Chapter 5 (ending)

157 14 2
                                    


Keputusan Aldi sudah bulat, ia akan pulang ke Indonesia dengan cap anak yang tidak tahu diri dari pihak departemen pendidikan di Australia. Ya, pergi dengan cukup terhina memang, meski awalnya ia disanjung dan dipuji. Namun tidak ada satupun materi yang mampu menandingi rasa cinta nya terhadap Indonesia dan orang tuanya.

#SKIP

Layaknya ditimpali batu besar berkali kali, kini Aldi bagai kehilangan jiwanya. Mimpi terburuk sepanjang hidup yang tidak mampu ia terima. Saat ia telah menginjakkan kaki Indonesia dan sampai di depan rumahnya, bendera kuning terpajang di teras rumah, orang ramai bukan untuk menyambut dirinya, ia melihat luka dan tangisan menangisi kepergian ibunya sendiri.Batinnya hancur terkoyak, hingga ia jatuh pingsan tak sadarkan diri.

Niatnya untuk melepas rindu terlaksana namun untuk terakhir kalinya, dengan keadaan sang ibu sudah tidak bernyawa.

"Aku yakin aku juga sudah mati. Karena bagaimana bisa kini aku seperti tak bernyawa. Cahaya hidupku hilang, semuanya redup. Tidak, aku tidak mampu hidup" Lirih Aldi dengan air mata yang jatuh membasahi hampir semua bagian pipinya. Sungguh ia terpukul, luka yang menyayat dan tak mampu ia kendalikan.

S

K

I

P

2 Bulan kemudian sepeninggal ibunya, Aldi kini bangkit. Ia melanjutkan sekolah dengan biaya seadanya yang ia dapatkan dari hasil mengajar anak anak SD pramuka setiap jumat siang. Namun karena kecerdasannya, ia kembali mendapatkan beasiswa di Indonesia.

Dan bukan perjuangan yang tanpa hasil, 10 tahun kemudian pangkat jendral telah ia sandang. Kini pengabdiannya terhadap tanah air akan sepenuh jiwa. Ia tak melupakan bahwa ia pernah belajar di Australia, karena pada akhirnya ia hanya terlahir untuk Indonesia membawa ia berjaya di Indonesia. Dan cita-cita nya membahagiakan sang ayah kini telah tercapai.

Sekarang, Aldi mengulanghobi masa remajanya, mendaki gunung. Tak lagi hanya dengan 4 sahabatnya, iamengajak seluruh rekan jendralnya. Seperti biasa, ia membawa bendera merahputih diikatkan dengan tongkat bambu namun sekarang dengan ukuran yang lebihbesar. Ia memimpin komando menghormati bendera ketika sang saka sudah berkibardengan indah di atas puncak gunung.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 21, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Cahaya Di Atas Tanah PijakanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang