Prologue

41 4 0
                                    

"Nomor dua udah kamu bil?"

Bila menggeleng. Dahinya berkerut. Pandangannya hampir saja memudar karena kepalanya yang sakit mengerjakan beberapa soal hukum Faraday. Namun syukur, sebuah suara yang sangat kencang membuyarkan keinginannya untuk pingsan saat itu. Syukur? Oh tidak! Pikir Nabila merevisi.

"YAAAA! MUMTAZ FIX BANGET WEREWOLF!!!"

Bila memutar matanya sambil bergumam pelan.

"Berlisik banget deh."

***

Disudut lain kelas, sekelompok anak sedang terpejam. Mendengarkan intruksi yang diucapkan oleh Alfi. Pikiran mereka mengabur memikirkan jabatan dan kekuatan mereka yang harus digunakan sebaik mungkin agar dapat menang.

"Oke, sekarang komplotan werewolf bangun, bangun. Mau bunuh siapa malam hari ini?"

Dua pasang mata kemudian bangun dari 'tidur' nya, saling bertatapan dengan sesekali menyeringai. Tangan mereka menunjuk anak lain yang masih terpejam.

"Oke, komplotan tidur lagi. Seer bangun seer! Mau nerawang siapa?"

Ghina membuka mata. Tangannya menunjuk kearah Dita sambil berharap banyak atas kemujuran terawangannya.

Alfi yang memandu para pemain game werewolf tersebut atau si modetator mengangkat tangannya sedada, menampakkan tiga jari membentuk huruf W. Ghina tersenyum puas sambil kembali menutup matanya.

"Oke semuanya. Pagi hari, pagi." Semua pemain mengikuti perintah Alfi. Mereka menampakkan berbagai ekspresi wajah sambil mendengarkan Alfi.

"Jadi semalem tuh ya, komplotan werewolf datang ke pedesaan warga lagi! Dan sayangnya bodyguard gagal melindungi." Semua orang berdecak sebal, sudah dua malam bodyguard gagal menyelamatkan. Termasuk dua orang yang membunuh, mereka ikut berakting sebal.

"Luthfi mati. Ya, silahkan dilanjut!."

Semua orang disana menatap Luthfi dengan wajah tak percaya. Tadinya mereka menyangka bahwa Luthfi juga termasuk komplotan werewolf, tapi dia mati dibunuh werewolf?

"Ghin, terawangan semalem apa?" Tanya Aryo penasaran dengan wajah yang ingin menghabisi para werewolf, tapi itu hanya akting, karena dialah werewolf terakhir yang para pemain cari.

"Semalem..." wajah Ghina menyeringai puas menatap Dita. Dita yang dilihat hanya mengerutkan keningnya, menutupi debaran jantung yang takut ketahuan.

"Gua nerawang Dita, dan dia ..." Ghina mengikuti gerakan Alfi, tangannya menunjukan tiga jari mengacung membentuk huruf W.

Suara mereka langsung menggema kembali dikelas. Segala macam tuduhan dan sedikit makian terdengar. Beberapa tawa juga terdengar, hingar bingar memenuhi kelas yang gurunya sedang sakit dan tak bisa masuk tersebut.

"Tadi sih ngakunya Villager, tapi diterawang tiga!" Ucap Dedel ditengah kekesalannya.

"Ihh engga, engga! Pasti moderator atau seernya salah! Atau..." Tangan Dita menunjuk Ghina dengan tegas. " Lo bukan seer kan? Ih beneran, percaya sama guaaaaaa."

Tiga anak lain termasuk Aryo yang masih tersisa hanya menyeringai pada Dita, membuat Dita ingin tertawa karena ketahuan berbohong. Dita menatap takut pada teman-temannya, yaudahlah, mati juga bagus. Terkadang, berkorban sedikit untuk menang lebih baik kan? Untuk Aryo dan almarhum komplotan yang lain? Ya! Gaada malem lagi.

"Gak percaya? Coba deh! Paling masih lanjut." Tegas Dita mengelak, dalam permainan kali ini dita berperan sebagai Wolfcub atau disebut anak werewolf. Kalau Dita mati karena vote warga, maka Komplotan yang lain akan dapat membunuh dua orang sekaligus dalam semalam.

Pemain yang lain kembali memikirkan kemungkinannya, ada segala kemungkinan dalam hidup termasuk dalam bermain werewolf, bisa saja Dita berbohong, bisa saja selama ini Ghina yang berbohong, bisa saja tak ada yang berbohong meskipun agak kurang mungkin, dan bisa saja baik Dita atau Ghina berbohong.

"Menurut analisis gua nih, Ghina bisa aja bohong, dia baru ngaku seer malem ke tiga, siapa tau seer benerannya udah mati duluan kan? Tapi gatau juga. Bisa aja Dita yang bohong, dia ngaku villager biar gak dicurigain apalagi dari tadi diem terus main aman. Jadi gua sih milih vote Dita!" Kata Aryo. Yang lain pun tersenyum lalu mengangguk atas penuturan Aryo.

"Gua seer beneran dan gua milih Dita juga!" Ghina mengangkat tangan kanannya ikut memberi suara.

"Gua juga deh..." Wita mengangkat tangannya juga, disusul beberapa anak lain.

"Oke, final vote nih? Dita?" Kata Alfi yang daritadi hanya memerhatikan. "Oke Dita mati! Dan..."

"Villager menaaaaaanggggg. Yakan Fi?" Luthfi yang daritadi diam karena sudah mati kini ikut berbicara.

"Malem lagi. Tidur semuanya tidur!"

Tiga pemain lain kini membelalakkan matanya tak percaya. Berbagai pertanyaan dan elakkan berkecamuk dalam kepala meminta dilepaskan.

"Lu boong kan Fi?" Kata Dedel mengelak. Kedua alisnya bertaut, bola matanya membulat, bibirmya juga maju beberapa mili.

"Ih gak percayaan banget dah! Tidur!"

Alhasil, mereka kembali tidur dengan keadaan gelisah. Para hantu-hantu yang belum lama mati terbunuh tertawa dengan keras, membuat kelas menjadi semakin bising ditengah malam permainan.

"Bodyguard bangun, mau nyelamatin siapa? Oke tidur lagi."

"Udah mati inimah!" Sela Dedel di tengah permainan membuat Alfi menyeringai dihadapannya. Yap! Tapi Dedel gabisa liat.

"Spellcast..."

"Lanjut Fi, biar cepet. Udah mati kan?" Sela Wita yang juga mulai geram atas ke 'bertele-telean Alfi'.

"Seer bangun seer! Mau nerawang siapa?"

Ghina membuka matanya lagi. Kali ini wajahnya tertekuk sebal, dia harus nerawang siapa? Dedel memang orang baik karena terawangannya dimalam kedua mendapatkan dua jari namun baik Aryo maupun Wita yang juga sudah diterawang dan sama-sama mendapat W, namun kedua orang tersebut juga mengaku sebagai orang tertuduh yang bisa mendapat W atau V oleh moderator. Kemujurannya ditantang, jika dia tepat terawangan salah satu diantara keduanya bisa saja mendapat V oleh moderator kan?

Ghina menunjuk Wita dengan was-was. Dadanya sedikit berkecamuk, lalu jawaban dari Alfi membuat senyumnya terulas.

Aryo!

"Oke tidur lagi. Werewolf bangun!"

Aryo membuka matanya. Giginya terpampang dengan jelas dengan suara tertahan. Aryo menaikkan kedua alisnya seakan berbicara pada Alfi dengan sedikit kesal.

Masih harus milih?

"Yaudah bangun semua. Ghina sama Wita mati! Werewolf menang!!"

Wita, Dedel dan Ghina membelalakkan matanya kearah Aryo dan Dita bergantian. Mulut mereka menganga lebar. Setelah puas mereka mendengus sebal.

"Dasar cocok lu berdua!"

***

Hai gaes! Aku balik, dengan cerita baru... Lagi... :(
Mudah-mudahan dapat berkembang, bismillah :)

Minta sarannya ya, untuk aku agar lebih baik lagi. Terimakasih :*

Btw ini kisah dibuat tiga tahun yang lalu waktu aku masih sekolah. Waktu disekolah lagi jaman banget main werewolf. Dan Castnya itu 80% temen sekolah aku karna yaa aku emang terinspirasi sama kisah jaman SMA ku ini hehehehe.

Tapi.... Dita dan Aryo itu 100% fiksi ya.

Dan disini bakal ada bumbu-bumbu kisah cinta segitiga antara Jeje (Mumtaz) - Bila - Alfi, yang greget gewla hehehehe.

Jangan lupa, masukin ke library kamu dan tunggu part selanjutnya :*

Salam sayang,
SajakIms

Cinta dan WaktuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang