#01 (~"Namanya Priscilla Prima Priasmono"~)

21 0 0
                                    


Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

.

.
~oo0oo~
.
Mungkin terlalu lelah sendiri, atau mungkin terlalu lelah untuk mengurus segala halnya sendirian. Hal itu pun menjadi sangat menyebalkan bagi setiap orang. Mau bagaimana lagi? Hanya bisa berharap akan hadirnya sebuah keajaiban dalam hidup. Seperti yang dialami oleh seorang gadis berparas cantik dan berkulit putih bernama Priscilla Prima Priasmono. Ya, dia gadis yang saat ini tengah menjalani sebuah kehidupan yang tak pernah ia rasakan sebelumnya. Kehidupan dimana ia harus bertaruh hidup dan mati demi mendapatkan sesuatu untuk mengenyangkan perut dan menuntaskan dahaganya.
..
Dia sangat bergantung pada kehidupan yang ramai dan penuh sesak. Misalnya terminal, bandara, dan juga pasar. Kalian pasti bertanya, mengapa Prima menggantungkan hidupnya di tempat-tempat seperti itu? Itu karena tempatnya sangat cocok dengan pekerjaan Prima saat ini. Dia yang awalnya seorang bak puteri sebuah kerajaan kini berubah menjadi seorang yang suka mengambil uang secara diam-diam dan perlahan. Apalagi kalau bukan 'mencopet'. Astagaaa...
.
Lalu, kemanakah kedua orang tua gadis malang itu? Mengapa mereka harus meninggalkan Prima dalam dunia yang kelam dan tak berpendidikan? Semua itu jelas bukan tanpa alas an. Semua terjadi sangat tak diduga. Ayahnya kini mendekam di rutan karena kasus korupsi yang tak tanggung-tanggung jumlah besarnya. Sementara, sang Ibu mati bunuh diri karena merasa depresi atas apa yang terjadi pada keluarganya.
.
"Deno, kita berangkat kapan? Jam berapa?" Tanya Prima pada anak laki-laki yang ia panggil 'Deno' itu. Dia merupakan teman yang memiliki pekerjaan yang sama dengasn Prima. Dia juga yang mengajak dan mengajarkan bagaimana cara mencopet pada Prima.
.
"Bentar lagi, Prim. Bandara belum terlalu rame." Jawab Deno sambil meletakkan semangkuk mie instan diatas meja dan mulai menyantapnya dengan lahap.
.
"Bagi, dong!" Prima menarik sendok dari genggaman Deno dan ikut menyantap mie dalam mangkuk.
.
Sementara Prima masih menyantap mie, Deno memilih untuk mengambil jaketnya di dalam kamar. Jika ditanya, apa mereka hanya tinggal berdua? Jawabannya 'TIDAK'. Ya, mereka tinggal bertiga dengan seorang wanita paruh baya yang kini sedang sakit-sakitan. Wanita itu adalah Ibu kandung dari Deno.
.
~oo0oo~
.
Bandara adalah sebuah tempat dimana orang-orang datang dan pergi, baik domestik maupun lokal. Kehidupannya sangat ramai dan jarang untuk sepi. Mungkin, hanya akan berhenti saat terjadi sesuatu hal yang mengharuskan semuanya diberhentikan. Seperti biasanya, pagi ini bandara terlihat mulai ramai dan penuh akan hiruk pikuk para pengunjungnya. Ada yang akan datang, dan ada pula yang akan pergi.
.
Sebuah pesawat Garuda Air telah landing di landasannya. Bunyi nyaring terengar saat pesawat mulai akan berhenti. Terlihat seorang laki-laki berperawakan tinggi berjalan keluar dari dalam lorong perjalanan domestik. Laki-laki berkacamata hitam itu kini berdiri dan menunggu jemputannya. Hingga ia dikejutkan dengan suara pertanyaan dari seorang gadis mungil. Siapa lagi kalau bukan, Prima.
.
"Mas lagi nungguin siapa? Jemputannya, ya?" Tanya Prima yang terlihat berlagak 'sok kenal' itu. "Mas, ditanyaain 'kok ya diem aja!" Prima kAndra ini mendengus kesal karena pertanyaannya, bahkan dirinya diabaikan oleh laki-laki itu. Prima pun menepuk pundak si Lelaki, karena sudah terlalu geram.
.
"Ehh..ada apa?" Tanyanya sambil melepaskan headphone yang ia kenakan. "Maaf. Ada apa, ya?" tanyanya lagi, karena melihat Prima yang kini tengah terdiam mematung. Prima bengong. Dan, kAndra ini giliran Prima yang di tepuk pundaknya.
.
"Pantesan dari tadi pertanyaan gua gak dijawab sama si Mas. Lagi pake headphone, toh!" Prima mengusap cepat puncak kepalaya sambil cengengesan dan salah tingkah saat laki-laki itu juga ikut tersenyum.
.
"Iya, saya tadi pake headphone." Dia tersenyum. "Oh iya, ada apa dan tadi kamu nanyain apa?" tanyanya lagi.
.
"Ooohh..gini, Mas ini lagi nungguin siapa? Jemputannya?"
.
"Iya. Mereka lama banget." Eh, by the way, nama aku Andra. Kamu?"
.
"Gua Priscilla Prima Priasmono. Panggil aja pake nama Prima." Jawab gadis bermata hazel itu yang diiringi dengan suara cengengesannya yang khas. Hal; itu membuat Andra ikut tertawa pelan. "Tapi, orang-orang biasa panggil gua 'Triple Pri'." Lanjut Prima yang kini diiringi dengan senyuman manisnya.
.
Andra terus menatap Prima sambil tersenyum penuh arti. Entah apa yang kini sedang dipikirkan oleh Andra saat ini. Yang jelas terlihat sangat penuh akan rasa kagum. Sepertinya, Prima sudah memikat hati seorang laki-laki seperti Andra. Hanya saja, mungkin itu baru angan-angan saja. Sebab, Andra belum mengenal Prima begitu jauh.
.
"Kamu ngapain di bandara?" Tanya Andra pada Prima yang terlihat sedangmelirik kesana-kemari.
.
"Hah? Ini gua lagi nungguin temen. Katanya tadi cari minum, tapi sampe sekarang gak bAndrak-bAndrak." Jawab Priml dengan sedikit terbata-bata, lalu tersenyum. "Ya udah, gua mau nyusulin dia dulu. Bye!" lanjut Prima yang kemudian langsung pergi setelah melihat Andra akan mengangguk.
.
Andra memperhatikan Prima yang sudah berlari cepat menuju kea rah yang tak menentu. Hingga tatapan Andra itu berubah, tertuju ke sebuah mobil berwarna merah yang kini sudah terparkir tepat dihadapannya. Ia tersenyum saat melihat seorang wanita paruh baya juga tengah teresenyum padanya dari dalam mobil.
.
Dengan cepat, Andra langsung membuka pintu mobil dan duduk di kursi di sebelah kursi kemudi, setelah meletakkan kopernya di bagasi. Sekarang, mobil itu sudah melaju menuju ke arah timur Jakarta dengan kecepatan yang normal.
.
~oo0oo~
.
"Gimana? Banyak, gak?" Tanya seorang gadis pada teman laki-lakinya yang tengah memriksa sebuah dompet kulit berwarna hitam itu.
.
"Banyak banget, Prim. Gak sia-sia kita ngambil dompet cowok tadi." Laki-laki yang ternyata adalah Deno itu pun tertawa renyah bersama Prima yang juga berada didekatnya itu.
.
"Eh, bawa sini dompetnya."
.
"Mau ngapain lo, Boncel?"
.
"Pengen liat-liat aja. Siapa tau ada fotonya yang nyelip, atau KTP, atau apapun itu lah!"
.
"Lo ngefans atau demen ama dia?"
.
"Suka-suka gua, lah!"
.
"Heleehh....." Deno meraup wajah Prima dengan sedikit menekannya.
.
Prima hanya diam dan terus mencari apa yang ingin ia dapatkan. Hingga akhirnya ia bersorak dan melompat-lompat kegirangan. Ya, dia sudah mendapatkan sebuah foto berukuran 1R yang terselip diantara kartu-kartu ATM. Foto yang memperlihatkan wajah tampan Andra yang tanpa sedikitpun dihalangi diasan wajah.
.
.

Maafin si Typo, ya ;)

.

To Be Continue

TRIPLE "PRI" :DWhere stories live. Discover now