan hujan, atau menahan langit agar
menunda datangnya hujan. Namanya semakin termansyur ketika suatu saat
sebuah gunung merapi yang secara geologi seharusnya akan meletus dalam
waktu satu minggu, namun bisa ditahan beliau, dan ternyata adem ayem
bahkan sampai saat ini, setelah empat tahun berlalu."
2. Mbah Santo Tetra
"Mbah Santo Tetra, juga namanya sudah tidak asing lagi. Beliau sering
muncul di televisi dan majalah dalam memberikan pandangan kemungkinan
kejadian masa depan. Kewaskitaan beliau membaca petunjuk Ilahi, meramal
masa depan, mudah-mudahan dapat memberikan kita kewaspadaan dan
manfaat, serta solusi dalam mengatasi persoalan bangsa akhir-akhir ini."
3. Panelis ketiga adalah Yang Terhormat Bapak Anggota Dewan dari Komisi
1, Bapak Drs. Charlie Subangun, MM.
"Beliau pemerhati supranatural dan tertarik membahas ramalan ini, dari sisi
Negara Kesatuan Repubrik Indonesia, NKRI. Apakah benar akan muncul
pemimpin masa depan yang akan membawa NKRI menjadi Negara kuat
gemah ripah loh jinawi?"
Sinar lampu sorot dan kamera TV dari ujung kanan di seberang ibu ini menerangi
bentuk badannya yang sintal tampaknya membuat ibu ini sedikit salah tingkah,
mungkin dia tidak terbiasa masuk TV.
Sambil membetulkan letak konde yang sudah kokoh dengan tangan kirinya, dia
melanjutkan: "Acara ini akan dipandu oleh Kanjeng Gusti Pangeran Teddy Priyadi
dari keraton Solo."
"Mari kita sambut kedatangan para pakar kita hari ini!" setengah teriak ibu ini
bersemangat.
Tepuk tangan membahana memenuhi ruangan menyambut kedatangan para panelis
yang berjalan beriringan naik ke atas podium dan segera duduk di kursi masingmasing.
"Baiklah. Berhubung seluruh panelis sudah hadir, maka marilah kita mulai acara
ini. Waktu dan kesempatan saya berikan kepada bapak KGP Teddy Priyadi." Ujar
perempuan berkebaya ini sambil melirik meja panelis dan disambut senyuman dan
anggukan kepala seorang laki-laki yang memakai busana adat Jawa lengkap dengan
topi blangkon.
Kembali tepuk tangan memenuhi ruangan seminar. Tampaknya mereka sudah tidak
sabar ingin memuaskan rasa penasaran dipikirannya masing-masing.
"Selamat pagi bapak-bapak, ibu-ibu! Salam Sejahtera untuk kita semua.
Perkenalkan, nama saya Teddy Priyadi dan para pakar yang duduk disamping saya
adalah ......." Laki laki muda berpakaian Jawa tersebut langsung melanjutkan
pembicaraan.
----------------------------
Seminar tersebut berlangsung seru dan diskusi ternyata sampai malam, melewati
waktu yang sudah ditentukan. Pak Setiawan bersama rekan-rekannya baru saja
meninggalkan ruangan seminar pada pukul delapan malam, walaupun masih ada
beberapa peserta yang masih melanjutkan diskusi.
"Maaf pak Setiawan. Apakah bapak percaya dengan pembahasan barusan?" Tanya
seorang pemuda berpakaian kemeja putih dengan dasi kepada seorang laki-laki
bersafari hitam-hitam berumur lima puluhan.
Sebelum bapak itu menjawab, pemuda itu mengeluarkan buku catatannya dan
bertanya kembali, "Apa yang dimaksud dengan ayat Jayabaya yang ini pak?
polahe wong Jawa kaya gabah diinteri
endi sing bener endi sing sejati
para tapa padha ora wani
padha wedi ngajarake piwulang adi
salah-salah anemani pati
tingkah laku orang Jawa seperti gabah ditampi
mana yang benar mana yang asli
para pertapa semua tak berani
takut menyampaikan ajaran benar
salah-salah dapat menemui ajal"
Kemudian juga dengan ayat yang ini, sangat mirip pak.
wong golek pangan pindha gabah den interi
sing kebat kliwat, sing kasep kepleset
sing gedhe rame, gawe sing cilik keceklik
sing anggak ketenggak, sing wedi padha mati
nanging sing ngawur padha makmur
sing ngati-ati padha sambat kepati-pati
tingkah laku orang mencari makan seperti gabah ditampi
yang cepat mendapatkan, yang lambat terpeleset
yang besar beramai-ramai membuat yang kecil terjepit
yang angkuh menengadah, yang takut malah mati
namun yang ngawur malah makmur
yang berhati-hati mengeluh setengah mati".
"Iya Abdul, itu adalah bait-bait syair Jayabaya yang meramalkan fenomena manusia
pada suatu jaman. Dan tampaknya hari ini, keadaannya tidak banyak beda toh?"
"Apakah benar nanti pulau Jawa akan terbelah menjadi dua dan tenggelam?"
Tanya Abdul ragu-ragu.
"Kita harus menyikapi fenomena-fenomena alam yang telah terjadi dan
menyadari bahwa kekuatan manusia tidak ada apa-apanya dibandingkan
dengan kekuatan alam semesta" jawab laki-laki setengah baya itu dengan
nada suara tenang berwibawa dan terdengar bijaksana.
Bapak ini yang bernama Setiawan kemudian melanjutkan, "Kita tidak tahu hal-hal
gaib takdir yang sudah digariskan. Bahkan kita tidak perlu tahu hal itu, karena itu
adalah wilayah kekuasaan Tuhan alam semesta. Kita sebagai manusia hanya perlu
berikhitiar semampu kita sesuai dengan kapasitas yang kita punya."
"Iya, pak Setiawan. Terima kasih atas nasehat bapak. Tapi kadang saya suka sedih
dan gemas kenapa Negara ini tidak bisa maju. Padahal kita sangat kaya akan segala
sumber alam yang tidak dimiliki Negara lain."
"Hmm.....semua itu perlu mengalami proses. Kita tidak dapat memaksakan sebuah
pohon harus berbuah bila belum sampai pada waktunya. Akibatnya nanti, buah itu
malah tidak baik." Kata pak Setiawan.
"Pak Setiawan, saya justru masih penasaran dengan pernyataan anggota DPR Pak
Charlie tadi di seminar. Katanya mungkin saja ramalan tentang hancurnya pulau
Jawa atau wong jowo tinggal separuh itu bisa terjadi mengingat banyaknya bencana
alam dan juga ancaman perang dari pihak asing." Tanya seorang laki-laki setengah
baya berpakaian stelan jas hitam, yang dari tadi berjalan bersama mereka.
Tampaknya dia juga merupakan rekan pak Setiawan yang bersama-sama mengikuti
seminar tadi.
"Iya mungkin saja semua itu. Ancaman kan bukan hanya datang dari pihak asing,
tapi bisa juga datang dari dalam negeri sendiri. Tapi ingat, jaman sekarang dalam
dunia kapitalisme sekarang ini, perang dilakukan bukan untuk mencari
kemenangan, tetapi agar perang bisa berkelanjutan, sehingga bisnis-bisnis
yang mendukung perang dapat terus tumbuh dan berkembang." Pak Setiawan
menerangkan.
"Wah...benar juga yah pak...."
"Maaf pak, itu mobil saya disana. Pamit pak. Selamat malam."
"Oke...silakan.!" Pak Setiawan ikut mengangukkan kepala kepada bawahannya
tersebut dan terus menengok kepada Abdul.
"Kamu tadi datang kesini naik kendaraan sendiri atau mau ikut saya antar pulang?"
pak Setiawan atasan Abdul menawarkan jasanya.
"Oh...tidak perlu pak. Terima kasih. Saya bawa kendaraan sendiri. Selamat jalan
pak. Selamat malam." Dengan sigap Abdul segera menjawab sambil
membungkukan badan sedikit dan berlalu menuju mobilnya.
"Ya...sudah, hati-hati. Selamat malam," pak Setiawan juga segera masuk ke
mobilnya setelah supirnya yang dari tadi berjalan beriringan membukakan pintu.


Bencana JawaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang