Lyra berdiri di depan pintu suatu ruangan dengan menjinjing sebuah rantang makanan. Dia menatap malas ke arah pintu tersebut, bahkan sepertinya dia enggan untuk masuk kesana. Namun, ini adalah amanat dari sang bibi yang menyuruhnya memberikan makan siang untuk dokter baru itu. Lyra menghembuskan napasnya dengan kasar, dia merasa sangat berat untuk melangkahkan kakinya untuk masuk. Ketika akan membuka pintu Lyra sedikit terlonjak karena pintu tersebut ternyata sudah dibuka oleh seseorang dari dalam.
"Hooamm....." Aby menguap sambil merentangkan tangannya. Namun ketika itu dia langsung terdiam seketika karena dia melihat Lyra berada dihadapannya. Aby langsung saja berdeham untuk memperbaiki penampilannya di hadapan Lyra. "Ada urusan apa kau kemari?" . "Bibi memintaku untuk memberikan makan siang untukmu" Lyra menyerahkan rantang makanan yang di jinjingnya pada Aby. Aby menerimanya dengan senang hati. "Dok, pasien berikut nya sudah menunggu." Ucap seorang suster membuat Aby menoleh padanya. "Baiklah. Aku pergi dulu." Ucap Aby dan hanya dibalas anggukan oleh Lyra. Lyra pun berniat untuk kembali ke rumahnya. Namun dia tidak sengaja menyenggol seorang nenek-nenek saat berbalik. "Oh, maafkan aku Nek, aku tidak sengaja." Ucap Lyra dan membantu nenek itu. "Bukan kah kau si gadis kutu buku itu ? apa yang kau lakukan disini ? seharusnya kau diam saja dirumah mu." Ucap nenek itu histeris membuat banyak orang yang memperhatikan mereka. "Aku hanya..-". "Kerjaan mu hanya membuat kami melakukan hal yang tidak bisa kami lakukan. Untuk apa membaca ? untuk apa menulis ? kami tidak membutuhkan itu." ucap nenek itu sambil sesekali memukuli Lyra. Saat nenek itu akan memukul Lyra kembali, sebuah tangan menghentikannya. "Hentikan nek. Tidak seharusnya kau melakukan hal seperti ini di tempat umum." Ucap Aby, yang menghentikan pukulan nenek. "Lyra, sebaiknya kau pulang sekarang." perintah Aby pada Lyra yang menatapnya dengan pandangan tertekan. Lyra pun berbalik pergi, sedangkan nenek memasuki puskesmas bersama Aby.
Lyra duduk di sebuah kursi dekat puskesmas. Dia terus berusaha menahan air matanya agar tidak jatuh. "Maaf kan aku Li, orang-orang di desa ini sudah sulit untuk ku gapai." Gumam Lyra. "Kau tidak apa-apa ?" ucap Aby dan duduk di samping Lyra. Lyra tidak menjawab. "Lagi pula kenapa kau sangat ingin agar orang-orang di desa ini bisa membaca dan menulis ? kenapa kau tidak menyerah saja ?". "Betapa bodohnya aku jika menyerah begitu saja. Apa kau tidak tahu, betapa kuat keinginan Soekarno untuk membangun tugu pancoran ? bahkan saat dia akan digulingkan dari posisi kepresidenannya, dia tetap berkomiten untuk membangunnya." Ucap Lyra. "Tugu pancoran ?". "Apa kau tahu ? bahwa tugu pancoran rampung saat Soekarno sudah meninggal. Dia bahkan belum bisa melihat tugu pancoran berdiri kokoh semasa hidupnya. Aku ingin seperi itu. Bahkan jika aku meninggal nanti, aku ingin masyarakat di desa ini bisa membaca dan menulis.". "Kalau begitu, aku akan membantumu. Membantumu dalam mewujudkan mimpimu.". ucap Aby yakin. Lyra tersenyum meremehkan, "Kamu tidak mengenalku. Perankan saja tokohmu sebagai dokter sebaik mungkin.". "Haha.. Kau terlalu meremehkan ku Nona." Ucap Aby. "Kau tau bagaimana perasaan Edhi Sunarso, pembuat tugu pancoran, saat pertama kali mendapat instruksi Soekarno? Awalnya dia ragu dan bimbang. Walau akhirnya dia berhasil menyelesaikannya. Bagaimana denganmu? ". "Jika Edhi Sunarso, sang pembuat tugu pancoran, ragu dan bimbang saat menerima tugas dari Soekarno. Maka aku tidak akan pernah ragu dan bimbang sedikitpun untuk membantumu, Lyra." Ucap Aby mantap. Lyra menatap Aby sangsi, "Terserah kau." Ucap Lyra dan pergi meninggalkan Aby. "Aku akan membuatmu menjadi Lyra yang dulu Lyr. Percayalah.." bisik Aby.
***
Keesokan harinya Lyra keluar dari rumahnya, Lyra terhenyak karena banyak orang yang mengantri di depan pintu rumahnya. "Ada apa ini ?" tanya Lyra heran. Aby muncul tepat di hadapannya. "Hai Lyr.." ucap Aby. "Ada apa ini ?". "Mereka ingin masuk ke perpustakaan mu tentu saja.". "HAH ??". Aby menarik Lyra keluar dari pintu. "Silahkan bagi yang ingin masuk ke perpustakaan. Perpustakaannya sudah di buka." Teriak Aby, membuat para pengunjung yang sudah mengantri segera masuk. "Bagaimana caranya kau bisa membuat warga desa mau masuk ke perpustakaan ?". "Rahasia.." Lyra menatap perpustakaan yang kini ramai oleh para pengunjung. "Hei Nona, kau harus segera mengajari mereka membaca dan menulis sekarang." ucap Aby dan mendorong Lyra pelan. Lyra masih saja bergeming. Dia berbalik dan menatap Aby. "Terima kasih Aby.." ucap Lyra dan tersenyum manis. Aby terdiam melihat senyum Lyra. "Sepertinya, aku sedikit berhasil." Gumam Aby. Dia pun menyusul Lyra dan ikut mengajari warga desa. "Hei Nak, aku minta maaf atas perilaku ku kemarin." Ucap nenek yang kemarin bertemu dengan Lyra di puskesmas. "Tidak masalah Nek." Jawab Lyra tersenyum tulus. "Kau tahu ? dokter Aby memberi penyuluhan tentang pentingnya membaca dan menulis. Bahkan saat dirumah sakit, dia meminta warga desa untuk datang ke perpustakaan." Ucap Nenek itu. Lyra menatap nenek itu tidak percaya. Benarkah seorang Aby yang melakukannya ? Lyra menoleh pada Aby yang sedang bersama warga yang lainnya. "Terima kasih, Aby." Bisik Lyra.
YOU ARE READING
The Foreign Country
ContoWarga yang melupakan sejarah negaranya. Melakukan penindasan hingga meninggalkan luka dalam pada seseorang. Merasa hanya dirinyalah yang ada di dunia ini karena rasa kesepiannya. Melupakan sejarah dan berlaku sesukanya. Mengingat kenangan bersama se...