[7]

418 48 7
                                    

Bakal ada spesial chapter di akhir masa sekolah mereka ini, yang nyambung sama chapter ini ㅎㅎㅎ

Sebenernya nggak ada patokan khusus jumlah word ataupun paragraf sih kalau aku bikin chapter. Asal momennya bagus buat di cut aja, dibikin nyambung biar penasaran reader buat baca lanjutannya hahaha

Btw masa-masa sekolah itu asik emang, tapi sejujurnya masa paling membahagiakan dan paling berkesan itu masa kuliah. Serius. Masa pendewasaan dan perubahan sudut pandang itu kuliah.

Aku gak kangen sma sih, kangennya cuma jajanan kantin sama pelajaran musiknya aja lol


---------

Ujian negara dan ujian masuk kuliah sudah di depan mata. Dengan persaingan satu negara memperebutkan kuota bangku kuliah wajar saja jika hampir semua murid yang akan lulus berjuang mati-matian. Tak terkecuali bagi minghao.


Berkas beasiswanya sudah lolos tahap seleksi awal di salah satu universitas jepang, tapi tetap saja ia khawatir dan memilih untuk belajar ujian masuk kuliah disini. Seperti hari ini, minghao dan Jieqiong serta beberapa temannya memilih menghabiskan hari libur yang panas berkutat dengan kumpulan soal kimia di perpustakaan ketimbang berlibur atau sejenak istirahat.

"Jangan sering mengernyit begitu, keriputmu muncul nanti", sebuah suara mengagetkannya dan ia merasa dingin di dahinya. Minghao mendongak dan menemukan jun sedang menempelkan minuman kaleng dingin.

"Sesekali istirahat lah kalian. Kebanyakan belajar kadang membuatmu linglung", jun menaruh kantong berisi minuman kaleng dan roti isi di atas meja lalu melambai.

"Sampai jumpa, kami para lelaki harus rapat rutin di atas hehe".

Jieqiong yang sejak tadi kelaparan segera membuka bungkus roti, "aah, tumben sekali jun baik begini... pasti karena ada minghao disini", godanya saat memberikan satu bungkus roti, "bahkan dia tahu kau suka roti isi keju coklat."

Minghao tersenyum tipis dan meneguk minuman dari jun. Ia sudah terlalu sering diperlakukan seperti tadi sehingga tidak lagi merasa gugup ataupun berdebar kencang seperti saat dulu.

Mereka sudah sering belajar bersama di rumah jun ataupun perpustakaan kota, atau sekedar keluar bersama ke taman dan pusat berbelanjaan berdua. Dan sikap jun yang terkadang cuek namun bisa berubah 180° menjadi lembut dan manis sudah sering dijumpai minghao, sampai-sampai jantungnya tidak lagi berdegup kencang seperti dulu.

Yah, bukan berarti perasaannya pada jun memudar. Toh tidak ada yang terjadi di antara mereka hingga saat ini. Jun tidak pernah menyatakan perasaan, dan minghao juga tidak pernah meminta bukti ataupun menagih janji. Mereka hanya membiarkan semua ini berlalu begitu saja tanpa ada yang berubah.

"Serius kalian tidak ada hubungan apapun?", sally , teman sekelas minghao bertanya penasaran dan menutup bukunya. Tentu saja bergosip tentang gebetan dan cinta jauh lebih menarik ketimbang mengerjakan soal ujian masuk kuliah. Minghao menggeleng.

"Ey, jangan bertanya seperti itu sally, lihat mukanya muram sekarang padahal baru saja diberi minuman oleh gebetannya. Kurang bukti apa lagi sih," goda jieqiong asal , membuat minghao tertawa pelan.

"Aku serius, selama ini kami memang dekat tapi tidak ada apa-apa"

"Tidak ada atau belum ada?," balas sally menekankan kata 'belum'. "Kukira selama ini kau yang jual mahal, tapi semakin kesini kulihat malah junhui yang menarik ulurmu".

"Kau benar, kau lihat kan wajah nona-nomor-satu ini tadi? Dia jelas jelas ingin pangerannya disini menemani tapi junhui malah bilang 'kau bisa keriput'. Dasar lelaki tidak peka", jieqiong berujar santai. Minghao gemas ingin menjitak jieqiong yang kalau bicara sering asal.

"Geez, carilah lelaki lain. Mau maunya kau di friendzone seorang moon junhui. Kalau aku sih tidak akan kuladeni bocah itu."

"Aku berani bertaruh dia bahkan biasa saja saat tahu kalau beasiswa mu lolos berkas," sally memilin rambutnya.

"Aku tidak bilang apapun kecuali dulu saat akan mendaftar", minghao mengerdikkan bahu.

"Kenapa tidak?"

"Kenapa harus? Dia bukan pacarku kan", minghao membalik pertanyaan sally.

"Sudahlah, aku ingin fokus sekolah. Dan kalaupun akhirnya aku kuliah di jepang bukankah itu bagus? Kudengar pria jepang suka melakukan hal romantis," lanjutnya.

"Junhui orang yang sangat bodoh kalau sampai rela melepasmu begitu saja kuliah di luar negeri"

"Dan lebih tolol lagi kalau dia sampai tidak pernah menembak minghao hingga kelulusan nanti. Akan kutinju dia. Serius"

"Jangan begitu jieqiong, sudahlah. Aku tidak apa-apa, aku juga tidak berharap apa-apa kok," tawa minghao. Setidaknya harapanku untuk ditembak junhui sudah pupus sejak dia memintaku menjadi tutor, sambungnya dalam hati.

"Serius, orang seperti itu baru akan kena batunya kalau sudah merasa kehilangan. Saat minghao nanti jadi mahasiswi populer di jepang baru mati kutu dia sudah mengabaikannya sepanjang masa sekolah. Lihat saja."

.
.
.
.
.
.
.
.

Pada kenyataannya, junhui tidak pernah mengatakan cinta pada minghao. Sampai hari terakhir mereka bersekolah.

------

Sejujurnya alasan kenapa chapter ini dipublish hari sabtu karena...
jum'at nya aku khilaf nggambar 😂😂

Playlist minggu ini: Shinee - 투명 우산 (Don't let me go) sama Sandeul - 그렇게 있었줘 (Stay as you are). Yang satu tentang melepaskan orang yang disayangi, yang satu tentang permintaan agar sang pujaan hati tak pernah berubah.

Ya sesuai lah sama mood ceritanya ㅎㅎㅎ. Recommended sekali buat fall season, yang belum denger coba denger deh, cocok buat bergalau ria lol.

[FF] Those Bygone Years [JunHao Seventeen]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang