Delapan

151 17 0
                                    

Five year laters

Gadis itu berjalan memasuki gerbang Seoul National University. Rambutnya yang terurai dengan poni andalannya di cat coklat. Ia sesekali membenahkan hoodie yang ia pakai.

Gadis itu-Kim Jiwon, ia kembali ingin menangis jika mengingat teror yang ia dapat hari ini.

Hubungan dirinya dengan Luhan juga masih terbilang baik-baik saja. Ia dan Luhan berbeda universitas. Luhan memilih berkuliah di Sungkyunkwan University sedangkan Jiwon di sini.

Setahun lalu Jiwon terus mendapat teror dari seseorang yang tak dikenalnya hingga sekarang. Awalnya ia mengabaikan teror itu. Ia kira orang itu hanya bermain-main dengan perkataannya. Namun ternyata, orang itu tidak bermain-main dengan Jiwon.

Pernah dulu saat Jiwon mengabaikan teror-teror tersebut, ia juga hampir celaka berkali-kali.

Luhan belum tau dengan masalah teror ini. Ia tidak mau ambil resiko kalau Luhan-nya akan celaka.

Jiwon sebenarnya ada janji dengan Luhan hari ini. Tapi entah bagaimana peneror itu mengetahui janjinya dengan Luhan.

Jiwon hendak memasuki gedung besar di hadapannya. Tapi tangannya ditarik seseorang hingga membuatnya berbalik. Seseorang itu memeluk dirinya.

Bau maskulin, ia hafal betul siapa yang memeluk dirinya ini. Luhan, Xiao Luhan.

"Lepaskan Lu, di sini banyak orang!" pintah Jiwon.

"Biarkan sebentar saja, aku merindukanmu," Luhan semakin mempererat pelukannya.

Bohong jika Jiwon tidak merindukan Luhan. Akhir-akhir ini mereka jarang sekali keluar bersama. Tapi bagaimana, orang itu masih terus meneror Jiwon.

"Aku sedang banyak tugas Lu. Aku harus segera masuk,"

"Cih apa-apaan mereka berpelukan di tempat umum! Mereka pikir mereka pemeran utama drama!"

Hujatan orang sekitar membuat Jiwon risih.

"Kumohon lepaskan Lu. Mereka menghujat kita," Jiwon mendorong pelan dada bidang Luhan.

"Kau ini, bukankah kita ada janji?" tanya Luhan mengingatkan.

"Maaf Lu. Aku sedang banyak tugas. Kapan-kapan saja kita keluar ne?" rayunya.

Jiwon langsung meninggalkan Luhan tanpa menunggu Luhan selesai menjawab.

Luhan yang melihat Jiwon bertingkah aneh segera menarik tangan Jiwon. Kembali memeluknya.

Jiwon yang dipeluk paksa mendorong Luhan kasar.

"PERGILAH LU!" bentak Jiwon.

"Kau ini kenapa?" Luhan benar-benar bingung dengan sikap kekasihnya ini. Akhir-akhir ini Jiwon berubah.

"Pergilah Lu. Kumohon pergilah!" Air mata Jiwon hampir tumpah. Ia berbalik meninggalkan Luhan tanpa peduli Luhan yang meneriakkan namanya.

"Jiwon-ah!"

"Yak Kim Jiwon!"

Teriakan-teriakan Luhan membuat para mahasiswa memperhatikan Luhan iba.

Luhan tidak mengerti, ada apa dengan kekasihnya itu. Tidak biasanya Jiwon membentaknya. Gadis itu tak pernah berbuat kasar padanya.

Luhan berjalan berbalik. Langkah demi langkah, mereka berdua menjauh. Menciptakan jarak antara Luhan dan Jiwon.

Saat Luhan berjalan. Ia berpapasan dengan seorang gadis. Wajahnya begitu familiar di mata Luhan.

"Aku seperti pernah melihatnya? Tapi di mana ya?" tanyanya pada diri sendiri. Luhan berhenti berjalan. Ia berbalik melihat gadis itu juga berhenti berjalan.

Gadis itu berbalik. "Luhan oppa?" tanya gadis itu sedikit memekik.

Luhan memaku. Dunia terasa berhenti berputar. Bayangan-bayangan masa lalu yang kelam terus berputar-putar di kepala Luhan. Benarkah gadis itu dia? Lee Bo Na-ku dulu? Pertanyaan-pertanyaan terus muncul di kepala Luhan.

Luhan berjalan mendekati gadis itu. Di lihatnya gadis itu pun berlari ke arah Luhan. Tiba-tiba gadis itu memeluk Luhan erat.

"Bogoshipeo oppa. Neomu bogoshipeo oppa. Apa kau merindukanku?"

"Neo nuguya?" tanya Luhan bingung.

"Kau lupa denganku? Ah ya Ampun. Kau jahat sekali Lu. Kau melupakanku," rengek gadis itu.

"Aku Bo Na. Lee Bo Na-mu," jelasnya lagi.

Luhan terperangah. Apa yang baru saja dikatakan gadis di hadapannya? Bo Na-nya? Akh, tidak mungkin.

"Kau ini siapa? Jangan mengaku-ngaku sebagai Lee Bo Na. Kau sama sekali tidak mirip dengan Bo Na!" seru Luhan.

"Aku Bo Na oppa. Lee Bo Na!" jawabnya tak kalah ketus.

Ya Tuhan. Benar sekali, gadis di hadapan Luhan adalah Bo Na-nya. Lee Bo Na.

"B-bagaimana kau-"

"Dia menyakitiku oppa, aku menyesal. Maafkan aku oppa, apa kau mau kembali padaku, ayo kembali seperti dulu oppa! Kau masih mencintaiku kan?" Bo Na mengejar Luhan dengan deretan kata-katanya.

"Hajiman! Jangan di sini. Aku akan menemuimu nanti di cafe biasa jam tujuh!" pintah Luhan. Ia segera meninggalkan Bo Na.

"Arraseo, saranghaeyo Xiao Luhan!" Bo Na sedikit berteriak. Ia tersenyum miring.
.
.
.

"Ada apa denganmu Lu?" Tao yang masih fokus dengan stik playstation-nya bertanya sinis pada Luhan.

"Dia kembali Tao!" lirih Luhan. Ia mengusap rambutnya gusar. Raut mukanya begitu keruh setelah bertemu gadis tadi.

"Mwo?!" Tao yang langsung peka dengan maksut Luhan memekik.

"T-tapi Lu? Bagaimana-"

"Hajiman Tao-ya, aku merindukannya. Aku tidak bisa membohongi diri sendiri," Luhan terlihat frustasi.

Kalau sudah seperti ini Tao bingung harus bagaimana. Sisi lemah Luhan terbongkar sudah. Luhan tak pernah berbohong. Apalagi tentang perasaannya.

"Aku akan menemuinya nanti di Mouserabbits malam ini,"

"Tapi bagaimana dengan Jiwon, Lu? Kau akan putuskan dia?" kali ini Tao meletakkan stik PS-nya.

"Aku tak tahu," Luhan semakin gusar.

"Aku harus bagaimana Tao, tolong bantulah aku," mata Luhan berkaca-kaca.

Luhan tak pernah selemah ini. Ia orang yang kuat. Namun jika tentang Bo Na, Luhan pasti akan menjadi seorang yang sangat lemah.

"Kalau begitu-"

Brakkkk

.
.
.

Saya akan membuat konflik baru setelah konflik sebelumnya selesai. Mohon tetap vote yaa

Promise (EXO fanfiction)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang