[6]

497 57 17
                                    

Ini bakal jadi chap yang lumayan panjang, soalnya mulai masuk bagian yang serius dan karena aku tipe yang suka nulis konflik batin makanya minghao bakalan banyak banget konflik batin galaunya. Padahal niat awal ini short story paling banter 5 chapter tapi ternyata~ㅋㅋㅋㅋ

Update malem biar ambyar nya dapet ㅎㅎㅎ

Happy reading ❤❤

------

Sudah pukul sembilan malam. Itu artinya sudah lebih dari empat jam mereka berada di ruang keluarga, berkutat dengan diktat dan buku tebal di atas meja yang bercampur dengan gumpalan kertas sobekan dan gelas kertas kopi yang kosong.

"Aaaah, aku menyerah!! Aku tidak tahan lagi----," junhui membanting pensil yang ia genggam ke sembarang arah lalu melepas kacamata dan mengucek matanya.

Minghao yang ada di hadapannya juga merenggangkan tubuhnya dan memijat pelipis walau ia tidak pening.

"Soal fisika sialan-- aku bersumpah kuliah nanti aku tidak akan memilih jurusan yang ada pelajaran fisikanya." Junhui meraih gelas kertas dan menyadari kalau gelas itu kosong. "Ah, kopiku habis. Aku akan membuatnya lagi, kau mau latte lagi?."

Minghao menggeleng pelan, "kalau kau ada lemon tea atau green tea aku minta itu saja. Aku mual kalau kebanyakan minum kopi."

Junhui mengangguk lalu pergi meninggalkan minghao sendirian, yang kini menempelkan kepalanya di meja. Ia lelah sekali, sejak sore tadi berkutat dengan soal membuatnya pusing dan ingin muntah. Ia mulai memejamkan mata sejenak memutar ulang memorinya.

-------

Enam bulan yang lalu, saat mereka membeli kado pernikahan kakaknya, junhui --yang ingin meminta sesuatu darinya-- tiba-tiba menggenggam tangannya dan merogoh sesuatu dari saku celana. Membuat minghao gemetar, mungkinkah junhui akan meminta minghao jadi kekasihnya--?

Mereka memang baru dekat beberapa waktu ini, tapi melihat tipe junhui yang cenderung nekat bukankah hal ini mungkin saja terjadi--?. Pipi minghao panas dan ia berdebar menanti kata-kata junhui.

"Minghao, kita memang baru akrab. Tapi kuharap kau tidak marah padaku. Aku ingin kau---- ah tidak, ini tidak sopan.

Baiklah, nona xu minghao. Maukah kau---
























Menjadi guru tutorku?

Kau tahu kan aku bodoh di pelajaran eksak, aku bahkan baru mendengar nama 'retikulum endoplasma' saat ujian kemarin. Dan orangtuaku sudah terlanjur berharap lebih begitu tahu aku peringkat enam di ujian kemarin, padahal aku asal menjawab dan memilih jawaban d saat mengisinya...

lihat, aku sudah membuat jadwal belajar dan materi yang harus kupelajari. Kumohon ajari aku nona xu, aku hanya punya waktu satu tahun lagi sebelum ujian masuk kuliah," jelas jun panjang lebar sembari menunjukkan lembaran kertas berisi jadwal yang ia keluarkan dari saku.

Detik itu pula minghao melongo dan berkedip beberapa kali, "aku... jadi..."

"Jadi tutorku. Mau ya? Akan kubelikan apapun , janji. Atau kau ingin pergi kemana? Biar kutemani--- akan kulakukan apapun asal kau mau jadi tutorku, apapun."

Kalau saja minghao punya keberanian saat itu, pasti sudah lepas rambut jun dari kepalanya kena jambakan minghao. Gemas sekali dia mendengar perkataan jun, kenapa kata 'tutor' itu tidak diganti jadi 'pacar' kek? 'Kekasih' juga tidak apa-apa, intinya kan sama.

[FF] Those Bygone Years [JunHao Seventeen]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang