chapter 3

1.3K 68 2
                                    

Setiadi masih berada di kantor sedang browsing di dunia maya, ketika ponselnya berbunyi, saat sore menjelang jam 16:30. Ia melihat nomor Randy, segera mengangkatnya

“Di, Rini kecelakaan, di rumah sakit, bisa temenin gua gak jenguk?”

Hampir saja ponsel Setiadi terjatuh, kaget, tak menyangka

“Hah? Oke, gua masih di kantor, perlu gua temenin gak?”
“Kalo bisa... Gua lagi bener butuh support”
“Oke, gua tinggal minta ijin aja, bisa koq”
“Sampe nanti”

Sambil bergegas setelah meminta ijin dari kantor, Setiadi mengambil tasnya, bergegas keluar kantor sambil merenung, apa yang sedang  Randy alami, berharap luka Rini tidak parah.

Di Lobby, ia sudah melihat Randy sedang menunggunya. Randy tanpa berkata apapun menyambut Setiadi, bersama- sama menuju tempat parkir mobil Randy, mereka setengah berlari bergegas kea rah mobil Randy. Membuka pintu mobil sebelah kiri dan langsung duduk.

“Dia lagi mau ke cabang di Karawaci, katanya kecelakaan di pintu keluar tol”
“Dia di rawat di mana?”
“Di rumah sakit di daerah Karawaci”

Cerita Randy singkat. Sisanya, mereka lebih banyak terdiam. Setiadi melirik kearah Randy yang sangat tegang, cemas, dan matanya agak basah, memikirkan Rini.

Karena posisi mereka dari arah Jakarta, mereka terjebak macet di sepanjang jalan tol menuju Karawaci, berbarengan dengan mobil- mobil yang mengangkut penumpangnya pulang sehabis lelah di hutan kota. Randy gerah mereka masih tertahan di pintu tol Kebon Jeruk dengan antrean menumpuk. Setiadi ciut melihat Randy dengan aggressive nya membanting setir kiri -  kanan untuk menyalib dan berkali-kali memencet klakson, namun tak bisa melarang, karena sangat sadar kondisi Randy yang panic, memikirkan tunangannya itu. Selepas membayar tol, Randy langsung melesat bagai “speed demon” memacu Toyota Corolla berwarna merah hati itu sampai melewati kecepatan 110 kph, masih dengan gaya slalom nya menembus mobil- mobil yang menghalangi nya dari Rini. Setiadi yang baru kali ini melihat Randy membawa mobil bergaya F1 takut setengah mati, dalam hati ia berguman: ‘Randy...elo mau kemana sih? Mau lihat Rini ato lihat akherat sih....?’

Akhir nya, petualangan di jalan tol itu berakhir, dengan mobil Randy memasuki kawasan Karawaci, sambil menanyakan arah ke rumah sakit, mereka pun tidak lama kemudian sampai di rumah sakit. Setelah memarkirkan mobilnya, mereka bergegas masuk ke gedung rumah sakit itu. Di lobby mereka mendapatkan informasi kalo Rini masih di ruang ICU. Setelah menelusuri ruang koridor, Randy mulai mengenali wajah- wajah yang sedang menunggu, teman sekantor Rini yang sering ia lihat waktu makan siang, atau jalan- jalan sesudah jam kantor.  Mereka langsung memberi seluruh informasi yang mereka dapatkan dari beberapa saksi yang pada waktu itu sudah berada di kantor polisi memberikan keterangannya.

Mobil kantor yang ditumpangi Rini, di salib oleh bus dari arah kiri yang berjalan kea rah kanan menjelang keluar tol karawaci, karena di pepet dari arah kiri oleh supir bus, mobil yang di tumpangi Rini makin mepet kea rah kanan sampai akhirnya keluar jalur dan menabrak tiang penyangga jembatan. Sementara pengemudi bus akhirnya di tangkap oleh masyarakat sekitar dan tukang ojek yang menghadang supir bus setelah ada seorang ojek yang menjadi saksi. Nyaris menjadi sasaran amukan massa, supir bus di gelandang ke kantor polisi, sementara tak lama mobil ambulans datang menjemput Rini, yang duduk di kursi depan sebelah kiri, sementara sopir kantor tewas seketika.

Randy segera menghubungi orang tua Rini di Malang, sambil menahan tangis, dengan tangan gemetar. Orang tua Rini menyusul ke Jakarta secepatnya.  4 jam kemudian, setelah lama menunggu, sambil melupakan lapar, dokter keluar, memberi tahukan keadaan Rini

“Tiga tulang rusuk patah, satu menembus paru- paru, mengakibatkan pendarahan dalam, kondisi Rini sedang koma, kami tetap berusaha yang terbaik untuk Rini, masih ada harapan...untuk sementara Rini tidak bisa di jenguk”

Persimpangan {2 BOOKS COMPLETED}. Cover By: Devian ArtTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang