(Reina POV)
"Kenapa?" pertanyaan itu melontar begitu saja dari bibir ku.
Ekspresi wajah nya tiba-tiba berubah menjadi sedikit jengkel. Memang ada yang salah dari ucapan ku?
"Kenapa? Setelah aku jauh jauh datang kesini hanya datang untuk mengembalikan barangmu dan hanya kau balas 'kenapa' ?"
Aku menatap polos wajah pria yang menjulang tinggi dihadapanku dan mengangkat bahuku acuh. "Aku tidak pernah memintamu untuk mengembalikan barangku"
Sontak saja, suara siswi-siswi dibelakangku mulai berisik, dan bahkan ada yang mengumpat terang-terangan. Apa lagi?
"Mana imbalan untukku?"
"Terima kasih...puas?"
Aku melewati bahunya dan mendonggakkan wajahku menatapnya ketika melihat tangannya memegang lenganku, dan membawaku menjauh dari kerumunan siswi siswi yang mulai tambah ricuh.
Aku melihat lihat ke sekitar ketika hanya ada kami berdua disini, dan menatapnya penuh selidik.
Tiba-tiba, dia memulai percakapan..
"Kau pikir ucapan terima kasih itu cukup?"
"Lalu, apa maumu?"
"Kencan denganku"Aku langsung melotot melihat wajahnya yang datar namun matanya penuh dengan kejailan.
"Hah?.. Lo ngomong apa barusan?"
Aku menatap tanganku yang masih digenggamannya, dan berusaha melepasnya. Namun tiba-tiba ia menarik tanganku membuat jarak kami sangat dekat. Kutatap matanya yang sangat hitam. Wajahku membeku ketika wajahnya semakin mendekat dan sejajar dengan tengkukku, dan berbisik
"Berkencanlah denganku,Reina"
-------
Aku menatap atap kamarku dengan hampa, hari ini sangat melelahkan. Mulai dari aku harus mengejar bus, siswi-siswi yang mengumpat dibelakangku, hingga pria asing yang datang ke sekolahku.
Aku menutup wajahku yang mulai memerah dan memanas ketika mengingat kembali kejadian tadi. Saat wajahnya sangat dekat dengan wajahku, bahkan wangi parfumnya masih teringat jelas dipikiranku.
Btw, diliat-liat, dia ganteng juga. Bukan-bukan dia, dia bukan ganteng, tapi ganteng banget.
Namanya siapa ya? Umurnya kira-kira 20-an apa 30-an? Arghh harusnya gue tanya dulu sebelum kabur, dasar Reina begooo.
Aku menutup wajahku dengan bantal ketika menyadari betapa bodohnya aku menyia-nyiakan kesempatan ini.
Aku segera mengangkat kepalaku ketika menyadari sesuatu,
"Berkencanlah denganku, Reina"
Tunggu-tunggu dia.. tahu namaku? Apa aku salah dengar? Tidak-tidak mungkin karna suaranya sangat jelas dikupingku. Dan juga tahu darimana dia sekolahku?
Aku mengangkat wajahku dan menatap gorden kamar yang melambai lambai mengikuti angin yang meniupnya. Terlalu banyak kejadian yang kurang cocok untuk disebut 'kebetulan', membuatku bertanya-tanya siapa sebenarnya pria asing itu.
Wajahnya yang tampan, ber-rahang tegas dan terutama matanya yang tajam membuatku berpikir bahwa tak mungkin jika seorang pria yang hampir mendekati sempurna itu, selain sifat dinginnya. Mau menemuiku –siswi biasa yang tak menarik ini.
Semua hal ini membuat beribu-ribu pertanyaan muncul dibenakku.
Dan tanpa kusadari, rasa nyaman yang dulu pernah hilang kini mulai muncul.
KAMU SEDANG MEMBACA
Unordinary Man
RomanceReina tak memikirkan bahwa pertemuannya dengan seorang pria bisa mengubah dunianya.. Haruskah ia menyesal atau bersyukur?