Seorang dokter berjalan dengan amarah yang tampak jelas pada raut wajahnya. Tanpa mengetuk pintu, dia langsung masuk ke dalam sebuah bangunan, dengan koper besar yang dia bawa. Bangunan itu terlihat kumuh dan tak layak pakai.
"Paman !!! kau tidak salah orang kan ? kau baru saja menempatkan ku di rumah sakit ternama. Dan sekarang kau, memindahkah ku ke puskesmas yang terpencil, jorok, dan bahkan tidak bisa dikatakan sebagai puskesmas." Ucapnya penuh dengan amarah kepada seseorang yang tengah ia hubungi.
"Tenanglah Aby. Ini keputusan direktur rumah sakit. Kau tinggal disana hanya beberapa bulan. Justru karena kau dokter terbaik, kami memilih mu untuk menangani masyarakat langsung." Jawab paman Aby dengan santai.
"Paman bilang hanya ? satu detik pun aku tidak akan bisa bertahan di tempat ini.". "Tenang saja. Aku yakin kau akan bertahan disana. Sudah dulu, banyak pasien yang menunggu." Sambungan diputus sepihak oleh paman. Sedangan Aby hanya bisa mendesis kesal.
"Masa bodoh dengan masyarakat." Gumam Aby sembari melihat sekeliling ruangan tersebut. Dan saat itulah ia baru menyadari, bahwa puskesmas ini benar-benar tidak pantas digunakan.
***
"AAAA !!!!!! KECOAAAAA !!!!" teriak Aby tiba-tiba di keheningan malam. Dia pun keluar dari ruangannya menuju teras puskesmas. Seakan-akan Aby sedang mencari sebuah pertolongan. Ia berlari sekuat-kuatnya. Tidak peduli gelapnya malam yang hanya diterangi oleh cahaya bulan. Memang, awal Aby datang ke desa tersebut, ia disambut hangat oleh masyarakat desa. Namun apa boleh buat, karena ia seorang dokter, ia harus bisa tinggal mandiri. Dan tentu saja, tempat tinggal untuk seorang dokter adalah tempat ia bekerja.
Tepat saat ia menemukan perempatan jalan, ia melihat seorang gadis berjalan mendekatinya. Ia terkesiap melihatnya. Tanpa sengaja ia menyenggol bahu gadis itu. Aby pun berhenti berlari dan mengamati gadis itu dari atas hingga bawah. Aby pun tersadar, bahwa yang di tabraknya adalah seorang gadis biasa.
"Sorry.." ucap Aby. Gadis tadi hanya menatap dingin Aby. Tanpa mengucap apapun, gadis itu langsung meninggalkan Aby. "HEI! Aku berbicara denganmu, nona!" teriak Aby berusaha menghentikan gadis tersebut. Gadis tersebut menoleh dengan tatapan datarnya. Setelahnya, dia langsung saja melanjutkan perjalanannya menuju arah tujuannya. Tanpa pikir panjang, Aby mengikuti kemana arah langkah sang gadis tersebut.
"Permisi nona, apakah ini rumahmu?" tanya Aby setelah sampai pada tujuan gadis tersebut. Dan sekali lagi, Aby hanya dijawab oleh keheningan malam.
Lyra, gadis yang diikuti oleh Aby, sedikit terlonjak. Pasalnya, Lyra tidak tahu jika ada seseorang yang mengikutinya. "Mengapa kau disini?" Lyra bertanya dengan raut yang masih saja datar. "Kau mengikutiku?" lanjutnya, menatap curiga ke arah Aby.
"Karena kau tidak meghiraukanku tadi, ya sudah, akhirnya aku mengikutimu." Jawab Aby dengan pandangan santai nya.
"Memangnya aku harus memperhatikanmu? Tidak juga kan?" Lyra membalas perkataan Aby dengan perkataan yang tentu saja membuat Aby sangat tercengang dibuatnya. Lyra langsung saja memasuki perpustakaan yang selama ini sudah menjadi tempat tinggalnya tanpa menghiraukan seseorang yang dari tadi mengajaknya bicara bahkan sampai mengikutinya.
Tanpa Lyra sadari, ternyata Aby mengikutinya masuk ke dalam perpustakaan. Dengan tidak sopannya bahkan Aby mengikuti Lyra ketika Lyra menuju sebuah ruangan yang sepertinya merupakan ruangan privasi baginya. Namun, pada saat akan membuka pintu rungan tersebut, Lyra mulai merasakan bahwa ada seseorang yang mengikutinya kedalam secara diam-diam. Lyra menghentikan gerakan tangannya yang akan membuka pintu sebuah ruangan yang selama ini menjadi kamarnya.
"Mau apa lagi kau mengikutiku? Kau bahkan sampai mengikutiku ke dalam sini. Kau tidak punya sopan santun tuan?" Lyra berucap tanpa menoleh ke belakang dimana ada Aby disana.
"Aku hanya penasaran saja. Apakah benar ini rumahmu? Tapi sepertinya bukan, ini adalah sebuah perpustakaan umum kan? Kau bahkan bukan pemilik dari bangunan ini sepertinya. Namun, mengapa kau malah sembarangan masuk saja nona?" Aby membalas perkataan Lyra dengan tak kalah tajam.
"Kau sepertinya warga baru disini." Lyra membalikkan badannya menghadap Aby. "Jadi jangan sok tahu, tuan. Aku sudah lama tinggal di tempat ini. Dan kau. Cepat pergi. Atau aku teriak bahwa ada maling disini." Lyra mengusir Aby dengan perkataannya yang terdengar mengancam.
"Waw..., take it easy, nona! Aku adalah seorang dokter baru di tempat ini. Aku baru saja pindah kesini tadi siang."
"Lalu, apa masalahnya denganku? Cepat kau keluar!" Lyra mendorong tubuh Aby, berusaha menjauhkan Aby darinya.
"Wait, wait... sebenarnya aku ingin meminta bantuanmu, nona." Dengan terpaksa Aby menjatuhkan harga dirinya untuk meminta bantuan pada Lyra.
Lyra mendengus mendengar pernyataan Aby barusan. "Bantuan apa maksudmu?"
"Mmm.., Bb.. begini, tadi saat aku membersihkan ruangan kerjaku, aku.. tidak sengaja menemukan sesuatu yang.. menurutku sangat berbahaya! Jadi ku mohon tolong bantu aku!". Aby menatap kedua mata Lyra serius. Walaupun Aby merasa tak pantas seorang pria meminta bantuan kepada wanita, tapi apa boleh buat rasa takutnya lebih membendung dalam dirinya.
"Apa? Maaf aku masih tidak mengerti apa maksud mu! Lebih baik anda pergi keluar dan mencari bantuan orang lain saja!". Lyra membalikan badan nya membelakangi Aby kembali.
"Hh-Hey! Tunggu sebentar saja..". bujuk Aby, namun tetap saja Lyra berjalan memasuki ruangan yang sedari tadi ia tuju. "Aaaarrgh.. KECOA!! DI RUANGAN KU TADI ADA KECOA! Kau puas...". Aby terpaksa berteriak mengungkapkan kegelisahan nya.
Terlihat Lyra menghentikan langkahnya lalu berbalik menatap Aby datar. Aneh, itulah yang Aby rasakan. Bukankah wanita yang mendengar setiap aib seorang pria sudah pasti akan menertawakan nya? Tapi yang Aby lihat dari seorang Lyra, wanita itu sangat berbeda, tidak ada ekspresi sedikitpun dari raut wajahnya. "Hey! Kau mendengar ku ?".
Lyra menarik nafasnya pelan demi menetralkan emosi yang bergemuruh di dalam dirinya. "Lalu, kau mau aku melakukan apa?". "Tolong izinkan aku menginap disini ! aku janji hanya satu hari! Ku mohon..". "Tidak ada ruangan lagi disini !". "Baiklah, dimana pun tidak masalah! Aku hanya membutuhkan tempat untuk tidur.". "Sudah ku bilang tidak ada !". "Rr-Ruangan utama! Ya, aku bisa tidur di atas lantai, ku rasa tak masalah.". jawab Aby pelan seakan menggambarkan ketidak yakinan terhadap keputusannya. "Baiklah, Terserah!". Lyra menutup pintu ruangan tersebut tanpa peduli dengan keadaan Aby. "Dasar.. Wanita!". Aby mengepalkan kedua tangan nya, menahan emosi.
YOU ARE READING
The Foreign Country
Short StoryWarga yang melupakan sejarah negaranya. Melakukan penindasan hingga meninggalkan luka dalam pada seseorang. Merasa hanya dirinyalah yang ada di dunia ini karena rasa kesepiannya. Melupakan sejarah dan berlaku sesukanya. Mengingat kenangan bersama se...