#2

22 1 0
                                    

Aku selalu mau kamu jadi kuat. Kayak aku. Supaya kita bisa sama-sama terus. Seperti Asam Kuat bertemu dengan Basa Kuat yang Ph nya akan menjadi netral. Aku gak mau salah satu dari kita itu lemah. Soalnya ribet, yang ada cuma tetapan ionisasi airnya dan harus cari tetapan hidrolisis, konsentrasi kation, sama tetapan asam atau basa lemahnya dulu. Hehehe...

***

Hari ini Aryo gak masuk, masih dirumah sakit gantiin Om Nato buat jagain Tante Tika karena Om Nato ada kerjaan yang seminggu ini ketunda. Alhasil, aku pesen ojek online buat berangkat kesekolah.

Beberapa menit menunggu, akhirnya si abang ojek datang dengan motor Vixion yang sama kayak punya Aryo. Agak spechless sebentar sambil liat muka abangnya yang sebenernya ganteng si, tapi gantengan doi hehe. Si abang ini baik, katanya dia juga lagi kuliah di Universitas Indonesia dan jadi abang Ojol karena dia mau bantu orang tuanya buat bayar kuliah. Udah ganteng, baik, rajin, pinter tapi entah kenapa tetep aja rasanya gaasik, setiap dia ngajakin ngobrol, tapi aku jawab seadanya. Sorry mayori ya bang. Lagi gak mood, soalnya.

Diakhir perjalanan dia minta izin buat ngesave nomor aku. Ya aku setujuin aja asal dia gak nyebarin dan gak ganggu aku karena hal gapenting. Dia terus senyum dan omaigat dia punya lesung pipi di sebelah kanan. Huft... Andai hati ini masih kosong bang, pasti langsung kepincut aku. Dan diapun pergi cari orderan lain sebelum kelas mata kuliahnya dimulai yang katanya jam 10 nanti.

Disekolah aku masih ikut main werewolf kalau istirahat, tapi aku kalah mulu kalau jadi werewolf. Komplotannya gaasik, udah gitu aja. Baru berjalan dua ronde, aku izin udahan main dan diteriakin sama anak yang lain. Yah mau apa dikata, semua rasanya jadi gaasik cuma karena Aryo gak disini. Jadi gak bergairah menjalani hidup rasanya, hehe.

Aku beralih duduk di teras koridor depan kelas. Karena didepannya itu ada pohon gede jadi adem banget dan jadi spot ternyaman buat tenangin diri. Padahal didepan teras itu lapangan futsal dan menjadi akses utama untuk kemana-mana buat adek kelas karena koridor kelas 12 itu semacam ada peraturan tak tertulis kalo kelas 10 dan 11 dilarang lewat. Jadilah aku diliatin setiap orang yang lewat terus mereka ketawa-ketawa bareng temennya sambil ngeliatin aku. Makasih ya, dek :)

Ghina ikut keluar, duduk disamping aku. Dia diem dulu kayak menimbang sesuatu. Terus megang tangan aku.

"Aryo sakit, Dit?" tanyanya. Aku menggeleng pelan. "Mamanya, dia jagain mamanya." jawabku sambil nonton cowok-cowok main futsal dengan kancing baju yang dibuka menampakkan kaos putih dalamannya yang sudah basah penuh keringat. "Mamanya sakit apa?" Ghina menatapku, aku gatau kenapa tapi aku risih sama tatapan itu. Membuatku makin badmood di hari yang sepi ini.

"Gua gaada hak buat ngasih tau Ghin, mungkin nanti lo tanya ke Aryonya langsung aja." Ghina langsung mengalihkan pandangannya ke lapangan. Ada sebersit rasa sedih dimatanya dan yaa aku gatau kenapa.

"Dit, lo cuma temenan kan sama Aryo?"

Ya Allah, diingetin lagi. Wajahku meringis tak ketara dan akupun ga jawab, cuma mengguman.

"Hmm.."

"Gua suka sama Aryo, Dit." dan yah, duniaku yang sudah retak kini seketika runtuh.

***

Kantin,
2 minggu sebelumnya...

Suasana kantin tengah lengang karena sekarang adalah jam pelajaran. Cuma ada beberapa orang yang mengisi meja kantin bersama kawannya, ada teman sekelasku dengan kawanan mereka juga beberapa orang lain. Aku sama Aryo sendiri lagi gaada guru, Pa Agus guru agama tercintah lagi ngurus istrinya yang lahiran.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 06, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Cinta dan WaktuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang