Spesial Tao

175 19 0
                                    

Tao POV

Aku berjalan cepat memasuki bangunan serba putih Haesang. Aku memutuskan tidak pergi ke sekolah hari ini. Setelah Appa Minhyung menelponku tadi pagi. Aku langsung terburu mendatangi Rumah Sakit Haesang.

"Aku mencintaimu Tao"

"Berjanjilah padaku kau akan tetap bahagia walaupun aku tidak ada di sisimu Tao"

"Kau harus bersikap baik pada gadis lain Tao!"

"Jangan pernah menangisiku! Aku akan membencimu kalau kau berani menangis karena aku nanti"

Potongan demi potongan kenangan Minhyung memenuhi pikiranku. Aku tidak habis pikir Minhyung secepat ini meninggalkanku. Ia juga tidak pernah mengatakan apapun kalau ia sakit.

Tuhan, kumohon lambatkan waktu. Aku ingin melihat orang tercintaku untuk terakhir kalinya. Meski berat untuk melepas Minhyung selamanya.

Ya. Appa Minhyung tadi pagi menghubungiku, kalau Minhyung pergi selamanya meninggalkanku. Sebelumnya aku tidak percaya, aku berharap semua hanya candaan dari Appa Minhyung yang sudah kukenal dekat.

Aku berjalan melambat, isak tangis appa dan eomma Minhyung serta Park Shin Hye, yang kukenal sebagai kembaran dari kekasihku.

Aku memasuki ruangan serba putih. Terlihat Minhyung-ku sedang berbaring menutup matanya. Wajahnya terlihat begitu tenang.

"Tao-ya?" Eomma Minhyung langsung memelukku erat dan terisak di pelukanku.

"Eomma minta maaf. Eomma bahkan tidak tau Minhyung sakit. Maafkan eomma," Eomma Minhyung terisak semakin keras.

Aku hanya mengelus punggung beliau dengan lembut. Air mataku tidak berhenti menetes sedari tadi. Aku menangis dalam diam.

'Minhyung-ah, maaf, maaf aku menangis. Maaf aku menangis karenamu. Maaf aku tidak bisa menjadi kekasih yang selalu kau impikan selama ini'

"Abeoji dan eommanim akan mengurus pemakaman Minhyung dulu Tao-ya. Tolong kau jaga Shinhye dan Minhyung," appa Minhyung menepuk pundak Tao. Tao hanya mengangguk. Lalu menarik istrinya untuk meninggalkan mereka bertiga.

Aku mendekati ranjang yang ditiduri Minhyung-ku. Aku mencium puncak kepalanya.

"Hyung-ah, bangunlah. Tao-mu yang selalu kau ceritakan sedang di sini, ia mencium keningmu Hyung-ah. Bukankah kau sangat bahagia kalau ia menciummu di kening?" kulihat Shinhye bermonolog dan menangis kehilangan. Ia memperhatikanku tanpa berhenti menangis.

Aku tau ia sangat terpukul. Sama sepertiku, aku juga sangat terpukul.

"Minhyung-ah, kenapa tubuhmu dingin sekali?"

"Ayo bukalah matamu sayang?"

"Jangan tidur di pagi hari!"

"Lihatlah, aku di sini. Atau kau mau aku mencium keningmu terus? Bukankah kau senang?"

"Bangunlah sayang,"

Aku berbicara di depan Minhyung yang tertidur selamanya.

"Aku tidak tau kalau dia sakit Tao-ya," Shinhye mbuka percakapan denganku. Aku menatapnya sedih.

Aku suka menatap Shin Hye, karena wajahnya benar-benar mirip dengan Minhyung-ku.

Aku berjalan menuju sofa kamar Minhyung. Aku memutuskan merelakan Minhyung dan berhenti menyakitinya.

.
.
.

Setelah proses pemakaman Minhyung selesai, aku memutuskan untuk tetap berada makam Minhyung. Aku masih ingin melihatnya. Aku akan sangat merindukan dirinya.

Promise (EXO fanfiction)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang