Bencana Jawa Series 3

110 3 0
                                    

BULAN MEI 2011
Di suatu lokasi pertambangan di selatan Australia, dikelilingi pegunungan tinggi
dengan pemandangan lepas yang tiada taranya. Lokasi ini menjadi seakan tempat
terpencil di bawah kaki rangkaian gunung dan bukit curam dan tampaknya tidak
mungkin bisa dijangkau manusia. Pada kenyataannya, untuk masuk ke lokasi
tambang ini harus mempergunakan lift menurun 60 lantai kebawah. Disinilah baru
tampak aktivitas ratusan manusia. Tangan dan wajah mereka penuh debu dengan
raut muka keras, sekeras batu-batu gunung yang mengelilinginya. Mereka setiap
hari harus berjuang memecahkan batu baik dengan ledakan dinamit, dengan
peralatan pertambangan standar, dan juga dibantu tehnologi komputer dan peralatan
muktahir. Tugas utama mereka sekarang sebagaimana diinstruksikan oleh
pimpinan proyeknya adalah membuat sumur tambang dengan terowongan menuju
perut bumi sedalam 23000 meter atau 23 kilometer di bawah permukaan tanah,
menembus lapisan-lapisan bumi dengan panjang terowongan yang tidak dapat
dipastikan. Lapangan awal galian dimana mulut lubang sumur tambang tersebut
terletak di kaki gunung yang bila diukur ke atas, dimana gedung utama kantor
perusahaan tersebut didirikan, ada sekitar 700 meter.
"Hooop...iya ayo dorong"
"Maju....maju...maju!"
"Hei Craig....pegang dan tahan yang kencang. Aku mau me-las untuk menyambung
pipa-pipa ini"
"Oke....aku tahan..! Ayo!....."
Di sisi lainnya, terlihat pula beberapa pekerja sedang menekan alat pengalinya.
"Di titik ini bukan? Tidak salah yah? Aku mau mulai bor sekarang."
"Iya betul...lakukan disana. ...hati-hati!"
Bagi para pekerja tambang, membuat terowongan merupakan pekerjaan dasar dan
rutin sebenarnya. Di setiap site atau lokasi penambangan, dibutuhkan sumur
terowongan untuk jalur mengeluarkan bahan galian. Di dalam terowongan biasanya
dibangun rel dan kabel2 katrol hidrolik untuk mengangkut pekerja maupun hasil
galian utama dan batu-batu untuk dibuang. Namun jarak dan kedalaman dalam
membangun terowongan kali ini merupakan rekor tersendiri dimana belum ada
satupun perusahaan yang berhasil melakukannya sampai saat ini. Satu-satunya
semangat dan kepercayaan para pekerja adalah pada peralatan-peralatan dan mesinmesin terbaru yang diklaim dapat melakukan pekerjaan membuat lubang bor,
menghancurkan batu, mengangkut dan memindahkannya dengan kecepatan tinggi.
"Hei kamu!...tolong batu-batu itu diangkut keluar. Singkirkan dari sini." Teriak
seorang supervisor kepada pekerja yang sedang mendorong sebuah kereta lorri.
"Siap bos!"
"Setelah itu, kau panggil supir traktor itu untuk mengangkut lagi beberapa pipa besi
kesini. Jangan sampai kita ketinggalan dari jadwal." Perintahnya lagi.
Pekerja tadi tidak menjawab, tetapi hanya tersenyum sambil mengacungkan ibu jari
tangan kanannya.
Dari sisi lainnya terdengar teriakan, " Catering sudah dating belum?" dan teriakan
ini disambut dengan suara tertawa dari kanan kiri.
Di bawah sumur galian, disepanjang terowongan yang sudah berhasil dilalui, juga
dipasang pipa-pipa yang mendistribusikan oksigen dan temperatur stabilizer yang
bekerja mirip AC agar para pekerja tidak perlu repot membawa tabung besar yang
akan menghambat pekerjaan, sekaligus suhu dalam lubang terasa nyaman.
Beberapa orang pekerja tambang yang sedang didalam terowongan, terlihat sedang
menekan sebuah alat bor ke dinding di depannya. Salah satu dari pekerja tersebut
tampak berwajah oriental. Tubuhnya yang tinggi 180 cm dibalut seragam terusan
warna orange dari badan hingga pergelangan kaki, bersepatu boat hitam, khas
insinyur penggali sumur tambang dan helm warna orange dengan sebuah senter
didepan helmnya. Dia bersama-sama dengan rekan-rekannya yang lain bahumembahu sedang berusaha membuat lubang satu meter demi satu meter dengan bor,
menanam pipa, mengangkut galian, dan kemudian memasukkan dalam gerobak
untuk diangkat keatas dengan mesin hidrolik yang dikemudikan dari atas lubang.
Dia adalah Honggo Kim, seorang warga negara Indonesia yang direkrut oleh
perusahaan tambang raksasa ini sebagai salah satu tenaga mekanik. Saat ini dia
sudah berada di lubang sumur dengan kedalaman 16900 meter dari permukaan
tanah, tempat awal dimana rekan-rekannya yang lain di atas sedang memonitor
pekerjaannya melalui komputer.
Honggo Kim adalah salah satu tenaga kerja Indonesia yang bekerja di perusahaan
multi nasional besar, BHP Inc, dan dia adalah satu-satunya pekerja yang siap
ditugaskan di tunnel (terowongan) ini sebagai drill technician, (tenaga ahli
pengeboran) di dekat Adelaide, Australia Selatan, salah satu site (lokasi) tambang
prestisius milik perusahaan dimana dia bekerja.
Selain pengetahuan mengenai geologi dan fisik yang kuat, ketahanan mental juga
merupakan syarat mutlak untuk dapat bekerja di lokasi tambang prestisius ini. Hal
ini dikarenakan, proyek ini merupakan proyek pertama yang mengunakan peralatan
tehnologi baru dan hasil pekerjaannya juga bila berhasil dan bila diumumkan
pastinya akan langsung dicatat sebagai record baru dalam Guiness Book of Record.
Beberapa pekerja tambang di dalam terowongan berteriak-teriak memberi semangat
kepada rekannya yang lain. "Ayo....ayo ..terus...sedikit lagi!" Tampak tiga orang
berdiri di depan Honggo Kim sedang mengatur posisi dan mempersiapkan alat
untuk melanjutkan kerjanya.
Tiga orang rekannya berada pada posisi di depan Honggo. Seorang pekerja
walaupun mengenakan helm, terlihat dari garis wajahnya ada keturunan Jerman. Di
depan kantong kiri seragamnya terbaca Kreigsman. Dia yang memegan alat bor,
sedangkan dua rekannya yang lain ikut membantu.
Tiba-tiba Kreigsman berteriak agak kencang namun seakan ditahan kembali,
"aha...ini dia yang dicari!" Josh dan Michael, kedua rekan dibelakangnya
berbarengan meminta Kreigsman diam dan tidak berisik.
Tiba-tiba terdengar bunyi yang sangat dahsyat!
BOOOMMM!!!!!,
DUAAARRR!! bunyi ledakan yang sangat keras di terowongan tempat Honggo dan
rekan-rekannya berada.
Beberapa tubuh manusia terlempar ke samping lebih dari 10 meter membentur
dinding terowongan berbarengan dengan sejumlah batu besar dan kecil, beserta
debu pekat berterbangan. Lokasi menjadi gelap gulita. Penerangan yang dipasang
disepanjang terowongan juga padam. Satu-satunya sinar hanya berasal dari senter
yang dipasang ditopi helm para pekerja. Sayangnya, akibat debu yang begitu pekat,
sinar itu hanya tembus satu meter dimuka, lebih dari itu buram.
Asap hitam kecoklatan abu-abu menerpa dan menutupi seluruh jalur terowongan
dan puing-puing batu disamping kanan-kiri berjatuhan. Ada yang menimpa dada
seorang pekerja, ada yang menimpa kaki pekerja lainnya. Ada yang menutupi
jalan.
Alarm dimulut lubang terowongan berbunyi keras, dan terlihat puluhan pekerja
tambang di atas bergegas membawa peralatan masing-masing.
"Apa yang terjadi?"
"Apa yang meledak? Kau dengar tadi?"
Pekerja diatas lubang sumur terowongan, sadar bahwa telah terjadi kecelakaan di
bawah. Tim pekerja yang mempunyai tanggung jawab sebagai penyelamat, sudah
tahu apa yang harus diperbuat. Mereka bertindak cepat dan sesuai dengan SOP
(standard operation prosedure) yang sudah dipelajarinya baik dalam teori maupun
praktek simulasi. Mereka akan berusaha melakukan penyelamatan dan
mengeluarkan teman-temannya dari dalam sumur terowongan galian.
Satu orang memonitor komputer yang dilengkapi dengan GPS (Global Positioning
System) dan UET (Under Earth Tracker). GPS adalah tehnologi yang mengunakan
satelit untuk melacak keberadaan suatu benda/mahluk dimanapun dimuka bumi ini.
Sedangkan UET adalah pengembangan GPS sekaligus sebagai pendamping
komplementari yang bisa melacak benda/mahluk di dalam dasar bumi.
Semua pekerja baik staff kantor maupun pekerja tambang perusahaan ini
diinjeksi chip RFID (Radio Frequency Identification) berukuran sangat sangat
kecil 0,0001 mm (hanya bisa dilihat melalui microskop) yang ditanam di
bawah kulit ari leher 5 cm di bawah telinga.
Sehingga keluar masuk lokasi kantor maupun lokasi tambang tidak dapat
dilakukan oleh orang luar secara sembarangan. Setiap pekerja dapat
dimonitor secara tepat waktu dimanapun dia berada dalam lokasi lingkungan
perusahaan, dan melalui mikro chip RFID ini data-data pekerja, mulai dari
absen, ijin, cuti, kas bon, keluarga, riwayat kesehatannya, dan semua data
pribadinya direkam dan disimpan di server induk komputer perusahaan.
"Sling katrol sudah siap? Saya akan segera turun." Teriak seorang pekerja dengan
cekatan mencantolkan kunci tali sling ke ikat pinggangnya.
"Siap! Tiga...Dua....Satu. Turun!." Dalam waktu hanya beberapa detik, pekerja tim
penyelamat tadi sudah tidak terlihat lagi.
Gerakan ini juga diikuti beberapa rekannya yang lain. Mereka dengan sigap turun
kebawa untuk misi membawa korban kecelakaan kembali ke atas hidup atau mati.
Diatas mulut lubang sumur, seorang staff memegang pulpen di tangan kanan dan
tangan kirinya menahan sebuah papan yang diatasnya diselipkan daftar absensi. Dia
sedang mendata pekerja-pekerja yang berhasil dikeluarkan dari terowongan dan
memberikan catatan di atas kertas laporannya. Walaupun semua pekerja dapat
dipantau lewat komputer, namun khusus untuk suatu bencana, pekerjaan mencatat
secara manual ini juga tetap dilakukan untuk cross check (cek silang) dan sekaligus
laporan alternatif mengantisipasi bilamana ada kerusakan pada system komputer.
"Hi Denver, ini siap tarik keatas, baringkan dulu di tandu. Awas...hati-hati!"
"Ayo...siap!....naikkan ke tandu. Angkat bareng-bareng yah. Satu, dua, tiga,
hups...!"
Satu demi satu pekerja dikeluarkan. Para korban selamat langsung dibawa pergi ke
rumah sakit dengan ambulance. Tim penyelamat perusahaan bertindak taktis dan
efisien dan tampak sudah sangat terlatih untuk menghadapi situasi darurat seperti
ini.
"Daniel...."
"Marc..."
"Nidhish Shiva"
Terdengar kata-kata petugas staff absensi yang sedang mencatat korban yang telah
berhasil diangkat keatas.
Setelah empat puluh lima menit telah berlalu, tiga orang pekerja berhasil diangkat
keluar dari mulut terowongan dan 2 orang diantaranya tampak tidak sadarkan diri.
Para korban dengan hati-hati dikeluarkan dari lubang sumur dan kemudian
dibaringkan di tandu. Mereka kemudian dibawa ke lift yang berada sekitar 100
meter dari mulut lubang sumur. Lift dengan kecepatan tinggi melesat keatas 200
meter dari dasar dan tiba di atas hanya dalam waktu 1,5 menit.
"Spencer..."
"Wacker...."
"Brent....."
"Sung Dong Ri"
"Thomas..."
Kembali satu-satu nama korban dicatat dan dicocokan dengan data yang ada
ditangannya.
Tiga puluh menit kemudian, lima orang pekerja yang lain juga telah dikeluarkan
dari terowongan dan segera di naikkan pada peralatan evakuasi dan langsung
dibawa ke lift untuk selanjutnya naik ke puncak gunung dimana posisi mobil
ambulan sudah menunggu.
"Ayo ganti team yang turun kebawah." "Team satu naik, team dua turun." Teriak
supervisor yang tampaknya sebagai komandan tim penyelamat.
"Ayo...cepat...cepat! Sebentar lagi hari gelap."
"angkat!....hupss!"
"Dokter-dokter....suster....tolong ini dibantu..!"
Enam puluh menit selanjutnya, satu demi satu nama nama pekerja terus diabsensi
dan ditandai di catatannya
"Anthony Shu"
"Steve Martin"
"Kent Westcott"
"Larry Todd"
Empat pekerja telah berhasil dikeluarkan dengan selamat.
Sesuai dengan hasil pemeriksaan team dokter perusahaan yang ada di lokasi, tidak
ada korban jiwa sampai saat ini walaupun ada beberapa yang luka berat.
30 menit kemudian
"Alan B""Aswatthama", "Prajeet Singh", "Tim Crawford""Andrew Yow", Miguel, Jimmy Lim, Steven Loo, Park Chung Hee."Sembilan pekerja lainnya telah berhasil dikeluarkan dengan selamat, namun kali inidiketemukan dua orang pekerja telah menjadi mayat. Seragam mereka robek danmuka mereka penuh darah. Mereka dimasukkan dalam sebuah kantong plasticseukuran manusia yang memang biasa diperuntukkan untuk mengangkut jenasah.Tim penyelamat sudah kelelahan. Baik tim satu maupun tim dua yang masingmasing terdiri dari lima orang, setelah naik turun bolak balik, mulai kehabisan- 19 -tenaga. Walaupun demikian, mereka tetap memompa semangatnya dengan teriakteriak satu sama lainnya.Staff absensi tetap disiplin mencatat satu demi satu korban yang berhasil dievakuasi baik dalam keadaan hidup maupun meninggal. Hanya dari data dialah,tim penyelamat tahu apakah tugas ini sudah selesai dan bisa dihentikan, karena diatahu masih berapa orang rekan pekerja yang belum dibawa naik."Ahmed Mahmood""Michael...""Josh...""Derrick""Kriegsman...""Robert..."Inilah nama-nama korban yang berhasil diangkat naik pada enam puluh menitterakhir. Enam pekerja lagi berhasil dikeluarkan, dimana empat orang diantaranyasudah meninggal. Tampaknya semakin dalam, kemungkinan pekerja meninggallebih besar, karena mereka lebih dekat dengan sumber ledakan.Sudah 3 jam 45 menit, para pekerja bahu membahu saling membantu mengevakuasirekan-rekannya yang tadi terkena ledakan karena sedang bekerja di dalam sumurterowongan tambang. Suasana di lingkungan lokasi tambang sudah gelap, dansekarang mereka bekerja hanya diterangi oleh lampu genset."Ok. One more left behind. Honggo Kim. Hurry up!" "Hanya satu lagi yangtertinggal. Ayo cepat!" teriak staff absensi tersebut."Anybody find him?" teriak beberapa pekerja di mulut terowongan menanyakanrekannya di dalam.Beberapa pekerja yang memegang handy talkie, sedang berusaha memberikansemangat kepada rekannya yang berada di dalam terowongan untuk menemukansatu lagi staff pekerja yang belum dapat ditemukan.- 20 -Menurut perhitungan, dengan luas terowongan yang ada dan ledakan yangmenutupnya, maka kadar oksigen didalamnya akan terkontaminasi oleh gashidrogen, methane, dan dioxin dalam waktu 3,5 jam. Gas ini akan menjadi racunbila dihirup manusia dan dapat menyebabkan kematian. Sebagian besar pekerja lukadan cedera akibat benturan dengan batu, termasuk juga beberapa pekerja yangmeninggal.Ketegangan menyelimuti wajah-wajah para pekerja yang berusaha menemukan danmenyelamatkan temannya. Hanya tertinggal satu orang! Walaupun kemungkinanhidup kecil, dan tetap mereka harus menemukan rekannya hidup atau mati.Mereka berkomunikasi kepada rekan dibawah, dan sebentar sebentar berlari menujukomputer yang bisa menganalisa dan menemukan lokasi pekerja yang tertinggal. Iniberkat chip RFID.Enam jam telah berlalu sejak terjadi ledakan. Sampai saat ini, Honggo Kim belumjuga berhasil ditemukan. Para pekerja tim penyelamat sudah keletihan dan pasrah.Mereka hanya berusaha sekuat tenaga dan menyadari, sekarang mereka hanya inginmenemukan jasad rekan kerjanya. Chip RFID yang ditanam di leher Honggo, tidakmemberikan signal kepada komputer di atas.Di lingkungan kerja, Honggo dikenal sebagai sosok yang bersahabat, sukamembantu teman, humoris dan bisa menghibur rekan-rekan yang sedang penatsehabis bekerja. Beberapa rekan kerjanya juga pernah diajak memanjat tebing disaatliburan dan kegiatan petualangan alam lainnya yang merupakan hobby Honggo.Honggo Kim adalah salah satu sosok unik yang menjadi aset negara Indonesia.Walaupun dia lulusan lokal dari teknik geologi Trisakti, namun dia mampu bersaingdan mendapat pekerjaan di luar negeri sebagai staf menengah. Tidak ada yangmenduga dia bisa seperti sekarang ini, baik teman-temannya maupun juga saudaradan orang tuanya. Bahkan dia sendiri juga tidak pernah merencanakannya.Tujuh jam berlalu, namun belum juga ada tanda-tanda akan ditemukannya mayatHonggo. Analisa komputer yang melacak RFID Honggo tidak menemukan signaldan tidak mengetahui dengan pasti koordinatnya lokasi dia berada. Satu-satunya- 21 -petunjuk adalah rekaman terakhir video UET, beberapa menit sebelum ledakan.Dari sini bisa diketahui posisi terakhir Honggo pada saat ledakan. Kendalanyaadalah jalur menuju titik tersebut tidak ada dan tertutup oleh reruntuhan batuan.Untuk mempergunakan peralatan bor besar jelas tidak memungkinkan karenatenaga listrik yang tidak cukup. Sehingga satu-satunya cara untuk membuka jalanmenuju titik lokasi dimana Honggo berada, dilakukan dengan cara manualtradisional. Lima orang team penyelamat masih terus bekerja keras sambilmengenakan topeng oksigen. Begitu team penyelamat mendekati titik yangdiperintahkan, bersamaan waktunya terdengar bunyi yang cukup mengejutkan.Kreeekkk....!, gedubraakkk! Bushhhh! Sebongkah batu ukuran satu meter bergeserke samping. Sebuah tangan berusaha keluar dari dalam tumpukan bebatuan.Tampak siluet tubuh manusia setinggi 180 centimeter dengan helm warna orange.Iya, dialah Honggo Kim. Ajaib! Bagaimana mungkin dia masih hidup?"Aahhh!" dia melenguh pelan. Mukanya ditutupi debu, namun tampak sedikit kulitwajahnya biru kemerahan. Matanya juga merah. Beberapa detik kemudian, diajatuh terkulai lagi, tidak sadarkan diri."Destroy this rock!" teriak seorang pekerja sambil mengayunkan paculnyamenghujam batu di depannya. Rekan lainnya mengikuti. Gerakan mereka agakterhambat oleh tabung gas oksigen yang dibawa dipunggung mereka masingmasing."Angkat!", "Tarik!"Akhirnya, tidak lama kemudian batu besar yang menghalangi telah terbuka dandengan cekatan mereka menarik dan membawa tubuh Honggo dan kemudiandinaikkan diatas kereta trolley, dan bersama-sama meluncur keatas."Good Job!", sambut semua pekerja di luar lubang dan memberikan tepuk tanganmeriah kepada rekan-rekannya yang akhirnya berhasil mengeluarkan tubuh terakhirdari dalam lubang galian.


Bencana JawaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang