bc; j x j

6.2K 641 57
                                    


Jongin menghentikan mobilnya tepat di depan pintu pagar berwarna putih.

Tangannya menggapai pagar besi itu kemudian mendorongnya pelan.

"Halo tante." Sapa Jongin pada seorang wanita yang tengah menyiram tanaman di halaman depan rumah.

"Eh nak Jongin, mau ketemu Jennie ya? Ada tuh di dalem kamu masuk aja ya." Ucap Ibunya Jennie yang dibalas anggukan oleh Jongin kemudian kembali melanjutkan aktifitasnya menyirami bunga.

Jongin membuka pintu rumah yang telah sering ia kunjungi itu. "Jen, kamu dimana?" Ucapnya sambil memasuki ruang tamu.

"Kok sepi sih, tv nya nyala tapi ga ada yang nonton."

Jongin mengambil remote tv yang ada di meja kemudian mematikannya.

Saat akan melangkah kakinya tersandung sesuatu, "Astaga Jennie kamu ngapain tidur disini?"

Dilihatnya Jennie tidur di sebelah sisi kiri sofa, tangannya masih menggenggam kaleng biskuit.

"Kebiasaan deh kalo nonton suka ketiduran." Jongin berdecak sambil menggelengkan kepalanya.

Tangan kirinya bergerak menyentuh bahu Jennie dan tangan kanannya ia letakkan dibawah lutut gadis itu.

Dengan segenap kekuatannya ia menggendong Jennie sampai ke kamarnya di lantai dua.

"Permisi." Ucapnya saat memasuki kamar Jennie yang sebelumnya tidak pernah ia masuki itu.

Direbahkannya tubuh Jennie diatas ranjang, kemudian ia menarik selimut untuk menutupi tubuh Jennie.

"Hnghhh, kak Jongin."

Jongin terkikik pelan, "Bisa aja ngigonya nyebut nama aku." Ia mengambil bangku kecil di depan meja rias dan membawanya ke samping tempat tidur Jennie.

Di singkirkannya anak rambut yang menutupi wajah Jennie dengan jemarinya.

"Tidur gini aja tetep cantik ya Jen kamunya." Ucap Jongin masih sambil memandangi wajah tidur Jennie.

Tatapannya jatuh pada bibir tipis gadis itu, Jongin meneguk salivanya dan cepat-cepat menggeleng.

"Gaboleh nyuri ciuman pas orangnya lagi tidur Jong." Ucapnya pada diri sendiri.

Namun tubuhnya tidak mau mengikuti otaknya, tangan Jongin terangkat menggapai bibir lembut Jennie dan mengusapnya pelan.

Sadar akan apa yang tengah ia lakukan, Jongin buru-buru menarik tangannya dan memukulnya pelan.

"Cukup otak gue aja yang kotor perbuatan gue jangan. Nanti Jennie marah Jong, inget." Ucapnya kembali untuk dirinya sendiri.

Karena lama berdiam memandangi Jennie, tanpa sadar Jongin ikut tertidur.

Jennie terbangun setelah beberapa lama tertidur, tangannya bergerak akan mengusap matanya namun tertahan karena melihat Jongin yang tertidur dengan posisi yang tidak bisa terbilang nyaman.

"Kok kak Jongin bisa ada disini? Gue juga kok bisa ada disini? Perasaan tadi gue nonton tv deh, apa kak Jongin yang gendong gue sampe sini ya?" Jennie bergumam pelan.

Dengan gerakan pelan ia turun dari tempat tidurnya agar tak membangunkan Jongin.

Selimutnya ia sampirkan di bahu Jongin agar pria itu tak kedinginan kemudian ia masuk ke kamar mandi untuk membasuh wajahnya.

Jongin mengusap matanya dan menguap lebar, "Kok gelap?" Dia meraba ponsel yang ada disakunya.

"Anjir jam delapan, niat amat gue ketidurannya." Dia melihat sekeliling dan tak menemukan siapa pun di kamar.

Ia memutuskan turun dan mendapati Jennie tengah menonton drama yang sedang disiarkan di tv.

Tangan Jongin memeluk manja leher Jennie yang baru menyadari keberadaannya.

"Kakak udah bangun?" Tanya Jennie yang tak mengalihkan pandangannya sedikit pun.

Meskipun terlihat seperti tidak peduli dengan keberadaan Jongin yang memeluknya saat ini, namun sebenarnya semuanya sangat berkebalikan dengan apa yang dirasakannya saat ini.

Terlebih lagi hembusan nafas Jongin yang menerpa lehernya saat ini membuatnya geli. "Kak lepasin."

Jongin mempout bibirnya dan duduk disamping Jennie, kepalanya perlahan turun dan menggunakan paha gadis itu sebagai bantalnya.

"Kok ga bangunin aku tadi?"

"Ga tega, kakak tidurnya nyenyak banget soalnya."

"Tapi kan aku jadi batal mau ngajak kamu pergi."

"Emangnya mau kemana kak?"

Jongin tidak menjawab dan malah pergi keluar, balik-balik dia kayak nyembunyiin sesuatu dibalik punggungnya.

"Emm Jen, tadinya aku mau ngajak kamu ke pantai mau nembak kamu disana tapi aku malah ketiduran hehe."

"Aku tau kok aku ini jauh banget dari kata romantis, tapi biarpun gitu hati aku bener-bener serius."

Jongin menghembuskan nafasnya pelan, menyatakan perasaan nyatanya jauh lebih sulit dari yang ia duga.

"Jen aku sayang kamu, kamu mau ga jadi pacar aku?" Ucapnya sambil mengeluarkan setangkai bunga mawar yang ia petik tadi.

Jennie berdiri dari tempatnya, menutup mulutnya tak percaya. "Kakak serius?"

"Masih nanya?"

"Hehe iya aku mau kok kak." Diambilnya bunga mawar dari tangan Jongin, namun jarinya terkena duri dari batang mawar.

Jongin merebut jari Jennie yang berdarah dan langsung menghisapnya, kemudian meniup-niupnya.

"Masih sakit ga?" Jennie menggeleng.

"Lain kali hati-hati makanya, aku kan jadi khawatir kalo kamu luka gini." Jennie tertawa geli mendengar nada bicara Jongin.

"Aku gapapa kok kak santai aja."

"Cih kamu tuh ya selalu bilang gapapa, dikiranya aku ga peka apa."

"Emang beneran gapapa kok." Jennie mencubit gemas hidung pesek Jongin.

Tapi fokusnya teralih ketika matanya menangkap mawar yang tadi membuat jarinya terluka.

Warna dan corak mawarnya terasa familiar di ingatannya, dan betapa kagetnya dia saat berhasil mengingat mawar itu.

"Kak Jongin itu kan mawar kesayangan mama kenapa kakak petik?!!"

"Mampus." Tamat sudah riwayat Kim Jongin jika mamanya Jennie sampai tau.





fin
















sehun | ekskul✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang