Sekarang aku menjadi lebih bersemangat. Aku mengangguk paham dan mengerti bahwa maksud dari kakakku adalah, bukan menghinaku, tapi untuk mengingatkanku agar aku tidak berlebihan dalam menyukai hal-hal yang bukan dari kebudayaanku sendiri. Aku menyikut-nyikut iseng kakakku yang kembali ke mode ketus.
"Jadi pengin ketawa."
"Apa?" timpalnya tidak senang.
"Ternyata masih peduli sama adik tengilnya ini, ya." Bisikku menyipit geli padanya mengabaikan obrolan soal game online terbaru yang menjadi topik lain teman-teman kakakku. Sangat tidak berhubungan dengan topik sebelumnya. "Ngomong-ngomong, aku nggak suka pelajaran hari Senin itu karena ada Matematikanya,"
Sekejap hening dan terkecuali kakakku, kami tertawa keras.
"Kalau begitu ngapain aku ceramah segala?" Kak Fuad bersungut-sungut dan bibir atasnya yang sudah maju tampak maju lagi lima sentimeter.
"Pencerahan," kali ini semua mendengus geli karena penuturan Kak Gilang. "Tapi kalo soal Matematika sih, emang males ke sekolah jadinya, apalagi hari Senin."
Aku berseru semangat karena akhirnya ada yang menyetujui pendapatku, bersemangat menawarinya jus jeruk lagi sementara yang lain menggerutu soal suara cemprengku yang hampir merobek gendang telinga mereka. Akhirnya, seseorang di pihakku!
SELESAI
KAMU SEDANG MEMBACA
FGHI
Short StoryBerjuta alasan untuk membenci hari Senin, tapi Emma berusaha memperbaiki opininya terkait keringanan untuk hibahan pemikiran negatif darinya untuk si hari kedua dalam kalender Masehi.