D-Day

76 4 0
                                    

"Valy-ku apa kamu sudah kemasi semua barangmu?" Kudengar suara Ayah dari luar. "YAA! Aku segera keluar ayah!" Teriakku. "Demi tuhan bisakah kau tidak berteriak seperti itu saat sedang berbicara dengan orang tua!? Aku pusing mendengar suaramu dan cepatlah keluar valerie!"

Ya, perempuan yang sedang sok menceramahi-ku itu adalah kakak perempuanku, Vanessa Dutch. Dia memiliki tubuh tinggi ramping, berkulit putih, dan rambut hitamnya yang ikal sepundak, dan hidungnya yang mancung, dia terlihat sempurna seperti Mama. Kecuali mata kucingnya itu yang dia dapatkan dari Ayah haha. Dia lebih girly dibandingkan aku yang tomboy. Dia suka memakai baju terusan seperti jumpsuit dengan warna biru pastel dan sepatu sandal simple-nya.

"Yayaya apa katamu ma" kataku sambil menyipitkan mataku. Oh ya, aku Valerie Dutch. Hanya Ayahku yang memanggilku Valy setelah Mama pergi kesurga. Ya biasanya Mamaku yang selalu memanggilku Valy. Aku sendiri hampir sama tingginya dengan Vanessa, hanya beda beberapa inci. Aku juga kurus, rambutku panjang ya kira-kira hampir menyentuh bokongku. Beda dengan kakakku, aku memiliki rambut berwarna coklat keemasan seperti Mama dan juga matanya yang bulat, hidung mancung, tentu kudapatkan dari Ayah.

Hari ini keluargaku akan pindah ke daerah yang jauh dari kota. Tidak lama seminggu setelah aku lulus SMP dan sedihnya kakakku yang naik ke kelas 2 SMA harus berpisah dengan teman-temannya. Saat aku masuk ke mobil jeep merah Ayah kupandangi rumahku dari dalam mobil untuk terakhir kalinya. Vanessa sudah duduk dengan tenang didepan dan kulihat dia sedang berkirim pesan dengan seseorang. Mungkin temannya, atau pacarnya? Haha kejahilan didalam diriku pun keluar,

"Oooh lihat siapa yang akan merindukan sang kekasih" ejekku.

Lalu dia pun hanya menoleh kaget melihatku sambil menyipitkan matanya, "hei hei jangan lakukan itu.. kau tidak terlihat galak sedikitpun kak, tapi matamu semakin menghilang jadi.." saat aku akan melanjutkan dia pun mulai memotong pembicaraanku

"Ahh sikecil ini selalu saja berlagak berani dan lagi ini hanya temanku dan jangan mengintip handphone orang!"

Tak lama Ayah masuk ke mobil "hei apa ini? Tak bisakah kalian akur sehari saja sewajarnya saudara perempuan?", "maaf ayah" kataku dan Vanessa.

Ayahku bernama Buck Norman D. Dia memang sosok yang bisa dibilang cukup tua tapi masih terlihat sangat bugar dan muda. Tingginya sekitar 182cm dan rambutnya hitam tapi mulai beruban banyak. Hidungnya yang mancung dan mata kucingnya, dan dia berkulit coklat manis. Oh dan satu lagi, Ayahku tampan sekali walaupun sudah tua haha.

"Valy, tidak ada barang yang tertinggal dikamarmu?", "no sir" kataku.

Ayahku dulu seorang pemimpin tentara, ya bisa dibilang dia chief nya. Dan sudah dari kecil aku dan Vanessa di-didik seperti tentara jadi dibalik dandanan ini kita sangat pandai berkelahi dan sangat tidak lembut, terutama aku.

"Baiklah soldiers, kita akan menempuh jarak jauh dan ingat tidak ada yang bermain...?",

"handphone saat sedang dimobil bersama ayah, ok yah kita masih ingat itu"

"oh yang benar saja yah" kata Vanessa cemberut.





***Please vote if you enjoy it and leave a comment for your advice :)***

A Love StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang