Satu

738 31 0
                                    

Dua gadis cantik sedang menikmati makan siang mereka. Duduk berhadapan dengan piring berisi makanan di hadapan masing-masing.

Salah satu gadis cantik duduk dekat jendela, dengan rambut panjang hitam legam yang setiap hari ia biarkan terurai indah dengan poni yang menutupi alisnya. Ia menatap keluar jendela yang menampilkan para pemain basket sekolah sambil tersenyum.

Bukan, bukan salah satu dari mereka yang sedang ia tatap. Namun, pemuda berkacamata asal China. Xiao Luhan.

Dia bukan salah satu pemuda populer di Seoul Highschool. Dia hanya pemuda yang dikenal dengan kepandaiannya. Pemuda manis, hanya di mata Kim Jiwon. Ya, hanya Jiwon yang menganggap Luhan pemuda yang istimewa untuknya.

"Jiwon-ah, berhenti memandangi seseorang dalam diam. Ungkapkan saja. Apa kau mau seperti ini sejak menengah pertama? Aku bosan melihatmu selalu memandanginya!" Park Shin Hye, sahabat Jiwon sejak menengah pertama itu menghela nafas panjang. Merutuki kelakuan sahabatnya yang selalu menatap Pria China itu dalam diam.

Jiwon hanya mengangguk dan tersenyum membalas perkataan Shinhye tadi.
.
.
.

"Luhan-ah, kemarilah!" seru pemuda tampan bermata panda mengajak Luhan untuk bergabung bermain basket.

"Aniyo Tao-ya, aku tidak tertarik bermain basket," jawabnya.

Huang Zi Tao, pemuda bermata panda, sekaligus sahabat Luhan dari kecil itu hanya tersenyum miris melihat sahabatnya yang berubah seratus delapan puluh derajat dari yang ia kenal dulu. Tapi, inilah yang dipilih oleh Luhan. Ia mendukung apa yang terbaik untuk Luhan.

Tao yang telah menyelesaikan permainan basketnya berlari kecil menuju Luhan. Luhan yang sudah mengerti melemparkan botol minuman di sebelahnya pada Tao.

"Woaa!" serunya saat menerima lemparan botol daro Luhan.

"Luhan-ah, di sana! Dia sedang memperhatikanmu," Tao sengaja menggoda Luhan menunjuk ke Jiwon yang sedang memperhatikan mereka.

"Apa yang kau bicarakan Tao-ya, tidak mungkin dia melihatku!" jawabnya dengan tersenyum miris.

"Kau ini apa-apaan Lu, kau belum berusaha mendekatinya sudah berpikiran seperti itu,"

"Sudahlah lupakan Tao. Aku malas membahas ini, ayo pergi!" ajaknya Luhan. Belum sempat menjawab lengan Tao sudah ditarik oleh Luhan.
.
.

Dua pemuda tampan berjalan beriringan. Tatapan para siswi yang sedang bergosip ria, membicarakan para idola mereka beralih pada mereka berdua. Ya, Luhan dan Tao. Sejak masih kanak-kanak mereka selalu berdua.

Saat mereka sudah di depan kelas. Luhan melupakan sesuatu.

"Tao-ya masuklah dulu. Aku melupakan sesuatu!" serunya sambil berjalan menjauhi Tao.

"Eoh, ada apa dengan bocah rajin itu? Tidak biasanya dia melupakan sesuatu," Tao hanya mengendikan bahu lalu berjalan masuk kelas mengambil baju yang ia letakkan di loker dan menggantinya.

Luhan berjalan melewati koridor yang sedikit sepi. Memang, karena bel masuk sudah berbunyi lima menit yang lalu. Ia berjalan sesekali membenahkan letak kacamatanya yang turun.

Drrttt Drrttt

Tiba-tiba benda kotak milik Luhan bergetar. Ia memberhentikan langkah kakinya, lalu merogoh ponsel dalam sakunya.

"Baba?" Luhan menyirit bingung. Baba-nya menelpon? Tidak biasanya Baba Luhan menelpon dirinya sedang sekolah. Dengan sesegera Luhan menggeser layar ponselnya.

"Ne, Baba. Waegeure?" (Ya ayah, ada apa?)

"........"

"Ne Baba. Luhan akan mengajak Tao,"

Promise (EXO fanfiction)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang