Jean POV
Mataku terpaku pada sesosok gadis yang berdiri di sebelah gerbang sekolah. Sesekali wajahnya memberengut setelah melihat jam tangan yang melingkar di tangannya. Kutolehkan wajahku ketika melihat laki-laki yang sudah beberapa menit disebelahku menatapku intens.
Aku mengangkat alisku heran.
"Bro, lo ngapain sih disini? Bengong mulu ngeliatin ABG itu" Kulihat diujung mataku, ia ikut menoleh melihatnya, yang kini bersedekap dada.
Pria disebelahku –yang datang 10 menit lalu, mengeluarkan sebatang rokok dan mengapitnya dibibirnya. Wajahnya menunduk berusaha memantik rokoknya. Dan menghembuskan asapnya keatas.
"Daripada lo bengong ngeliatin dia mulu, mending lo samperin deh,Bro" Lengannya menyenggolku dan kupastikan ia sekarang menyengir jail kearahku. Kuacuhkan ucapannya yang tidak penting, matanya masih terkunci pada gadis itu.
"ooooo, jangan-jangan dia target lu kali ini? Manis juga..gaet ah" Pria disebelahku segera beranjak, Aku segera menghentikan langkahnya. Wajahnya menoleh menatapku.
"Don't you dare."
Pria disebelahku –Samuel segera melepas tanganku dan mengangkat kedua tangannya.
"Woah,woah Calm down,Bro"
Aku segera bergerak memasuki mobil ketika melihat gadis itu –Reina beranjak dari tempatnya dan berjalan berlawanan arah denganku. Tak kupedulikan lagi Sam yang menatapku bingung disebelah motornya.
Aku memelankan mobilku, menyejajarkan mobilku dengan Reina yang menunduk menendang batu kecil. Sesekali ia menghembuskan nafasnya dan mengelap sedikit ujung matanya. Apa dia menangis? Apa itu karna aku?
Mungkin merasa diperhatikan Reina mendongakkan wajahnya dan menatapku. Sedetik kemudian, ia segera membuang wajahnya menatap kedepan. Terlihat sekali wajahnya berubah datar tanpa ekspresi. Dia marah padaku?
"Hei.." Ia terus berjalan mengacuhkanku seakan-akan aku hanyalah orang asing yang sedang iseng menggoda siswi SMA.
"Reina.."
Reina mematung, kulihat ia menghembuskan nafasnya lelah, dan kini ia menoleh menatapku, kutatap mata coklatnya yang sedikit berkaca-kaca.
"Apa?"
"Marah?"
"Hah?"
"Kamu marah?"
"Nggak, kenapa harus marah?" Ia kembali melanjutkan langkahnya.
"Karena aku membatalkan janji denganmu?" Langkahnya kembali terhenti, kulihat punggungnya yang tegang dan tangannya yang mengepal disisi tubuhnya.
Aku keluar dari mobilku dan bergerak perlahan dibelakang tubuhnya yang masih mematung. Tubuhnya kembali menegang ketika kedua tanganku melingkari kedua bahunya, merengkuhnya dengan erat.
"Maaf"
Aku melepasnya dan badannya berbalik, kutatap bola mata coklatnya yang berbinar, dan menariknya memasuki mobilku, dan menuju rumah kami. Rumah kami? Hah..
---
Author POV
Suasana didalam mobil begitu canggung, yang satu fokus pada jalan, dan yang satunya sibuk menatap jalanan dari jendela. Matanya begitu kosong, dan wajahnya memerah ketika mengingat kembali kejadian tadi, saat Jean memeluknya. Walaupun itu tak bisa diitung sebagai pelukan. Tapi, tetap saja, ia masih berusaha menetramkan hatinya yang dag dig dug.
KAMU SEDANG MEMBACA
Unordinary Man
RomanceReina tak memikirkan bahwa pertemuannya dengan seorang pria bisa mengubah dunianya.. Haruskah ia menyesal atau bersyukur?