1O

1.6K 197 41
                                    


1O

Fakta bahwa Krystal jarang melamun udah dihafal di luar kepala sama Sehun. Terlahir sebagai kakak dari perempuan penuh kejutan itu, Sehun mungkin adalah satu-satunya orang yang paham siapa Krystal. Bahkan orang tua mereka masih sering kali nggak paham sama kakak beradik ini.

Tapi Sehun dan Krystal nggak gitu, mereka udah sama-sama sejak kecil dan mereka saling mengerti satu sama lain. Mereka terbiasa berbagi cerita dan blak-blakan ngomong sesuatu. Kalau suka ya suka, kalau nggak suka ya bilang nggak, kalau sedih pun juga mereka bisa aja nangis di depan saudara mereka sendiri. Eh, mereka berdua jarang nangis deh, kecuali kalau udah sedih banget.

Dan akhir-akhir ini, dia sadar Krystal sering melamun setelah ngeliatin hpnya sambil menghela nafas kecewa. Antara dia pengen menghubungi Kai duluan dan rasa takut dia mengganggu kesibukan Kai. Kayak pagi ini, Sehun dan Krystal lagi sarapan di depan tv.

Kaki Sehun di angkat kayak lagi duduk di warung kopi, sementara Krystal selonjoran di sofa seberang dia.

“Kenapa lagi?”

“Nggak.”

Sehun mendengus, “Alah, sama gua aja sok-sokan bilang gak.”

“Duh, gue lagi males debat nih jangan bikin emosi deh,” Krystal mengeluh dan berbalik memunggungi Sehun. Tapi nggak lama, dia bertanya, “Anak Arsi lagi pada sibuk ya Se?”

“Kenapa nanya sama gue?”

“Jawab aja kek, cewek lo kan banyak tuh yang disana.”

Sebuah bantal sofa yang setebal daging sapi qurban langsung mendarat di punggung Krystal. Tapi, surprisingly, cewek itu hanya meng”Aduh!” dan kemudian hening lagi. Nggak ada umpatan, nggak ada omongan kasar, nggak ada omelan satu kata pun untuk kakaknya itu.

“Gue gatau, Arsi kan emang selalu sibuk bukannya?” tebak Sehun, mengingat yang namanya anak Teknik nggak mungkin sepi dari tugas dan laporan dan segala gambar-gambar yang gak dia ngerti sama sekali.

“Iyasih..” suara Krystal mengambang.

“Dia lama balas chat lo?”

“Bukan lama lagi,” sahut Krystal.

“Terus?”

“Terus, terus, nabrak,” ujar Krystal dengan suara rada ngeselin.

Kalau aja Sehun nggak lagi senderan sama bantal sofa yang super empuk ini, mungkin dia udah melempar lagi ke arah Krystal. Tapi nggak, dia masih ingin senderan dan dia paham kalau suasana hati adeknya ini lagi nggak baik.

Diam-diam dia jadi nggak enak, karena.. well, secara nggak langsung dia ikut berpartisipasi sebagai penyebab gloomy-nya Krystal, kan?

Dan hampir setengah jam berlalu, Sehun udah kelar sarapan, mandi, bahkan nyari parfumnya yang keselip di tumpukan buku, Krystal nggak ada tanda-tanda bergerak dari posisinya. Dan Sehun mulai was-was, apa nih anak tidur? Bukannya tadi dia bilang ada kelas jam setengah sebelas? Ya kok sekarang malah tidur, ckck.

“Woy, jangan tidur.”

“Engga,” Krystal menggumam.

“Udah lah, jangan kayak anak abg deh chat gak dibales aja kayak gini uring-uringannya. Norak tau.”

“Iya.”

“Yaudah sana bangun, mandi.”

“Lo duluan aja.”

“Udahan, giliran lo.”

“Ntaran aja lah,” Krystal bergerak sedikit, matanya menatap kosong ke arah tv.

OctoberTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang