New House, New Start.

55 3 2
                                    

*****

Setelah berjam-jam memerhatikan jalan akupun tertidur dan tiba-tiba, aku mendengar suara Mama. "Valy sayang.." "Valy-ku apapun yang terjadi kamu harus selalu tersenyum kepada siapa pun, walaupun mereka jahat kepadamu, tersenyumlah untuk mereka Val"

"Valerie...." "Hei tukang tidur! Dasar kau ini pemalas, cepat bangun dan bantu aku membawa koper dan barang-barang ini kedalam. Mau sampai kapan kau menjadi putri tidur?" Bentak kakakku.

"Ah kak tak perlu membentakku begitu kau tahu?! Aku tahu apa yang harus kulakukan ck." Desahku kesal.

Saat aku mengambil koper dan beberapa barangku, saat aku berdiri didepan rumah baruku, kehidupan baruku, aku merasa tak sanggup untuk memulai semuanya kembali, tapi tidak lagi setelah aku bertemu dia. Seorang anak lelaki seumuranku yang tinggal tepat disebelah rumahku. Dia tinggi, tidak terlalu kurus tapi kelihatan lemah, rambutnya normal seperti anak laki-laki pada umumnya tapi dia punya sedikit poni yang menutup bagian atas matanya, memakai hoodie abu-abu, jeans, vans, dan baru saja keluar dari rumahnya melihat kearahku dan pergi dengan sepedanya.

"Oh lihat dia, tetangga yang dingin sepertinya. Kesan pertama yang sangat buruk" benakku.

Lalu aku masuk dan yeah, rumahku lebih kecil tapi bertingkat! Tidak dengan rumah lamaku yang lumayan luas dan tua tapi kosong tidak bertingkat. Aku yakin sekali akan meributkan masalah kamar setelah ini dengan Vanessa. Rumah ini memiliki style vintage country dan yah aku menyukainya, tidak terlalu buruk karna semuanya berwarna putih dan terlihat elegant. Simple.

Saat aku tiba didalam dan tiba-tiba Ayah,

"Ayah akan ambil kamar dilantai ini, dan kebetulan sekali dilantai atas ada dua kamar jadi kalian beruntung tapi..."

Oh yes! Dengan segera saat aku bertatapan dengan Vanessa, lalu senyuman jahat dan mata kucingnya yang menyebalkan itu, tak lama kita berlari keatas menaiki tangga secara bersamaan dan kau tahu? Aku sangat kecewa. Kita berdua kecewa.

"Uh Ayah? Ada apa ini?" Tanya Vanessa. Dari belakang Ayah sedang berjalan kearah kita dan berkata, "hahaha Ayah kan belum selesai bicara" lalu dia merangkul tangan kanan-nya dibahuku dan tangan kirinya dibahu Vanessa. "Salah satu kamar ini masih dalam proses perbaikan jadi sementara waktu untuk beberapa hari kedepan kalian akan berbagi kamar sampai kamar yang satu ini selesai oke?"

Oh yang benar saja aku harus tidur bersama si mata kucing! "Ayah aku tidak tenang kalau tidur dengan-nya! Bolehkah aku tidur dikamar Ayah saja? Ya ya?"

"Hei kau pikir aku betah sekamar denganmu!?" Sambung Vanessa.

"Valy-ku Ayah takut harus menolak, kau tahu kan kamar Ayah tergabung dengan ruang kerja sekarang? Dan Ayah butuh konsentrasi sayang. Tidak lama hanya 4 hari dan kamarnya sudah selesai" yah dengan berat hati aku langsung turun kebawah mengambil barangku dan membawanya kekamar-ku.

"Ini kamarku, so I'm in charge kau dengar?" Kataku pada Vanessa. "Ya terserah kau boss" lalu aku melanjutkan sambil menggodanya sedikit "oh ya karna aku tidak mau sekasur denganmu jadi kau tidur di couch dekat jendela itu atau dilantai ok Vany?" Kulihat dia sangat ingin membalasku tapi dia menahannya karna tidak punya pilihan lain "Demi tuhan, kau ini berhenti memanggil-ku dengan nama kecil-ku Val! Kau tahu aku benci itu kan?!" Oh sial aku benar-benar lupa. Vanessa tidak suka jika ada yang memanggilnya Vany karna hanya Mama yang boleh memanggilnya. "Maafkan aku. Aku tidak bermaksud, sungguh."





***to be continued***

Please let me know from comment and i'll work on it again. Thanks!

vote for next chapther^^

A Love StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang